BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan biakan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstituen utama dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama pada balita,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diseduh dengan air panas (Wulandari, 2014). Di Payaukumbuh Sumatra Barat

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

Chemistry In Our Daily Life

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini diperoleh dari preparasi bahan, pembuatan keju cottage

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Zat makanan yang ada dalam susu

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Susu Fermentasi dan Yogurt

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

Pengeringan Untuk Pengawetan

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

masyarakat adalah keju, yoghurt, kefir, maupun susu fermentasi (Siswanti,

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Yogurt Yogurt adalah suatu produk fermentasi yang diperoleh dari susu segar dengan biakan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Menurut Legowo et al. (2009) yogurt dapat dibuat dari susu segar dan atau susu skim dengan menggunakan bakteri asam laktat sebagai starter. Jenis yogurt berdasarkan teksturnya terbagi dalam beberapa jenis, yaitu set yogurt, stired yogurt, dan drink yogurt. Set yogurt merupakan yogurt dengan tekstur sangat kental, umumnya warnanya putih dan terasa sangat asam. Stired yogurt, teksturnya lebih encer dibandingkan set yogurt tetapi masih terasa kental mirip dengan ice cream. Stired yogurt sudah mengalami penambahan pemanis, perasa atau buah-buahan pelengkap. Drink yogurt merupakan yogurt berbentuk cair sama seperti susu cair dapat langsung diminum. Tekstur yogurt ada tiga jenis, yaitu bertekstur kental, bertekstur agak kental, dan bertekstur cair. Yogurt yang kental mengandung jumlah padatan yang lebih banyak dibandingkan dengan yogurt yang agak kental dan yogurt yang cair (Legowo et al., 2009). Proses pembuatan yogurt secara umum terdiri atas empat langkah dasar, yaitu pasteurisasi, inokulasi, pemeraman, dan pendinginan. Pasteurisasi yang dilakukan pada susu sebelum diinokulasi kultur dilakukan pada suhu 80 85 o C selama 15 30 menit. Tujuan dari proses pasteurisasi ini adalah untuk membunuh mikroba patogen dan mikroba awal dalam susu yang tidak diinginkan sehingga kultur yogurt dapat tumbuh secara optimum, menguapkan sebagian air dan

5 membebaskan sebagian oksigen yang dapat menciptakan kondisi anaerobik bagi kultur selama fermentasi, memecah beberapa komponen susu dan mendenaturasi serta mengkoagulasi albumin dan globulin susu (Legowo et al., 2009). Inokulasi starter dilakukan setelah susu didinginkan kembali hingga suhu 37 o C. Penurunan suhu sebaiknya dilakukan secara cepat dan langsung diinokulasi dengan kultur yogurt. Hal ini berkaitan dengan suplai oksigen yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kultur yogurt yang bersifat anaerob fakultatif (Nakazawa dan Hosono, 1992). Proses pemeraman yogurt dapat dilakukan pada berbagai kombinasi suhu dan waktu. Proses pemeraman yogurt biasanya dilakukan pada suhu antara 35 46 o C dengan kisaran waktu mulai dari 3 sampai 24 jam. Kombinasi suhu dan waktu pemeraman yang berbeda memberikan hasil karakteristik yogurt yang berbeda (Fardiaz, 1993). Pendinginan merupakan hasil proses terakhir pada pembuatan yogurt yang bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi atau aktifitas starter. Pendinginan pada yogurt dilakukan pada suhu 5 o C (Tamime dan Robinson, 1989) 2.2. Bakteri Asam Laktat (BAL) Jenis mikroba fermentasi memegang peranan penting pada pemeraman dan pembentukan aroma yang khas untuk berbagai jenis hasil olahan susu seperti keju, kefir, dan yogurt. Pada permulaan fermentasi dimana starter yang ditambah mengandung kedua jenis bakteri dalam perbandingan yang sama (1:1), Streptococcus thermophillus lebih cepat tumbuh dari Lactobacillus bulgaricus. Setelah ratio antara Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus mencapai 3:1, produk asam laktat telah cukup tinggi untuk menghambat

