PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

PEMETAAN KREATIVITAS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK LABORATORIUM PG-PAUD UNIVERSITAS RIAU

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan berpikir kreatif sehingga mampu memecahkan permasalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam diri manusia juga semakin besar. Sewaktu bayi atau balita,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu dinamika proses yang mengacu kepada halhal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi dan kenyataan bahwa kreativitas masyarakat yang rendah pada

BAB I PENDAHULUAN. yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI KELAS XI AP V SMK NEGERI 1 GORONTALO

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORETIK

Transkripsi:

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan karena kreativitas dianggap sebagai solusi untuk pemecahan masalah, dapat memberikan kepuasan serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Kreativitas (berpikir kreatif) pada anak Sekolah Dasar perlu dikembangkan sejak dini mengingat pada usia ini anak sudah mampu berpikir secara logis terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat nyata, mampu berargumentasi untuk memecahkan masalah dan sudah mampu menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada masa ini pula sering disebut sebagai masa intelektual, yaitu masa dimana adanya keterbukaan dan keingintahuan anak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, yang semuanya itu merupakan indikasi dari perkembangan kreativitas anak. Pada kenyataannya kreativitas (berpikir kreatif) siswa sering tidak mendapatkan perhatian yang lebih di lingkungan sekolahnya sehingga siswa tidak dapat mengenali potensinya yang pada akhirnya tidak dapat mencapai tahapan aktualisasi diri. Pengajaran yang diberikan oleh guru di sekolah selama ini hanya berfokus pada proses berpikir konvergen tanpa merangsang proses berpikir divergen. Padahal seharusnya bakat berpikir kreatif siswa perlu diberikan kesempatan untuk berkembang secara optimal. Oleh sebab itu seorang guru diharapkan melakukan upaya-upaya yang dapat membantu mengembangkan kreativitas anak. Kata kunci : kreativitas anak; peran guru Permasalahan mengenai meningkatnya kebutuhan akan kreativitas di segala aspek kehidupan seperti di rumah, sekolah, pekerjaan dan lingkungan masyarakat, makin terasa saat ini. Hal ini disebabkan oleh kreativitas dianggap sebagai solusi untuk pemecahan masalah, dapat memberikan kepuasan dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Kemajuan teknologi dan ekonomi menuntut seseorang untuk terus dapat berpikir kreatif demi kelangsungan hidupnya dan kemajuan bangsanya. Tidak mengherankan jika di dalam kurikulum 2013, pembahasan kreativitas juga dianggap sebagai aspek 157

yang sangat penting untuk dapat dikembangkan di Sekolah Dasar (Nuryani, 2016). Di sekolah, anak akan mendapatkan pengalaman belajar dan bersosialisasi dengan banyak orang yang belum tentu dapat diperolehnya di lingkungan rumah. Proses berpikir kreatif seseorang sudah harus mulai diperhatikan perkembangan dan pengembangannya sejak dini, tidak hanya di lingkungan keluarga, melainkan juga di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, para pendidik dituntut agar anak didiknya dapat menjadi lulusan yang berhasil memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif siswa sering tidak mendapatkan perhatian yang lebih di lingkungan sekolah, sehingga individu tidak dapat mengenali potensinya yang pada akhirnya individu tersebut tidak dapat mencapai tahapan aktualisasi diri. Menurut Munandar (1992) pengajaran yang diberikan oleh guru di sekolah selama ini hanya berfokus pada proses berpikir konvergen (kemampuan berpikir untuk menemukan satu kemungkinan jawaban dalam menyelesaikan suatu masalah) tanpa merangsang proses berpikir divergen (berpikir kreatif kemampuan berpikir untuk menemukan beberapa kemungkinan jawaban dari berbagai perspektif secara lancar, fleksibel dan orisinil dalam menyelesaikan suatu masalah). Bahkan tidak jarang proses berpikir konvergen pada siswa sudah diarahkan atau ditentukan oleh guru. Padahal seyogyanya, bakat berpikir kreatif siswa perlu diberikan kesempatan untuk berkembang secara optimal, sesuai dengan tujuan umum pendidikan, yaitu memberikan lingkungan pada siswa dalam mengembangkan kemampuan dan bakatnya secara optimal, sehingga siswa dapat mengaktualisasikan dirinya. Kemampuan berpikir kreatif (kreativitas) dapat berkembang secara optimal tergantung pada cara mengajar yang diterapkan oleh guru (Munandar, 1992). Jika siswa diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk dapat mengeluarkan gagasan-gagasan yang baru, maka kemampuan berpikir kreatifnya dapat berkembang. Sebaliknya, jika tidak diberikan kesempatan kemampuan tersebut, maka tidak akan berkembang dengan optimal, melainkan hanya pengembangan kecerdasan sajalah yang akan berkembang. Padahal baik pengembangan kecerdasan maupun pengembangan kreativitas sangat dibutuhkan untuk berhasil dalam proses belajar dan dalam kehidupan sehari-hari. Jika guru dapat mengembangkan kreativitas pada siswanya sehingga siswanya memiliki 158

