V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

III. BAHAN DAN METODE

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

III. METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Margoluwih memiliki luas

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

III. METODE PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

III. METODE PENELITIAN

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Potensi pertanian kedua desa cukup besar, hal ini dapat dilihat dari luas sawah yang mereka usahakan untuk usahatani padi dan menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. Gambar 2. Peta Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor Gambaran umum Desa Ciburuy dan Desa Cisalada akan dijelaskan meliputi topografi, kependudukan, mata pencaharian masyarakat dan fasilitasfasilitas penunjang kegiatan masyarakat. Gambaran umum lokasi penelitian di dua desa tersebut adalah sebagai berikut: 5.1.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cigombong dengan luas wilayah sebesar 200,67 ha. Batas wilayah Desa Ciburuy yaitu sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah timur 35

berbatasan dengan Desa Srogol, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada. Desa Ciburuy merupakan wilayah yang termasuk dataran rendah, berbukit-bukit dan terletak di daerah bantaran sungai. Tingkat kemiringan tanah di desa Ciburuy yaitu 16 derajat. Tabel berikut menjelaskan luas wilayah menurut penggunaannya: Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Ciburuy Tahun 2010 Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha) Luas permukiman 50 Luas persawahan 75 Luas kuburan 0,08 Luas taman 0,03 Perkantoran 0,06 Luas prasarana umum lainnya Tanah kering 0,05 55,7 Tanah perkebunan negara 13 Tanah fasilitas umum 6,75 Total luas 200,67 Sumber: Monografi Desa Ciburuy, 2010 Jumlah penduduk Desa Ciburuy secara keseluruhan yaitu berjumlah 12.005 jiwa. Penduduk di desa ini didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 6.153 jiwa (51,25 %) sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 5.852 jiwa (48,75 %) dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciburuy yaitu 2.480 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 75,03 per km. Penduduk di wilayah ini yang memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian berjumlah total 415 jiwa yang terdiri dari 135 jiwa petani dan 280 jiwa sebagai buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk yaitu sebagai karyawan perusahaan swasta sebanyak 550 jiwa. Karyawan perusahaan pemerintah berjumlah berjumlah 48 jiwa, pegawai negeri sipil berjumlah 35 jiwa, peternak 36

sebanyak 47 jiwa dan sisanya sebagai pengrajin, pedagang, pensiunan, TNI, Polri, pertukangan, bidan dan dokter. Fasilitas dibangun untuk menunjang kegiatan masyarakat desa. Adapun salah satu fasilitas yang terdapat dalam desa ini yaitu ruang terbuka publik yang terdiri dari taman bermain seluas 2.000 m 2, taman desa seluas 1.000 m 2, taman kas desa seluas 2.000 m 2. Prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak satu unit, poliklinik sebanyak empat unit, posyandu sebanyak 10 unit, rumah bersalin sebanyak sebanyak dua unit dan balai kesehatan ibu dan anak sebanyak satu unit. Prasarana terpenting di Desa Ciburuy yaitu sarana pendidikan yang terdiri dari gedung SLTA sebanyak dua buah, gedung SLTP sebanyak empat buah, gedung SD sebanyak delapan buah, gedung TK sebanyak tiga buah dengan status lahan sewa dan jumlah lembaga pendidikan agama sebanyak tujuh buah, dua buah sewa dan yang lainnya dalam status milik. Selain itu dalam desa ini juga terdapat sarana dan prasarana wisata, olahraga serta kebersihan. 5.1.2. Gambaran Umum Desa Cisalada Desa Cisalada merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cigombong dan memiliki luas wilayah sebesar 168,75 ha. Adapun batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciburuy. Wilayah administratif Desa Cisalada terdiri dari empat dusun, 10 rukun warga dan 26 rukun tetangga. Tabel luas wilayah menurut penggunaan dapat dilihat di bawah ini: 37

Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Cisalada Tahun 2010 Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha) Luas permukiman 32,25 Luas persawahan 105 Luas kuburan 5 Luas perkarangan 2,5 Perkantoran 0,25 Luas prasarana umum lainnya 15,25 Tanah fasilitas umum 8,5 Total luas 168,75 Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Jumlah penduduk Desa Cisalada secara keseluruhan berjumlah 7.019 jiwa, dengan penduduk terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 3.586 jiwa atau sekitar 51,09 % dari total penduduk, sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 3.433 jiwa atau sekitar 48,91 % dari total penduduk Desa Cisalada. Mayoritas agama penduduk Desa Cisalada beragama islam, hanya dua jiwa penduduk yang berkeyakinan lain yaitu menganut agama protestan. Terdapat tiga jiwa yang berwarga negara asing, sedangkan sisanya yaitu 7.016 jiwa penduduk berwarga negara Indonesia. Jumlah penduduk yang produktif yaitu 4.126 jiwa, rata-rata kepadatan penduduk yaitu 300 jiwa/km 2 dan rata-rata penyebaran penduduk yaitu 500 jiwa/km 2. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cisalada bervariasi yaitu mulai dari tingkat SD hingga S3, pada desa ini juga masih terdapat penduduk yang buta huruf. Tingkat pendidikan akhir penduduk didominasi oleh tamatan sekolah dasar yaitu berjumlah 3.168 jiwa atau sekitar 45,99 %. Pada Desa Cisalada terdapat penduduk dengan lulusan sarjana, yaitu 98 jiwa (1,42 %) lulusan S1, tiga jiwa (0,04 %) penduduk lulusan S2, dan satu jiwa (0,01 %) penduduk lulusan S3. Penduduk yang berpendidikan akhir diploma berjumlah 389 jiwa yaitu lulusan D1 sebanyak 163 jiwa (2,37 %), lulusan D2 sebanyak 139 jiwa (2,02 %) dan lulusan 38

D3 sebanyak 87 jiwa (1,26 %). Keterangan selengkapnya mengenai kategori penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Cisalada Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Buta huruf 116 1,68 Belum sekolah 587 8,52 Tidak tamat SD 102 1,48 Tamat SD 3.168 45,99 Tamat SLTP 1.319 19,15 Tamat SMU 1.106 16,05 Tamat D1 163 2,37 Tamat D2 139 2,02 Tamat D3 87 1,26 Tamat S1 98 1,42 Tamat S2 3 0,04 Tamat S3 1 0,01 Jumlah 6889 100 Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Mata pencaharian penduduk Desa Cisalada didominasi pada sektor pertanian, jumah penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 3.462 jiwa (60,17 %) yang terdiri dari 2.150 jiwa petani pemilik, 285 jiwa petani penggarap, dan 1.027 jiwa buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk berikutnya yaitu buruh sejumlah 1.255 (21,81 %). Pekerjaan pada sektor tersebut sering menjadi pemicu kelangkaan generasi penerus pertanian karena kebanyakan remaja lebih memilih bekerja di pabrik-pabrik sebagai buruh daripada menjalani aktivitas sebagai petani. Sektor pertanian akan semakin sulit untuk mencari tenaga kerja di masa yang akan datang jika masalah ini tidak diperhatikan. Jenis mata pencaharian penduduk lainnya dapat dilihat pada tabel berikut: 39

Tabel 10. Penduduk Menurut Pekerjaan Desa Cisalada Tahun 2010 Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase(%) Petani 3.462 60,17 Pengusaha kecil menengah 47 0,82 Pengrajin 3 0,05 Buruh 1.255 21,81 Bengkel/pencucian mobil dan motor 7 0,12 Penjahit 8 0,14 Pedagang 161 2,79 Pengemudi 36 0,63 Tukang ojek 315 5,47 Pertukangan 284 4,94 Pegawai negeri 144 2,50 Dokter 2 0,03 Bidan 1 0,02 Dukun 6 0,10 TNI/POLRI 9 0,16 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 13 0,23 Anggota DPRD Kabupaten 1 0,02 Jumlah 5.754 100 Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Fasilitas yang terdapat dalam Desa Cisalada terdiri dari beberapa sarana dan dibangun untuk memudahkan penduduk menjalani aktivitas keseharian mereka. Sarana terpenting dalam Desa Cisalada yaitu sarana pendidikan yang merupakan tempat penduduk usia pelajar untuk menuntut ilmu. Pertanian di Desa Cisalada ini didukung oleh keberadaan dua buah prasarana irigasi. Sarana lainnya yang terdapat di Desa Cisalada yaitu sarana keagamaan, sarana wilayah, sarana perekonomian, sarana perhubungan, sarana air bersih, sarana kesehatan dan sarana aparatur desa. 5.2. Gambaran Umum Budidaya Padi Semi Organik dan Anorganik Pada dasarnya budidaya tanaman padi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu antara lain: persiapan benih dan persemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan dan pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya padi semi organik membutuhkan tambahan pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan 40