6 pertumbuhan Streptococcus thermophillus, tetapi merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus hingga akhirnya mencapai keseimbangan populasi dengan ratio 1:1. Pertumbuhan Streptococcus thermophillus akan berhenti pada keasaman (sebagai asam laktat) media 0,7-1%. Pada fermentasi susu skim yang terjadi pada yogurt, bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus diinokulasi sebanyak 2-5 % v/v yang akan tumbuh secara sinergis, dimana fermentasi yang berlangsung lebih cepat bila keduanya berada secara bersama-sama (Harper dan Hall, 1976). Streptococcus thermophillus dibedakan dari genus streptococcus lainnya berdasarkan pertumbuhannya pada suhu 45 o C tidak tumbuh pada suhu 10 o C (Tamime dan Robinson, 1989). Bakteri ini menyukai suasana mendekati netral dengan ph optimal untuk pertumbuhannya adalah 6,5 (Helferich dan Westhoff, 1980). Umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat tumbuh sangat baik pada ph 6,5 dan pertumbuhannya terhenti pada keasaman ph 4,2 4,4. Bakteri Lactobacillus tumbuh sangat baik pada ph 5,5 dan pertumbuhannya terhenti pada keasaman ph 3,8 4,8. Helferich dan Westhoff (1980) menyatakan bahwa bakteri ini mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhannya dan menyukai suasana agak asam (ph 5,5). Suhu optimum bagi pertumbuhan Steptococcus thermophillus adalah 37 o C dan Lactobacillus bulgaricus 45 o C. Jika kedua bakteri itu diinokulasi pada suhu 45 o C (ph 6,6 6,8). Streptococcus thermophillus mula-mula tumbuh lebih baik dan setelah ph menurun karena dihasilkan asam laktat, maka Lactobacillus bulgaricus akan tumbuh lebih baik.

7 2.3. Buah Alpukat Buah alpukat (Persea americana Mill), termasuk dalam famili Lauraceae, genus Persea, dan spesies Americana (Ochse et al., 1961). Tanaman ini termasuk dalam jenis tanaman tropis dan sub tropis dan merupakan tanaman musiman. Tanaman ini berasal dari benua Amerika. Tanaman alpukat tersebar di berbagai negara, antara lain, Algeria, Australia, Brazil, Cuba, Perancis, India, Israel, Italia, Jamaica, Mauritius, Mexico, New Zealand, Philipine, Polynesia, Spanyol, Amerika Serikat (California, Florida, dan Hawaii), Afrika Selatan, dan Indonesia (Coronel, 1983). Bentuk buah alpukat sangat bervariasi dari bentuk bulat seperti bola sampai oval dan kadang-kadang berbentuk seperti buah pear. Beratnya bervariasi antara 190 g sampai 700 g, tergantung varietas, kondisi kematangan, dan perawatan selama pertumbuhan (Ochse et al., 1961) Komposisi gizi buah alpukat per 100 g menurut Coronel (1983) kandungan air buah alpukat yakni 84-86 %, protein 0,9-1,0 g, lemak 5,8-7,6 g, karbohidrat 7,0-7,1 g, serat 1,0-1,2 g, abu 0,6 g, pospor 23-27 mg, besi 0,8-0,9 mg, vitamin A 75-135 LU, vitamin C 11-13 mg, kandungan energi 78-92 kalori. Buah alpukat merupakan buah yang bermanfaat karena tidak sekedar sebagai sumber vitamin dan mineral, tetapi juga sebagai bahan pangan dan bahan penyedia energi. Buah alpukat segar dapat dikonsumsi dalam bentuk sari atau jus buah. Sementara itu, buah alpukat mudah rusak (perishable) bila disimpan terlalu lama (Moehd, 2003). 2.4. Karagenan Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium, dan kalsium sulfat. Karagenan tersusun dari unit D-

