Pengaruh Asap Cair Berbahan Baku Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Koagulan pada Kualitas Karet Krep

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa pada Mutu Karet Krep

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

Aplikasi Asap Cair dan Arang Hitam Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa dalam Produksi Karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Kata Kunci : Asap cair, limbah, kelapa sawit, tandan kosong sawit

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

Desikator Neraca analitik 4 desimal

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR SERBUK GERGAJI TERHADAP MUTU FISIK BAHAN OLAH KARET (BOKAR) SELAMA PENYIMPANAN. (Skripsi) Oleh.

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

Gambar 7. Alat pirolisis dan kondensor

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

KINERJA DAN ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN TESIS OLEH SRI AULIA NOVITA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Lampiran 1. Prosedur uji

Bab III Bahan dan Metode

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

MATERI DAN METODE. Materi

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

Transkripsi:

Pengaruh Asap Cair Berbahan Baku Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Koagulan pada Kualitas Karet Krep (The Effect of Liquid Smoke from Oil Palm Frond as a Coagulant on the Quality of Crepe Rubber) Saputra 1), Ersan 2), dan Muhammad Rofiq 2) 1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan 2) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung Jl. Soekarno-Hatta No. Rajabasa, Bandar Lampung, Telp (0721) 703995, Fax : (0721) 787309 ABSTRACT Public rubber platation Indonesia reached 8 from the vast number of rubber Indonesia. But people rubber low quality, because the use of coagulant is not advice. The researc aims to use liquid smoke from midrib plam oil as an alternative coagulants formic acid to maintain the quality of crepe rubber. Dose of liquid smoke from midrib plam oil 4, 6, 8,, 12, and given in each treatment 250 ml latex and will be tested ph, long clotting time, dry rubber content, plasticity retention index (PRI), leves of substance evaporates, until ash, and levels of dirt in acordance with the SNI 1903 : 2000. Tests conducted in te laboratory PTPN VII business Wwy Unit Berulu, Pesawara, Lampung. The results showed a dose of liquid smoke 4 crepe rubber produce with quality, long clottng time dose treadment liquid smoke but quality is only reached 20 and dose treadment liquid smoke from midrib plam oil is best dosage v/v. Keywords: crepe rubber, latex coagulant, liquid smoke, oil palm frond PENDAHULUAN Asap cair adalah solusi untuk memecahkan masalah dalam penggunaan koagulanbukan anjuran pada petani sehingga mutu lateks menjadi lebih baik sebagai akibat dari penggunaannya. Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya (Wikipedia, 2013). Menurut Pszezola (1995), Asap cair disebut juga cuka kayu (wood vinegar) diperoleh dengan cara pirolisis dari bahan baku misalnya batok kelapa, sabut kelapa atau kayu pada suhu 400-600 ºC selama 90 menit untuk memperoleh asap, lalu diikuti dengan proses kondensasi di dalam kondensor dengan menggunakan air sebagai pendingin. Rokhmah (2014) menyatakan, asap cair lebih efektif dalam penggumpalan lateks dan mutu olahan karet. Asap cair juga memiliki anti jamur seperti yang dinyatakan oleh Oramahi (2011). Hal ini menjadi nilai lebih untuk penggunaan asap cair sebagai koagulasi lateks yang biasanya lateks terkontaminasi oleh proses pengolahan. Sesuai pernyataan yang dikemkakan oleh Balai Penelitian Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 41