tingkat kreativitas yang tinggi, diharapkan siswa tersebut mampu memecahkan segala permasalahan secara efektif dan efisien. Di sekolah, guru hendaknya menjadi fasilitator yang mana membantu siswasiswanya dalam proses menemukan dan pengembangan dirinya. Dalam menemukan dan mengembangkan kreativitas para siswa, hendaknya seorang guru perlu memahami beberapa hal, seperti apa itu kreativitas, perkembangan psikologis siswa, metode/hal-hal apa saja yang dapat digunakan secara efektif sehingga kemampuan kreativitas para siswa dapat berkembang, dan lain sebagainya. Guru juga perlu memahami bahwa masing-masing siswa memiliki potensi kreativitas yang berbeda-beda berdasarkan proses-proses psikologis yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, sekolah, khususnya guru dapat menjadi faktor pendukung atau faktor penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa. Kreativitas menurut Utami Munandar (1992) merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Pada usia sekolah 8-11 tahun, anak sudah mampu berpikir secara logis dan berargumentasi dalam memecahkan masalah (Santrock, 2007). Oleh karena itu, aspek kreativitas pada siswa sudah harus mulai dikembangkan. Kreativitas siswa dapat berkembang juga dikarenakan pada masa ini secara perkembangan bahasa, mereka mengalami kemajuan yang pesat perihal pembendaharaan kata, cara pemakaian kata, rangkaian kata dan pemahaman akan makna pembicaraan orang lain. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa adanya peranan guru dalam pengembangan kreativitas siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) yang berjudul Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok, menunjukkan jika penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas belajar mata pelajaran IPS. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Refida Fera (1999, dalam Wardani, 2011), memperlihatkan jika ada hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap ciri pribadi kreatif dengan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif. Artinya, semakin positif sikap guru terhadap ciri pribadi kreatif maka akan semakin kondusif lingkungan belajar yang diciptakannya. Suasana kelas yang menyenangkan, kondusif, dan siswa dapat dengan 159

bebas mengekspresikan ide-idenya, adalah beberapa hal yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh guru agar kreativitas siswa dapat berkembang. Selain itu, hasil penelitian Abdul Kamil Marisi (2007) juga menunjukkan jika guru menggunakan model pengukuran kreativitas dalam pembelajaran Hemispere Kanan, maka kreativitas siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA di SD dapat meningkat secara efektif. Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Utami Munandar (1977). Dalam penelitiannya, Utami Munandar menjelaskan bahwa potensi anak dalam hal ini kemampuan kreativitasnya dapat dipupuk dan dikembangkan melalui sikap orang tua dan guru. Konsep Kreativitas Menurut Anderson (1961, dalam Al-Khalili, 2005), kreativitas merupakan proses yang dilalui oleh individu di tengah-tengah pengalamannya dan menyebabkan individu tersebut untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Guilford (dalam Al-Khalili, 2005), kreativitas merupakan sistem dari beberapa kemampuan nalar yang sederhana dan sistem-sistem ini berbeda satu sama lain dikarenakan perbedaan bidang kreativitas tersebut. Kemampuan nalar tersebut diantaranya kelancaran berbicara, kelancaran berpikir, keluwesan spontanitas, orisinalitas. Menurut Renzulli, dkk (1981, dalam Munandar, 1992), kreativitas sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu, menurut Munandar (1992), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Semakin banyak jawaban yang diberikan dan sesuai dengan permasalahannya, semakin kreatif seseorang. Secara operasional, kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Dalam kreativitas terdapat dua ciri kreativitas yaitu ciri berpikir kreatif dan ciri afektif. Ciri-ciri seperti kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan elaborasi merupakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif seseorang. Sementara itu, agar kreativitas seseorang 160