lahan. Pengurangan dosis pemakaian pupuk kimia dilakukan secara bertahap, hal itu dilakukan untuk menghilangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dalam melakukan kegiatan usahatani mereka. Pemakaian pestisida kimia pada lahan pertanian padi semi organik sudah tidak diperkenankan lagi. Petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy diharuskan mematuhi aturan yang terdapat dalam SOP gapoktan seperti jenis varietas dan jumlah benih yang akan ditanam, cara pembuatan dan pemakaian pupuk organik serta pestisida nabati, aturan tanam, pemakaian pupuk kimia, serta penjualan dan pembinaan petani oleh Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian dan Gapoktan itu sendiri. Adapun proses budidaya pada kedua usahatani baik semi organik maupun anorganik akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Benih dan Persemaian Pemilihan jenis varietas yang akan digunakan pada kedua usahatani padi sangat diperhatikan. Pertimbangannya yaitu memilih varietas atas dasar ketahanan benih terhadap serangan hama dan penyakit tanaman padi. Varietas yang digunakan biasanya telah diuji mutu dan produksinya dari pemerintah. Mayoritas petani menggunakan benih berlabel biru yang tahan terahadap penyakit tungro, contohnya yaitu Ciherang, Bondoyudo, Situbagendit dan Inpari. Benih yang dipilih yang bersifat bernas, pemilihannya dengan menggunakan bahan desinfektan (larutan garam atau abu dapur). Benih yang ada direndam dalam larutan garam atau abu dan dilanjutkan proses pemeraman, dengan dosis setiap satu liter air harus dicampur dengan satu sendok garam atau tiga sendok abu. Benih yang dipilih adalah benih yang tenggelam. Setelah hal tersebut dilakukan maka perendaman dilakukan lagi dengan menggunakan air bersih. Perlakuan 41

tersebut bertujuan menekan penyakit dan merangsang pengecambahan benih secara merata pada tanaman padi. Setelah benih yang bernas telah terpilih, langkah selanjutnya yaitu membuat lahan persemaian. Gambar 3. Lahan Persemaian Benih Padi Beberapa petani juga menyediakan benih sendiri dengan cara memilih benih yang bernas dari lahan pertanian mereka, hal ini dapat menghemat pengeluaran biaya produksi pertanian. Lahan yang dipilih untuk persemaian merupakan lahan yang aman dan mudah pemeliharaannya. Bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang telah berumur 12-20 hari dan telah siap ditanam pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Petani semi organik menambahkan pupuk kompos untuk melengkapi proses pembibitan benih padi. Tabel 11. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap No Usahatani Padi Jumlah Benih (kg/ha) 1. Semi Organik 40,86 2. Anorganik 49,79 Sumber : Data primer, 2011 Jumlah benih yang digunakan pada usahatani padi anorganik lebih besar yaitu sejumlah 49,79 kg/ha dibandingkan usahatani padi semi organik yang hanya berkisar 40,84 kg/ha, maka dalam usahatani padi semi organik terjadi penghematan penggunaan benih. 42