Jurnal Agro Industri Perkebunan Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) (2014), bahwa penggunaan asap cair dengan ph 4,7 mendapatkan hasil kecepatan mengumpal 16 menit, kondisi gumpalan sempurna, warna gumpalan putih krem dan berbau asap. Limbah pelepah kelapa sawit ada dalam jumlah yang banyak dimana pada satu hektar tanaman kelapa sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering,4 ton.tahun -1 (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Padil dan Yelmida (2009) menyatakan komposisi selulosa, hemiselulosa, dan lignin pelepah sawit secara berturut-turut: 34,89%, 27,, dan 19,87%. Sebagai limbah selulosa, pemanfaatan limbah padat ini perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Hal ini mengingat bahwa cara-cara yang telah dilakukan saat ini yaitu dengan cara bakar menyebabkan pencemaran udara dan juga dengan adanya pelarangan pembakaran sesuai Rencana Undang-Undang Perkebunan. Tetapi dengan adanya larangan tersebut pelepah hasil peremajaan yang dibiarkan di gawangan mati dapat menimbulkan masalah bagi tanaman kelapa sawit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dosis asap cair berbahan baku pelepah kelapa sawit yang baik terhadap kualitas karet krep (crepe rubber) dengan dosis tertentu. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, Pesawaran, Lampung untuk proses pembekuan lateks, produksi lateks, pengujian bahan baku karet, sampai pengujian mutu karet crepe sesuai Standard Indonesian Rubber () SNI 06-1903-2000 (BSN). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Alat dan bahan yang digunakan untuk koagulasi lateks antara lain: beaker glass, buret, ph-meter, pengaduk, creeper, stopwatch, nampan, saringan 40 mesh, lateks segar, asap cair, pelepah kelapa sawit, dan asam formiat 2%. Alat dan bahan penyeragaman contoh uji antara lain: alat tulis, gilingan laboratorium, neraca, plastik lembaran, kantong plastik, dan gunting. Alat dan bahan penentuan kadar kotoran antara lain: neraca analitik, termometer, wadah, buret otomatis, wadah labu, erlenmeyer, desikator, pemanas infra merah, pemegang saringan, gilingan labotorium, neraca, plastik lembaran, gunting, penjepit, oven, pemegang labu erlenmeyer, sarung tangan asbes, saringan, slide proyektor, botol semprot, pembersih saringan, terpentin mineral, peptiser, dan silica gel. Alat dan bahan penentuan kadar abu antara lain: neraca, pembakar listrik, tang, mufle furnace, porselin, tang, desikator, oven, kertas saring, dan silica gel. Alat dan bahan penetuan kadar zat penguap antara lain: neraca analitik, cawan porselin, tang, desikator, oven, gunting, dan silica gel. Alat dan bahan penentuan nilai PRI antara gilingan laboratorium, pengukur tebal, Wallace punch, Wallace rapid palstimeter, alat pengukur waktu, oven, tatakan contoh, dan kertas sigaret. 42 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

Rancangan Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan dengan pembuatan asap cair menggunakan alat pirolisis. Proses dimulai dengan memasukkan pelepah kelapa sawit yang telah dipotong dengan ukuran cm ke dalam alat tersebut sebanyak 25 kg. Kemudian dipanaskan dengan suhu 400 o C 600 o C selama 2-3 jam. Dari bahan baku sebanyak 25 kg tersebut diperoleh asap cair sebanyak 15 liter asap cair, 0 ml tar dan 4,5 kg arang akif yang kemudian asap cair yang diperoleh akan diaplikasikan ke lateks sebanyak 250 ml dengan masing-masing perlakuan sesuai dosis asap cair yang sudah ditentukan. Percobaan pendahuluan dengan koagulan asap cair pelepah kelapa sawit yang dilakukan pada tanggal 14 September 2014 dengan dosis 1-% v/v untuk penggumpalan/koagulasi lateks dan hasil percobaan dengan dosis 6-% v/v ini dapat menggumpalkan 0 ml lateks dengan baik. Dari hasil percobaan pendahuluan maka ditetapkan dosis tanpa pengenceran yaitu: 4, 6, 8,, 12, dan 14 % v/v yang digunakan. Metode penelitian menggunakan RAK (RancanganAcakKelompok) dengan perlakuan tunggal mengunakan kontrol yang diganti penggunaan asam formiat 2% yang diberikan sebanyak 0,4 %/kg karet kering, dan perlakuan selanjutnya menggunakan asap cair pelepah kelapa sawit. Sehingga perlakuan sebagai berikut: 1. 250 ml lateks + 0,4 % (kg/kkk) asam formiat 2% (kontrol) 2. 250 ml lateks + v/v( ml) asap cair pelepah kelapa sawit 3. 250 ml lateks + v/v (15 ml) asap cair pelepah kelapa sawit 4. 250 ml lateks + v/v (20 ml) asap cair pelepah kelapa sawit 5. 250 ml lateks + % v/v (25 ml) asap cair pelepah kelapa sawit 6. 250 ml lateks + v/v (30 ml) asap cair pelepah kelapa sawit 7. 250 ml lateks + v/v (35 ml) asap cair pelepah kelapa sawit Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga penelitian ini memiliki 21 satuan percobaan. Hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji nilai tengah untuk menentukan perbedaan menggunakan uji Tukey. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Asap Cair pada ph Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan asap cair pada ph berpengaruh nyata. Selanjutnya dilakukan uji nilai tengah menggunakan Tukey. Pemberian asap cair hingga menyebabkan nilai ph menurun. Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 43