8 galaktosa dan 3,6-anhidro-D-galaktosa dengan ikatan ß-1,3 dan α-1,4 pada polimer heksosanya (Glicksman, 1983). Karagenan berasal dari getah rumput laut yang diesktraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah) seperti Kappaphycus alvarezii yang menghasilkan Kappa karagenan. Jenis Kappa karagenan banyak ditemukan di sepanjang pantai Filipina dan Indonesia (Winarno, 1996). Kappa karagenan tersusun dari unit D-galaktosa-4-sulfat dengan ikatan ß- 1,3 dan unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dengan ikatan α-1,4. Kappa karagenan terbentuk sebagai hasil aktivitas enzim dekinkase yang mengkatalis µ(mu)- karagenan menjadi kappa karagenan dengan cara menghilangkan atom C 6 pada ikatan 1,4 galaktosa-6-sulfat (Glicksman,1983). Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelatinasi dari karagenan, tetapi dengan pemberian air atau alkali mampu menyebabkan terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan terbentuknya 3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya bertambah (Winarno, 1996). Kappa karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi 1500 mg/kg dan dapat digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Kappa karagenan banyak digunakan dalam industri makanan untuk membuat gel susu dan untuk menstabilkan produk seperti pengemulsi lemak susu, es krim, dan susu coklat. Kappa karagenan sangat berperan dalam bidang pangan karena dapat berperan penting untuk mengembangkan bahan fungsional baru yang digunakan untuk mengontrol tekstur fisik seperti kekerasan dan kelembutan. Secara khusus,

9 polisakarida yang banyak digunakan dalam industri susu untuk bahan penstabil, penebalan, dan gen pembuat gel (Langendorff et al., 2000). 2.5. Yogurt Bubuk Yogurt bubuk merupakan produk hasil fermentasi susu yang kemudian diproses lebih lanjut melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan penghilangan kadar air suatu bahan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan serta dapat menghambat atau menghentikan perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan. Material biasanya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi perpindahan massa air dari material ke udara pengering (Indriani dan Sulandari, 2013). Proses pengeringan yogurt dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan alat cabinet dryer. Cabinet dryer merupakan alat pengering yang menggunakan udara panas dalam ruang tertutup (chamber). Ada dua tipe yaitu tray dryer dan vacuum dryer. Vacuum dryer menggunakan pompa dalam penghembusan udara, sedangkan pada tray dryer tidak menggunakan pompa. Komponen cabinet dryer adalah tray, heater dan fan. Tray disesuaikan dengan kapasitas jumlah, berat dan ukuran produk pangan. Tray berfungsi sebagai wadah dalam proses pengeringan, yang disusun bertingkat. Sedangkan heater berfungsi sebagai pemanas udara yang nantinya udara panas dari heater tersebut yang akan digunakan dalam pengeringan (Singh, 2001). Pada penelitian Ibanoglu (2002) menjelaskan bahwa pengeringan menggunakan udara panas dengan menggunakan suhu 80 C dapat digunakan untuk mengeringkan yogurt.

10 2.6. Karakteristik Yogurt Bubuk Karakteristik yogurt bubuk merupakan sifat yang dapat dilihat dengan visual sehingga dapat diketahui kualitas fisiknya. Karakteristik yogurt bubuk antara lain viskositas, ph, dan kestabilan emulsi. Viskositas atau kekentalan adalah gesekan atau gaya perlawanan untuk mengalir antar lapisan cairan. Menurut Glicksman (1983) viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Suspensi koloid dapat meningkat dengan cara mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid. Viskositas yang tinggi disebabkan karena gesekan internal yang besar sehingga cairan atau larutan dari suatu materi akan mengalir. Pengukuran viskositas dalam pengolahan bahan pangan dibutuhkan karena ada beberapa kegunaan yang berkaitan dengan kesukaan dan penerimaan konsumen. Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur ketahanan gesekan lapisan cairan yang berdekatan. Menurut Winarno dan Fernandez (2007) viskositas yogurt berkisar antara 8,28-13,00 cp.besarnya viskositas dapat dipakai sebagai indeks jumlah zat padat yang terdapat dalam cairan. Semakin banyak jumlah zat padat, maka viskositas yang terdapat dalam cairan semakin besar. Viskositas dalam larutan karagenan akan mengalami penurunan apabila terjadi peningkatan suhu. Pengukuran viskositas dapat menggunakan viskometer Ostwald (Sutiah et al., 2008). Nilai ph yogurt adalah salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas yogurt. Nilai ph merupakan logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen dan merupakan faktor penting terhadap pertumbuhan mikroorganisme dalam produk pangan. Menurut Zeuthen dan Bogh-Sorensen (2003) bahwa energi