2. Pengolahan Lahan Tujuan pengolahan lahan pada dasarnya agar gulma yang ada bisa mati dan membusuk, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, memudahkan pengaturan air dan mengatur jarak tanam. Pengolahan lahan dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya yaitu: - Mopokan (perbaikan pematang), yaitu melakukan pembongkaran pematang sampai dasar lahan dengan menggunakan cangkul, kemudian dilakukan penimbunan kembali dengan tanah yang sudah diolah sehingga pematang kembali rapi. Hal tersebut mencegah kebocoran saluran air dan menutup lubang hama yang ada. - Ngongkolongan, yaitu mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan petakan sebelah atas, posisi mencangkul membujur dengan petakan tanah dicangkul dan dipindahkan ke bagian tengah petakan. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan membajak lebih mudah dilakukan. - Bajak, yaitu melakukan pembajakan sawah yang biasa dilakukan dengan bantuan traktor atau kerbau. Hal ini tergantung dimana posisi lahan petani, jika lahannya mudah dijangkau oleh traktor maka petani biasanya melakukan proses pembajakan ini dengan bantuan alat tersebut. Jika sulit dijangkau maka alternatif bantuannya yaitu menggunakan bantuan kerbau. Bajak akan mempercepat proses pembusukan sisa tanaman. - Nampingan dan mengaru, yaitu melakukan perapian pada pematang bagian dalam petakan untuk memperluas areal tanam, serta melakukan penghalusan tanah olahan agar sistem perakaran sempurna dan kedap air. - Nguyab, yaitu melakukan pembersihan sisa tanaman dan dibenamkan. 43

- Nyorongan, yaitu melakukan perataan permukaan sawah agar sistem pengairan usahatani merata. Prosesnya dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa sorongan. - Pembuatan drainase, yaitu membuat parit pengaturan air dalam petakan agar memudahkan proses pengaturan air. Tahapan pengolahan tanah diatas diperoleh dari informasi standar operasional prosedur budidaya padi sehat (semi organik) pada Gapoktan Desa Ciburuy. Pada dasarnya pengolahan lahan pada budidaya padi anorganik hampir sama dengan tahapan proses pengolahan lahan padi semi organik ini, perbedaannya hanya terletak pada pemberian pupuk kompos yang diberikan dengan dosis kurang lebih dua ton/ha, dan petani semi organik biasanya juga melakukan penyebaran jerami sebelum pengolahan lahan yang nantinya akan mengalami proses pembusukan dengan sendirinya di lahan. Gambar 4. Tahapan Proses Pengolahan Tanah yaitu Mengatur Jarak Tanam (Kiri) dan Perataan Permukaan Sawah atau Nyorongan (Kanan) 3. Penanaman Bibit yang akan ditanam dalam proses ini berumur sekitar 12-20 hari. Langkah awal yang dilakukan adalah menyaplak, dengan bantuan alat yang disebut garokan. Jarak tanam pada usahatani semi organik umumnya berkisar antara 12,5 cm setiap tanaman dalam barisan, 25 cm antar tanaman di lain barisan 44

dan 50 cm pada setiap kelompok barisan. Sistem tanam seperti itu disebut legowo yang manfaatnya antara lain yaitu memudahkan dan mengefisienkan penggunaan pupuk pada lahan, serta mendapatkan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi. Penggunaan sistem tanam dengan teknik legowo mulai di adopsi oleh petani anorganik, walaupun masih sangat sedikit petani anorganik yang mengunakan cara tanam ini. Bibit yang telah disemai sebelumnya akan dipindah tanamkan pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Bibit padi ditanam secara dangkal dan tunggal pada setiap titik temu garis caplak. Jumlah bibit yang ditanam pada usahatani semi organik mayoritasnya berkisar antara dua hingga tiga rumpun, sedangkan usahatani anorganik umumnya berkisar antara tiga hingga lima rumpun padi. Gambar 5. Sistem Tanam Acak Usahatani Padi Anorganik (Kiri) dan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Semi Organik (Kanan) 4. Perawatan dan Pemeliharaan Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyiangan dan penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, babad pematang dan pengaturan air atau irigasi. - Penyiangan dan penyulaman, yaitu menyiangi rumput pengganggu disekitar tanaman padi, kemudian rumput tersebut dibenamkan kedalam tanah yang ada diantara barisan tanaman. Keadaan air pada saat penyiangan dalam 45