Jurnal Agro Industri Perkebunan Tabel 1. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada ph No 1 Asap cair (formiat) 5,7a 2 v/v 5,3b 3 v/v 5,1bc 4 v/v 4,8cd 5 % v/v 4,7de 6 v/v 4,7de 7 v/v 4,4e perbedaan (non significant) Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Padar ph 6,0 5,5 5,0 4,5 5,187 4,948 4,709 4,0 % Gambar 1. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada ph Menurut Wulandari dkk. (1999), komponen asam dalam asap cair terdiri dari berbagai unsur asam yaitu asam asetat, asam butirat, asam propinat, dan asam isovalerat. Dari penjelasan itu maka semakin banyak asap cair yang diberikan ke lateks akan membuat penurunan ph dengan itu akan mengganggu kesetabilan dan kemantapan lateks sehingga cepat menggumpal. Hal ini sejalan dengan Ompusunggu (1987) yang menyatakan, penurunan ph akan membuat lateks lebih cepat mengumpal. Pengaruh Asap Cair pada Lama Waktu Penggumpalan Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan asap cair pada lama waktu penggumpalan berpengaruh nyata. Selanjutnya dilakukan uji nilai tengah menggunakan Tukey. yang berbeda hanya terlihat pada perlakaun, ini terjadi akibat dosis yang diberikan sedikit yang membuat lateks lama menggumpal. Pada perlakuan 6, 8,, dan 12 % v/v tidak berbeda nyata 44 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

dengan perlakuan (asam formiat). Sedangkan perlakuan v/v berbeda nyata dengan 0, 4, 6, dan v/v. Tabel 2. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada lama waktu penggumpalan No 1 Asap cair (formiat) 0,6b 2 v/v 1,2a 3 v/v 0,7b 4 v/v 0,7b 5 % v/v 0,5bc 6 v/v 0,5bc 7 v/v 0,3c perbedaan (non significant) Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada Lama Waktu Penggumpalan 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,813 0,623 0,433 0,2 % Gambar 2. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada lama waktu pengumpalan Pada Gambar 2 terlihat bahwa pemberian dosis asap cair yang rendah lebih lama waktu penggumpalannya dibandingkan dengan dosis asap cair yang semakin tinggi diberikan maka lama waktu penggumpalan lebih cepat. Penggumpalan lateks dapat terjadi karena penurunan muatan listrik. Penurunan muatan listrik dapat terjadi karena penurunan ph lateks atau penamabahan asam H + dan pengaruh enzim (Abednego, 1981). Pengaruh Asap Cair pada Kadar Karet Kering (KKK) Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan asap cair pada kadar karet kering berbeda nyata. Selanjutnya dilakukan uji nilai tengah menggunakan uji Tukey, perlakuan asap cair pada kadar Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 45

Jurnal Agro Industri Perkebunan karet kering menunjukkan perbedaan yang nyata pada nilai tengah dan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar karet kering (KKK) No (%) 1 Asap cair (formiat) 25b 2 v/v 22c 3 v/v 22c 4 v/v 23c 5 % v/v 23c 6 v/v 24bc 7 v/v 31a perbedaan (non significant). Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada KKK 32 30 28 26 24 22 25,23 24,05 22,88 20 % Gambar 3. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar karet kering Gambar 3 menunjukkan bahwa pemberian dosis asap cair hingga v/v mendapatan hasil rendemen karet yang lebih tinggi dari penggunaan (asam formiat) sebagai kontrol. yang mendapatkan hasil rendemen karet terendah yaitu perlakuan v/v dan v/v memiliki nilai 22 akan tetapi perlakuan v/v dan % v/v tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. (asam formiat) tidak berbeda nyata dengan perlakuan v/v. v/v memiliki nilai rendemen karet tertinggi sehingga menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini dipengaruhi peningkatan bahan penggumpal yang mengakibatkan jumlah kandungan asam semakin meninggkat sehingga, daya ikat antara lateks semakin tinggi yang menyebabkan nilai rendemen karet tinggi. Hal ini sependapat dengan Solichin (2007), yang menyatakan semakin tinggi penggunaan dosis asap cair maka pengumpalan akan semakin cepat, 46 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