dapat muncul dalam suatu tingkah laku, diperlukan ciri-ciri afektif dari kreativitas. Ciriciri afektif ini berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang, seperti rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, tantangan, sifat berani ambil resiko, dan sifat menghargai. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Torrance (dalam Daruma, 1997) yang menyebutkan bahwa terdapat empat aspek kreativitas, yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Fluency merupakan banyaknya respon yang dibuat terhadap suatu stimulus, flexibility merupakan kemampuan merespon terhadap suatu stimulus dengan cara yang berbeda-beda, originality adalah kemampuan memberikan respon yang secara statistik langka, relevan dan mampu menghasilkan respon yang tepat, dan elaboration merupakan aspek akan detailnya ide-ide yang ditambahkan untuk merespon suatu stimulus sehingga responnya menjadi berarti, bermakna dan relevan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar atau masa untuk sekolah. Artinya, anak-anak diusia ini sudah berusaha mencapai sesuatu dan sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah. Masa anak sekolah adalah usia 6-12 tahun dimana anak akan belajar baik di dalam maupun di luar sekolah. Santrock (2007) mengemukakan bahwa di usia 8-11 tahun, anak sudah mampu berpikir secara logis terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat nyata, mampu memahami percakapan dengan orang lain, mulai mampu beragumentasi untuk memecahkan masalah, mengklasifikasikan objek menjadi kelas-kelas tertentu, kemudian memahami hubungan antara benda tersebut dan menempatkan objek tersebut dalam urutan yang beraturan. Pada usia ini daya ingat anak berkembang dengan sangat pesat. Anak mulai mampu untuk membedakan apa yang tampak oleh panca indera dengan kenyataan yang sesungguhnya, membedakan mana yang bersifat sementara dan menetap, serta mampu menilai sesuatu dari sudat pandang orang lain. Hal ini sejalan 161

dengan pendapat Hurlock (1980) bahwa pada usia ini pembendaharaan kata, cara pemakaian kata, rangkaian kata, percakapan, kemajuan dalam memahami makna pembicaraan orang lain dan isi pembicaraan, berkembang pesat dibandingkan dengan masa usia sebelumnya. Pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar dan keterampilan tertentu yang dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa (Munandar, 1992). Beberapa keterampilan seperti dapat membantu diri sendiri, keterampilan sosial, keterampilan sekolah dan keterampilan bermain, merupakan beberapa keterampilan yang perlu dikuasai oleh anak pada tahapan ini. Tahapan di masa ini sering juga disebut sebagai masa intelektual, yaitu masa dimana adanya keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Tugas-tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar Havighurst (1952) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan anak pada tahapan ini, antara lain : (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan; (2) mengembangkan konsep diri yang sehat; (3) belajar bergaul dengan kelompok sebaya; (4) mempelajari peran sesuai dengan jenis kelamin; (5) mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung; (6) mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari; (7) mengembangkan kata hati dan sistem nilai sebagai pedoman perilaku; (8) mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembagalembaga sosial; (9) belajar menjadi pribadi yang mandiri. Sementara itu menurut Buhler (1930) dalam bukunya The First Year of Life, membagi tugas perkembangan usia SD menjadi dua fase, yaitu fase 6 8 tahun dan fase 9 12 tahun. Pada fase 6 8 tahun, anak akan belajar bersosialisasi dengan lingkungannya, dan pada fase 9 12 tahun, anak akan belajar mencoba, bereksperimen, bereksplorasi yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar. 162

Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Di sekolah, guru memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam menstimulasi kreativitas anak. Guru bertugas untuk menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu pembentukan nilai, memilih pengalaman belajar, menentukan metode/strategi mengajar, dan menjadi contoh perilaku untuk ditiru oleh siswanya. Dengan kata lain, guru bertugas dalam mengevaluasi tugas, perilaku dan sikap siswasiswanya. Menurut Davis, ciri-ciri seperti minat untuk belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan penghargaan dan pujian, memberi perhatian terhadap masalah anak, dan memiliki penampilan dan sikap yang menarik, merupakan ciri-ciri yang perlu dimiliki oleh guru dalam mengembangkan kreativitas siswa (dalam Munandar, 2009). Guru mungkin dapat mengajar/melatih keterampilan bidang seperti matematika, bahasa atau sains, tetapi tidak dapat mengajarkan kreativitas dan mengajarkan motivasi intrinsik. Hal ini dikarenakan kreativitas dan motivasi intrinsik paling baik disampaikan dalam bentuk contoh dan dengan menciptakan lingkungan kelas yang bebas dari rintangan-rintangan yang dapat merusak motivasi. Menurut Munandar (2009), ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kreativitas siswa di sekolah, yaitu sikap guru dan falsafah mengajar. Sikap guru yang dapat membantu mengembangkan kreativitas siswa yaitu dengan mendorong motivasi intrinsik siswa. Jika guru memberikan kebebasan pada siswa dalam memberikan gagasan, mencari alternatif-alternatif jawaban dan menyelesaikan suatu masalah, maka motivasi intrinsik pada siswa dapat tumbuh. Dalam upaya mendorong kreativitas siswa, perlu diketahui beberapa falsafah mengajar seperti yang disebutkan oleh Munandar (2009), yaitu : (1) belajar itu penting dan menyenangkan; (2) siswa itu adalah pribadi yang unik sehingga patut untuk disayangi dan dihargai. Selain itu, siswa bebas dalam menyampaikan dan mendiskusikan semua permasalahan yang dihadapinya secara terbuka kepada guru ataupun kepada teman sebayanya; (3) siswa dirangsang untuk menjadi pelajar yang aktif bukan pasif dalam menerima pelajaran; (4) hindari suasana tegang dan penuh tekanan saat guru mengajar di kelas; (5) ada perasaan memiliki dan kebanggaan dalam diri siswa selama di kelas; (6) pengalaman belajar 163

sebaiknya mendekati pengalaman dari dunia nyata, serta; (7) guru selalu lebih mengutamakan kerja sama selama di dalam kelas. Setelah mengetahui falsafah mengajar, hendaknya guru juga perlu memperhatikan strategi mengajar dalam meningkatkan kreativitas siswa. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kreativitas siswa, antara lain: Pertama, memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih topik atau kegiatan apa yang akan dilakukannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kedua, perlu melibatkan siswa dalam memberikan penilaian atas hasil kerjanya. Ketiga, guru memberikan hadiah yang bersifat intangible (non materi) seperti kata penghargaan, senyuman atau anggukan saat siswa berhasil menyelesaikan suatu permasalahan. Sehubungan dengan falsafah pendidikan yaitu mengakui adanya perbedaan individual termasuk perbedaan dalam hal kreativitas, Barbe dan Renzulli (1975, dalam Munandar, 1992) mengungkapkan ada beberapa implikasinya terhadap guru, diantaranya adalah guru harus memahami dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), guru harus mengetahui dan memahami pengertian tentang keberbakatan, selanjutnya guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan kemampuan anak. Selain itu guru juga hendaknya lebih banyak memberikan tantangan kepada siswa, guru lebih memperhatikan proses belajar daripada hanya menguasai bahan pengetahuan, guru lebih baik memberikan umpan balik dan memberikan beberapa alternatif strategi belajar serta guru harus menciptakan suasana yang dapat membangkitkan self esteem siswa, rasa aman dan berani mengambil resiko pada siswa. Berkaitan dengan kurikulum, guru juga perlu memodifikasi kurikulum berdiferensiasi untuk mengembangkan kreativitas siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar, (1992) bahwa terdapat beberapa asas kurikulum berdiferensiasi, yaitu: (1) guru dalam menyampaikan materi sebaiknya yang berhubungan dengan isu, atau masalah yang luas, (2) guru sebaiknya memadukan banyak disiplin ilmu dalam satu bidang studi tertentu, (3) guru memberikan pengalaman yang komprehensif dan berkaitan dalam satu bidang studi tertentu, (4) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendalami topik yang dipilihnya sendiri, (5) guru mengembangkan keterampilan belajar mandiri, (6) guru mengembangkan keterampilan berpikir siswa yang kompleks dan abstrak, (7) mengembangkan keterampilan dan 164