keadaan macak-macak dan saluran air dalam petakan sawah juga ditutup. Hal ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma, laju kompetisi pemanfaatan unsur hara tanaman, penyinaran matahari yang merata pada tanaman padi. Penyulaman merupakan penanaman kembali bibit dalam barisan tanaman yang hilang agar populasi tanaman tetap optimal. Adapun pada usahatani semi organik proses penyiangan dan penyulaman biasanya dilakukan dua kali yaitu saat padi berumur 20-25 HST dan 35-40 HST. - Pemupukan tanaman padi pada usahatani semi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos, dosisnya kurang lebih dua ton/ha. Petani menyediakan pupuk kompos dengan cara membelinya dari toko pertanian atau koperasi, atau petani juga bisa memproduksinya sendiri dengan menggunakan limbah peternakan dan pertanian yang melimpah di daerah pertanian mereka. Pemupukan selanjutnya yaitu dengan memberikan tunjangan unsur hara yang diperoleh dari kombinasi pemakaian pupuk kimia seperti TSP, Urea, NPK, KCL dan Ponska. Biasanya petani mengkombinasikan dua hingga tiga jenis pupuk tersebut atau hanya menggunakan pupuk NPK saja, hal itu tergantung kebutuhan dan kebiasaan petani dalam menjalani usahataninya. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat umur padi sekitar 20-25 HST. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur 45-50 HST atau pada waktu yang disebut masa pramoria (umur varietas padi dikurangi 65 hari). Pada usahatani anorganik pemupukan hanya dilakukan dua kali dengan menggunakan pupuk kimia saja, dosisnya lebih banyak dibandingkan dengan 46

usahatani semi organik. Adapun jumlah pemakaian pupuk kimia petani penggarap pada kedua usahatani dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap No. Jenis Pupuk Usahatani Padi Semi Organik (Kg/Ha) Usahatani Padi Anorganik (Kg/Ha) 1 TSP 75,79 194,13 2 Urea 99,64 253,57 3 Ponska 0 25 Sumber : Data primer, 2011 Berdasarkan tabel di atas maka dapat terlihat penggunaan pupuk kimia pada usahatani padi semi organik lebih sedikit dibandingkan anorganik. Hal tersebut dikarenakan usahatani padi semi organik telah melakukan pengurangan penggunaan pupuk kimia pada usahataninya. - Pengendalian hama dan penyakit pada usahatani semi organik meliputi empat kultur yaitu: kultur teknis merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara perbaikan teknis dalam melakukan usahatani, seperti bertanam dengan teknik legowo. Hal tersebut memiliki banyak manfaat diantaranya mengefisienkan pemberian pupuk saat pemupukan, memudahkan petani melakukan kontrol tanpa menginjak-injak tanaman padi mereka, pergerakan hama seperti tikus dapat terlihat sehingga menciptakan lingkungan yang tidak cocok untuk perkembangan OPT (Organisme Pengganggu tanaman). Kultur yang kedua yaitu kultur mekanis, merupakan pengendalian hama dengan menggunanakan agency hayati. Kultur selanjutnya adalah kultur biologis, yaitu contohnya dengan menggunakan varietas padi yang tahan penyakit tungro. Terakhir yaitu kultur kimia dengan pestisida nabati, baik yang dibeli dari toko pertanian atau Koperasi, ataupun petani bisa membuatnya sendiri 47

dengan bahan alami yang bisa didapat dari alam seperti daun picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba dan lain sebagainya. Hal ini berbeda dengan cara pengendalian hama yang dilakukan petani anorganik. Mereka cenderung memanfaatkan pestisida kimia seperti Decis, Furadan, Dusban, dan lainnya. Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit secara alami lebih diperkenankan karena tidak menimbulkan dampak negatif pada penggunaannya. - Babad pematang merupakan kegiatan pembersihan rumput yang terdapat di pinggir petakan sawah. Biasanya dilakukan bersamaan pada setiap penyiangan yaitu dua kali setiap satu musim tanam. - Pada dasarnya pengairan yang dilakukan kedua usahatani adalah sama. Tanaman padi membutuhkan pengaturan air pada saat tanam, penyiangan, pemupukan dan panen. Pada saat tanam, air tergenang di saluran tengah dan pinggir petakan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan mengharuskan pengeringan air atau kondisi air dalam keadaan macak-macak, saluran masuk keluarnya air harus ditutup. Kapasitas air sebaiknya diperbanyak pada saat tanaman padi sedang dalam masa bunting. Terakhir yaitu panen, air diusahakan dalam keadaan kering terhitung dari masa 20 hari sebelum panen. 5. Pemanenan Pemanenan padi pada kedua usahatani dapat dilakukan sebanyak lima kali setiap dua tahun. Pemanenan dilakukan pada waktu yang tepat sesuai dengan umur masing-masing varietas beras agar kualitas beras yang dihasilkan baik. Panen dilakukan setelah padi menguning 90 persen. Biasanya menggunakan alat perontok dengan alas yang lebar agar gabah tidak berserakan dan menggunakan 48