dengan semakain cepatnya penggumpalan maka hasil penggumpalan lebih sempurna sehingga lateks tidak terbuang mengikuti serum pada saat penggilingan krep. Pengaruh Asap Cair pada Plasticity Retention Index (PRI) Hasil uji Tukey pengaruh asap cair pada PRI Tabel 4 menunjukkan nilai PRI tidak berbeda nyata. Penggunaan asap cair tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan penggunaan asam formiat, begitu juga dalam peningkatan dosis asap cair tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Menurut Wahyudi (2008), kenaikan jumlah zat cair yang ditambahkan pada proses koagulasi lateks akan menurunkan konsentrasi zat-zat non karet seperti terlarutnya asam-asam amino, protein, dan amina yang berfungsi sebagai anti oksidasi dan selanjutnya menurunkan nilai PRI olahan karet. Menurut Girrard (1992), asap cair dapat digunakan sebagai koagulasi lateks dengan sifat asap cair sebagai antijamur, antibakteri dan antioksidan yang memperbaiki kualitas produksi karet yang dihasilkan. Tabel 4. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada plasticity retention index (PRI) No (%) 1 Asap Cair (Formiat) 86,8a 2 v/v 87,1a 3 v/v 85,7a 4 v/v 86,4a 5 % v/v 86,8a 6 v/v 86,2a 7 v/v 85,6a perbedaan (non significant) Uji nilai tengah pada Gambar 4 menunjukkan perlakuan v/v mendapatkan nilai yang paling rendah selanjutnya perlakuan v/v yang nilainya lebih besar dari perlakuan v/v. yang tertinggi pada perlakuan v/v lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Namun pelakuan v/v mendapatkan nilai yang turun, kemudian perlakuan meningkat kembali, begitu juga dengan perlakuan % v/v yang meningkat dan selanjutnya perlakuan dan v/v menurun. Dari pernyataan Girrard (1992) dan Wahyudi (2008) bisa disimpulkan bahwa penggunaan asap cair pada proses koagulasi dapat membuat nilai PRI menjadi fluktuatif atau dapat naik turunnya nilai PRI. Diduga kenaikan dan menurunnya nilai PRI ini disebabkan oleh proses pengeringan dan penyimpanan. Hasman dan Othman, (1990) menyatakan karet mudah teroksidasi pada saat dikeringkan dengan suhu tinggi yang ditunjukkan pada rendahnya nilai PRI dari Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 47

Jurnal Agro Industri Perkebunan koagulum terutama yang digumpalkan secara alami. Namun dari seluruh perlakuan 4, 6, 8,, 12, dan v/v memilki perbedaan tidak nyata artinya seluruh perlakuan asap cair sama dengan perlakuan kontrol/ (asam formiat). Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada PRI 89 88 88,091 87 86 86,360 85 84,629 84 % Gambar 4. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada plasticity retention index (PRI) Pengaruh Asap Cair pada Kadar Zat Menguap Hasil sidik ragam mendapatkan pengaruh asap cair pada kadar bahan menguap tidak berbeda nyata. Selanjutnya dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji Tukey. asam formiat tidak berbeda nyata dengan asap cair berbagai dosis perlakuan pada kadar zat menguap. Tabel 5. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar zat menguap No (%) 1 Asap Cair (Formiat) 0,72a 2 v/v 0,69a 3 v/v 0,66a 4 v/v 0,67a 5 % v/v 0,72a 6 v/v 0,73a 7 v/v 0,74a perbedaan (non significant) 48 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada Kadar Zat Menguap (%) 0,80 0,75 0,7674 0,70 0,7057 0,65 0,6440 % Gambar 5. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar zat menguap Uji nilai tengah yang ditunjukkan pada Gambar 5 memberikan hasil perlakuan yang mendekati kontrol yaitu perlakuan % v/v dan perlakuan terendah terlihat pada perlakuan v/v. Hal ini diduga karena pemberian dosis asap cair yang tinggi akan mempercepat penggumpalan sehingga serum yang terbawa semakin banyak. Dugaan ini sejalan dengan Rao (1974), yang menyatakan koagulum yang keras, barsamaan dengan gilingan kreper yang tumpul dan ukuran remah yang relatif besar dapat menyebabkan air terperangkap pada sebagian remahan sehingga kadar zat menguap tinggi. Pengaruh Asap Cair pada Kadar Abu Hasil sidik ragam mendapatkan pengaruh asap cair pada kadar abu berbeda nyata. Selanjutnya di uji nilai tengah dengan menggunakan uji Tukey. Hasil Tabel 6 menunjukkan berbeda nyata. Kenaikan kadar abu jarang terjadi kecuali di dalam lateks dengan sengaja ditambahkan bahan lain seperti lumpur, tanah dan pasir. Menurut Tahir (1992) pada asap cair grade 3 masih banyak mengandung kadar abu yang mencapai 0,. Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada Kadar Abu 0,7 0,6 0,6268 0,5 0,4986 0,4 0,3704 0,3 % Gambar 6. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar abu Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 49