11 metabolisme mikrobial sangat ditentukan oleh perpindahan air pada membran, dan aktivitas enzim mikrobial dan stabilitas makromolekul seluler. Hasil dari nilai ph menunjukkan dari jumlah ion hidrogen (H + ) yang terdapat pada yogurt. Menurut Marshall (1987) yogurt memiliki khas rasa asam karena adanya asam laktat dan ph yogurt antara 3,8-4,6. Kestabilan emulsi dapat digunakan untuk mengukur stabilitas emulsifier yang ditambahkan kedalam yogurt ketika yogurt bubuk dilakukan rehidrasi. Kestabilan emulsi merupakan fenomena yang luas dari dua fase dari larutan yang secara thermodinamika tidak bersifat stabil. Pengertian emulsi stabil mengacu pada proses pemisahan yang berjalan dengan lambat dan sedemikian proses pemisahan tersebut tidak teramati Friberg et al. (1990). Menurut Yao (1990) kestabilan emulsi merupakan faktor utama untuk menentukan kualitas yogurt. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi menurut Glicksman (1983) antara lain jenis dan konsentrasi pengemulsi, ukuran partikel, persentase padatan dalam emulsi, suhu luar yang ekstrem dan viskositas. Analisis kestabilan emulsi pada prinsipnya adalah mengukur stabilitas emusifier (%) ketika yogurt bubuk dilarutkan dalam aquades. 2.7. Viabilitas Bakteri Asam Laktat Pengujian viabilitas Bakteri Asam Laktat (BAL) ini bertujuan untuk mengetahui populasi dari bakteri asam laktat yang masih dapat tumbuh setelah dikeringkan. Menurut Anal dan Singh (2007), ketika proses pengeringan yang digunakan untuk pengawetan dari potensi bakteri asam laktat, banyak populasi bakteri asam laktat yang hilang akibat adanya panas. Hal ini disebabkan oleh

12 perubahan suhu, perubahan fase, dan pengeringan kombinasi yang cenderung menurunkan membran sel dan protein terkait, sehingga untuk melindungi dan menjaga viabilitas bakteri asam laktat tidak mati dengan diberi sakarida untuk melindungi. Sakarida yang berasal dari buah alpukat terdapat 2 jenis yakni polisakarida dan oligosakarida. Polisakarida akan mencegah bakteri stress dari lingkungan dan polisakarida di dalam alpukat diketahui membentuk matriks dan matriks ini berfungsi untuk mempertahankan bakteri asam laktat tetap hidup. Sementara pada alpukat terdapat oligosakrida, monosakarida dan disakarida yang ini berguna untuk memberikan suplemen prebiotik (Conrad et al., 2000), sehingga dengan penambahan alpukat harapannya dapat melindungi dan memberi makanan bakteri asam laktat. Penelitian Conrad et al. (2000) telah berhasil membuktikan bahwa matriks dapat memberikan efek yang baik terhadap viabilitas bakteri asam laktat. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shori dan Baba (2011) viabilitas yogurt berkisar antara 1,4x10 6 sampai dengan 2,1x10 6 CFU/ml. Prinsip dalam perhitungan bakteri ini dengan pengenceran, pencawanan, dan perhitungan koloni bakteri yang ditumbuhkan secara sengaja pada medium tertentu dan suhu yang sesuai untuk bakteri tumbuh.