karung yang baik agar tidak bocor saat memasukkan gabah hasil panen. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian saat panen, diakibatkan dari berat gabah yang berkurang karena terbuang saat proses ini dilakukan. Pada petani semi organik, penjemuran gabah hingga prosesnya menjadi padi dilakukan oleh Koperasi, bahkan proses packaging juga dilakukan dengan baik oleh Koperasi yang dikelola di Desa Ciburuy ini. Adapun produksi, produktivitas dan harga jual rata-rata yang dihasilkan kedua usahatani yaitu: Tabel 13. Perbandingan Produksi, Produktivitas dan Harga Jual Rata-Rata pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap Usahatani Padi Produksi (kg) Produktivitas (kg/ha) Harga Output Rata-Rata (Rp) Semi Organik 2313,33 5960,84 2489,29 Anorganik 1876,67 5448,89 2220 Sumber : Data primer, 2011 Jumlah produksi atau produktivitas usahatani padi semi organik lebih tinggi dari anorganik. Nilai harga jual output pada usahatani padi semi organik juga sedikit lebih besar dari anorganik. Kedua hal tersebut nantinya akan mempengaruhi tingkat penerimaan usahatani padi ini. 5.2. Karakteristik responden Karakteristik responden akan dijelaskan menurut usahatani yang mereka usahakan yaitu usahatani padi semi organik dan anorganik. Jumlah keseluruhan responden yaitu 30 orang, yang terdiri dari 15 orang petani padi semi organik dan 15 orang petani anorganik. Karakteristik umum responden dijelaskan dari beberapa karakteristik yaitu: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk kegiatan usahataninya, luas lahan yang diusahakan, jumlah tanggungan keluarga dan lama pengalaman usahatani. 49

5.2.1. Jenis Kelamin dan Usia Responden petani padi semi organik dalam penelitian ini berasal dari Desa Ciburuy. Jumlah keseluruhan petani padi semi organik yaitu 15 responden. Responden didominasi oleh petani berjenis kelamin laki-laki yaitu 14 responden (93,33 %) dan perempuan sejumlah satu responden (6,67 %). Responden memiliki tingkat usia bervariasi, usia termuda responden yaitu 30 tahun dan usia tertua responden yaitu 64 tahun. Tingkat umur responden didominasi oleh petani yang memiliki rentang umur antara 43-55 tahun yaitu sejumlah 9 responden (60 %). Akibat keterbatasan jumlah petani padi anorganik di Desa tersebut maka pengambilan responden petani padi anorganik dilakukan pada Desa Cisalada, desa ini dipilih karena lokasi yang berdekatan dengan Desa Ciburuy sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama dan mayoritas petani yang masih menerapkan sistem usahatani anorganik. Jumlah responden petani padi anorganik yaitu 15 orang, enam responden (40 %) dari Desa Ciburuy dan sembilan responden (60 %) berasal dari Desa Cisalada. Keseluruhan responden petani padi anorganik berjenis kelamin laki-laki. Usia termuda petani padi anorganik yaitu 40 tahun dan usia tertua yaitu 80 tahun. Usia mayoritas responden petani padi anorganik yaitu berkisar antara 56-68 tahun berjumlah delapan responden (53,33 %). Tabel 14. Responden Berdasarkan Tingkat Usia Rentang Umur Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 30-42 2 13,33 2 13,33 43-55 9 60 3 20,00 56-68 4 26,67 8 53,33 69-81 0 0 2 13,33 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2011 50