Jurnal Agro Industri Perkebunan Tabel 6. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar abu No. (%) 1 Asap cair (formiat) 0,50a 2 v/v 0,61a 3 v/v 0,51a 4 v/v 0,53a 5 % v/v 0,52a 6 v/v 0,47ab 7 v/v 0,34b perbedaan (non significant) Uji nilai tengah menunjukkan pengaruh asap cair pada perlakuan v/v lebih tinggi dari perlakuan asam formiat, sedangkan perlakuan yang terendah pada perlakuan v/v, kemudian perlakuan lebih tinggi dari perlakuan v/v dan % v/v. Dugaan kandungan fenol yang memiliki sifat hidrofobik (menolak air) membuat kandungan anorganik yang berbentuk ion dalam lateks terbuang pada saat proses pengilingan krep terbawa oleh serum. Pengaruh Asap Cair pada Kadar Kotoran Hasil sidik ragam pengaruh asap cair pada kadar kotoran berbeda nyata. Diduga asap cair masih terdapat kotoran sehingga membuat kadar kotoran tinggi. Menurut Taher (1992), kandungan asap cair masih banyak mengandung lignin, abu, selulosa, nitrogen yang menyebabkan tingginya kadar kotoran. Tabel 7. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar kotoran No. (%) 1 Asap Cair (Formiat) 0,02d 2 v/v 0,03d 3 v/v 0,05c 4 v/v 0,07b 5 % v/v 0,07b 6 v/v 0,07b 7 v/v 0,11a perbedaan (non significant) 50 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

Uji nilai tengah menunjukkan pengaruh asap cair pada kadar kotoran yang terendah pada perlakuan 0, v/v memiliki nilai 0,03 atau tidak berbeda nyata terhadap perlakuan (asam formiat), kemudian perlakuan yang memiliki nilai tertinggi ialah pada dosis v/v memiliki nilai kadar kotoran 0,11. Uji Nilai Tengah Pengaruh Asap Cair Pada Kadar Kotoran 0,12 0, 0,08 0,06 0,04 0,0679 0,0597 0,0514 0,02 0,00 % Gambar 7. Uji nilai tengah pengaruh asap cair pada kadar kotoran Penentuan Mutu Karet Krep (Crape Rubber) Tabel 8. Penentuan mutu karet krep (crepe rubber) Nilai PRI Hasil mutu Kadar zat menguap Hasil Nilai mutu Kadar abu Hasil Nilai mutu Kadar kotoran Hasil Nilai mutu Lama waktu penggumpalan Kadar karet kering v/v 86,78 3 L 0,72 3 L 0,50 0,02 3 L 0,6 25 v/v 87,09 3 0,69 3 0,61 0,03 3 1,2 22 v/v 85,72 3 0,66 3 0,51 0,05 5 0,7 22 v/v 86,35 3 0,67 3 0,53 0,07 0,7 23 % v/v 86,76 3 0,72 3 0,52 0,07 0,5 23 v/v 86,24 3 0,73 3 0,47 0,07 0,5 24 v/v 85,58 3 0,74 3 0,34 0,11 20 20 0,3 31 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 51