metode penelitian, (8) memadukan keterampilan dasar dan keterampilan berpikir kompleks dan abstrak, (9) mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, (10) mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan teknik, bahan dan bentuk baru, (11) mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman diri, dan (12) menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifik baik melalui penilaian diri maupun melalui alat baku. Adapun modifikasi kurikulum untuk mengembangkan kreativitas anak diantaranya adalah modifikasi materi kurikulum, modifikasi metode pembelajaran, modifikasi produk belajar dan modifikasi lingkungan belajar. Semakin kreatif guru dalam memilih dan menggunakan berbagai pendekatan selama proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya, maka kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal. PENUTUP Proses berpikir kreatif seorang anak sudah harus diperhatikan perkembangan dan pengembangannya sejak dini, tidak hanya di lingkungan keluarga melainkan juga di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, peran seorang guru sangat menentukan perkembangan kreativitas anak didik. Oleh sebab itu, hendaknya seorang guru melakukan upaya-upaya yang dapat membantu pengembangan kretivitas siswa, antara lain: guru memperhatikan metode/strategi mengajar, guru menjadi fasilitator dalam membantu siswa dalam proses menemukan dan mengembangkan dirinya, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga siswa dapat dengan bebas mengekspresikan ide-idenya. Selain itu, guru juga perlu memperhatikan sikap dan falsafah mengajar serta melakukan modifikasi kurikulum tentang materi, metode pembelajaran, produk belajar dan modifikasi lingkungan belajar. Guru juga perlu melakukan modifikasi kurikulum berdiferensiasi untuk mengembangkan kreativitas siswa dengan memperhatikan azas-azas kurikulum berdiferensiasi. 165

DAFTAR RUJUKAN Al-Khalili, S. A. A-S. (2005). Mengembangkan kreativitas Anak. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar Buhler, C. M. (1930). The First Year of Life. New York: The John Day Company Daruma, A. R. (1997). Hubungan antara Taraf Inteligensi, Kepercayaan Diri, dan Pendidikan Orangtua dengan Kreativitas Siswa. (tesis tidak dipublikasikan). Program Pasca Sarjana Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta : PT Erlangga. Marisi, A. K. (2007). Efektivitas Model Pengukuran Kreativitas Dalam Pembelajaran Hemisphere Kanan (HK) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V dalam Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Hasil Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 10(2) Munandar, S. C. U. (1977). Creativity and Education. Disertasi Doktor U.I. Jakarta : Universitas Indonesia.(1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT Grasindo. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta Nuryani, K. & Endang Sri. 2016. Pengembangan Siswa Melalui Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. Jurnal Lensa, 6 (1) Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1, Edisi Kesebelas. Jakarta : PT Erlangga. Seniawan, C. R. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT Index Wardani, N. S. (2011). Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok. Diambil dari : http:repository.uksw.edu>bitstream>art Strategi Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bercerita. Diambil dari : http://digilib.unmuhjember.ac.id/download.php?id=489 166