5.2.2. Tingkat Pendidikan, Status Kepemilikan dan Luas Lahan Tingkat pendidikan responden dibedakan menjadi empat kategori. Tingkat pendidikan responden petani padi semi organik cukup beragam, secara umum responden petani semi organik lulusan sekolah dasar yaitu sebanyak 10 responden (66,67 %). Mayoritas responden petani padi anorganik juga masih berpendidikan rendah, jumlah petani yang memiliki tingkat pendidikan akhir sekolah dasar sama seperti petani semi organik yaitu berjumlah 10 responden (66,67 %). Responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Sekolah 0 0 2 13,33 Tidak tamat SD 2 13,33 3 20 SD 10 66,67 10 66,67 SLTP 3 20 0 0 Jumlah 0 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2011 Seluruh petani yang diambil sebagai responden adalah petani penggarap, petani tersebut harus membagi hasil panen padi sawahnya kepada pemilik lahan, besarnya jumlah bagi hasil tersebut mayoritasnya berkisar yaitu antara 50-50 % atau 60 % petani dan 40 % pemilik lahan. Akibat pembagian hasil ini maka secara umum pendapatan petani penggarap di kedua desa menjadi kecil pada setiap musim tanamnya. Luas lahan yang diusahakan responden pada umumnya masih dalam skala yang kecil. Mayoritas luas lahan yang diusahakan kedua petani padi semi organik yaitu sejumlah 7 responden (46,67 %) pada luas lahan < 0,3 hektar dan rentang 0,3-0,6 hektar. Mayoritas petani padi anorganik menjalani usahataninya pada 51

rentang 0,3-0,6 hektar yaitu sejumlah 8 responden (53,33 %). Luas lahan yang diusahakan petani selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Luas Lahan yang Diusahakan Responden Rentang Luas Lahan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik (ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) < 0,3 7 46,67 5 33,33 0,3-0,6 7 46,67 8 53,33 > 0,6 1 6,67 2 13,33 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2011 5.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Setiap responden menanggung penghidupan beberapa anggota keluarganya. Mayoritas jumlah tanggungan keluarga dari responden petani padi semi organik yaitu antara 5-7 jiwa yaitu tujuh responden (46,67 %). Anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani biasanya terdiri dari keluarga inti dan tambahan yang menetap di rumah responden. Jumlah tanggungan yang dimiliki responden petani padi anorganik mayoritas berada pada rentang jumlah 2-4 jiwa tanggungan keluarga yaitu 10 responden (66,67 %). Jumlah tanggungan keluarga responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Rentang Tanggungan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Keluarga (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 2-4 6 40 10 66,67 5-7 7 46,67 4 26,67 7-9 1 6,67 1 6,67 10-12 1 6,67 0 0 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2011 52

5.2.4. Pengalaman Usahatani Padi Petani padi semi organik pada dasarnya telah cukup lama menekuni kegiatan pertaniannya. Namun, sebelumnya responden hanya menerapkan kegiatan pertanian anorganik pada lahan yang mereka usahakan. Kerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat membawa mereka kepada keputusan untuk mulai menerapkan sistem pertanian semi organik ini. Adapun pengalaman usahatani responden akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 18. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi Pengalaman Usahatani (tahun) Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 3-16 9 60 8 53,33 17-30 4 26,67 3 20 31-44 2 13,33 2 13,33 45-58 0 0 2 13,33 Jumlah 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2011 Mayoritas pengalaman usahatani responden kedua usahatani petani berkisar antara tiga hingga 16 tahun yaitu sejumlah sembilan responden (60 %) pada usahatani padi semi organik, sedangkan usahatani padi anorganik yaitu sebanyak delapan responden (53,33 %). Mayoritas petani Desa Ciburuy mulai melakukan usahatani semi organik selama 7-8 tahun yaitu 12 responden (80 %). Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 19. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi Semi Organik Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 5-6 2 13,33 7-8 12 80 9-10 1 6,67 11-12 0 0 Jumlah 15 100 Sumber: Data Primer, 201 53