Jurnal Agro Industri Perkebunan Penentuan mutu karet krep (crepe rubber) pada Tabel 8 menunjukkan bahwa PRI dan kadar zat menguap memenuhi mutu 3 L untuk perlakuan dosis dan 3 untuk perlakuan dosis -. kadar abu memenuhi mutu pada semua perlakuan, dan kadar kotoran memenuhi mutu 3 L pada perlakuan dosis, 3 pada dosis, 5 pada dosis, pada dosis -, dan 20 pada perlakuan dosis. Hasil rekap penentuan mutu diperoleh ialah, dan penentuan dosis yang baik ialah dosis v/v, karena dosis ini memiliki mutu yang tidak berbeda dari perlakuan PRI, kadar zat menguap, dan kadar abu. Kemudian pada lama waktu penggumpalan dosis tidak berbeda dari dosis v/v. Pada perlakan dosis kadar karet kering yang dihasilkan lebih baik dari penggunaan dosis 4 v/v. Perbandingan dengan dosis asap cair yang lain, dosis lebih mendekati perlakuan sehingga perlakuan dosis ini lebih baik dari perlakuan dosis asap cair pelepah kelapa sawit lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian pengaruh asap cair (liquid smoke) berbahan baku pelepah kelapa sawit sebagai koagulan pada kualitas karet krep (crepe rubber) yang telah diuji dapat disimpulkan bahwa dosis asap cair pelepah kelapa sawit menghasilkan lama waktu penggumpalan tercepat 2 menit, namun hanya mencapai mutu 20. Dosis asap cair pelepah kelapa sawit secara umum memperoleh dosis terbaik. Dosis asap cair berbahan baku pelepah kelapa sawit 4, 6, 8,, dan v/v memenuhi mutu karet krep sesuai SNI 1903 : 2000 (BSN 2000). Saran Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran yaitu: penggunaan asap cair berbahan baku pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan koagulan alternatif petani dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aplikasi asap cair sebagai koagulan lateks untuk produk yang menggunakan bahan baku karet krep. DAFTAR PUSTAKA Abednego, J. G. 1981. Pengetahuan Lateks, Direktorat Normalisasi dan pengendalian mutu. Departemen Perdagangan dan Koperasi. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan 2013. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta. 52 Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53

Girrard, J. P. 1992. Komposisi Kandungan pada Kayu. Laporan Penelitian. Jakarta. Hasma, H. dan Alias bin Othman. 1990. Role of some non-rubber constituents on thermal oxidative ageing of natural rubber. J. Nat. Rub. Res. 5(1): 1-8. Oramahi, H. A., F. Diba, dan Wahdina. 2011. Aktivitas anti jamur asap cair dari serbuk gergaji kayu Akasia (Acacia mangium Willd) dan kayu Laban (Vitex pubescens Vahl). Bionatura 13(1): 79-84. Padil dan Yelmida, 2009. Produksi Nitro Selulosa Sebagai Bahan Baku Propelan yang Berbasis Limbah Padat Sawit. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Stranas Batch II. Universitas Riau. Pszczola, D. E. 1995. Tour higlights production and uses of smoke base flavors. Food Technology 49(1): 70-74. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri). 2014. Petani di Babel Masih Menggunakan Tawas Sebagai Koagulan Lateks. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/49-infotekno/206- petani-di-babel-masih-menggunakan-tawas-sebagai-koagulan-lateks. [Diakses 2 September 2014]. Rao. 1974. Upaya Industri Karet Nasional dalam Menghadapi Persaingan Pasar Karet Remah di Dunia Internasional. http://ww.kdeitaipei.org/banner/kaet.htm. [Diakses 25 Juli 2015]. Rokhmah, H. F. 2014. Uji Pemanfaatan Limbah Cair Tahun dan Asap Cair Sebagai Bahan Koagulasi Latek. Skripsi. Program Studi PMIP. Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. Politeknik Negeri Lampung. Lampung. Solichin. 2007. Pengembangan Sistem Asap Cair dan Formulanya untuk Karet. Protipe pengeringan karet dengan energi alternatif, serta perumusan asap cair. http://elib.pdii.lipi.go.d/katalog/index.php/searchkatalog/byid/282130. [Diakses 12 September 2014]. BSN. 2000. Standar Nasional Indonesia 06-1903-2000. Standar bahan baku olah karet (Bokar). Tahir, I. 1992. Pengambilan Asap Cair Secara Destilasi Kering pada Proses Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa. Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wahyudi, F. 2008. Pengaruh kombinasi bahan olahan karet terhadap tingkat konsistensi plastisitas retension index (PRI) karet remah 20. PT Bridgestone sumatera Rubber Estate Dolok Menangir. File: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../09e00092.pdf. [Diakses: 26 Juli 2015]. Wikipedia. 2013. Asap Cair. http://id.wikipedia.org/wiki/asap_cair. [Diakses 12 September 2014]. Wulandari, Ratna, P. Darmadji, dan U. Santosa. 1999. Sifat Antioksidan Asap Cair Hasil Redentilasi Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Pangan. Yogyakarta Jurnal AIP Volume 4 No. 1 Mei 2016: 41-53 53