129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate, bahwa faktor yang menyebabkan adanya pemukiman kumuh di di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate adalah Tingginya tingkat kepadatan penduduk, Rendahnya Tingkat Pendapatan, Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian informal dan pengangguran, Aktifas masyarakat sehari-hari yang selalu memproduksi sampah dan kebiasaan masyarakat setempat, Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan Kurangnya partisipasi masyarakat terhadap penataan pemukiman kumuh, Kurang optimalnya peran pemerintah dalam penataan pemukiman kumuh dan penyediaan sarana prasarana pemukiman, Keterbatasan lahan pada wilayah pesisir, Belum disediakannya perumahan yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dan Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Dari faktor yang ada kemudian dibuat suatu konsep untuk menangani masalah pemukiman kumuh ini melalui analisa triangulasi, yang dijabarkan per faktor. 1. Kepadatan Penduduk Untuk menangani masalah kepadatan penduduk yang ada kawasan pemukiman kumuh kelurahan Soasio dan Kampung Makasar Timur kota Ternate dapat menggunakan konsep Preventif. Yaitu dengan : - Tertibnya administrasi kependudukan dan pengendalian mobilitas penduduk. - Menetapkan batas toleransi kawasan pemukiman penduduk guna mencegah pengrusakan lingkungan.
130 2. Kemiskinan Secara Ekonomi Untuk variabel kemiskinan secara Ekonomi (tingkat pendapatan) dapat diselesaikan dengan cara mengkolaborasi antara konsep Tribina dan Konsep Kawasan Percontohan. 3. Kemiskinan Secara Sosial Untuk variabel kemiskinan secara Sosial (jenis mata pencaharian) dapat diselesaikan dengan cara mengkolaborasi antara konsep Tribina dan program peningkatan Sumber Daya Manusia. 4. Budaya/Kultur Untuk aspek Budaya atau kultur (kebiasaan masyarakat) dapat diatasi dengan menerapkan konsep Tribina dalam hal ini adalah bina sosial. Pembinaan dapat juga dilakukan dengan cara pemberian penyuluhan kepada masyarakat. 5. Masyarakat Untuk aspek masyarakat (kepedulian dan kesadaran masyarakat dan pertisipasi masyarakat) dapat diatasi dengan menerapkan konsep Model Penanganan Kampung Kumuh Berbasis Potensi Masyarakat. 6. Peran Pemerintah Untuk aspek peran pemerintah (upaya pemerintah) dapat diatasi dengan menerapkan konsep Manajemen Perkotaan. Dimana tujuan dari konsep ini adalah bertujuan menyesuaikan pelayanan publik terhadap kebutuhan masyarakat. 7. Keterbatasan Lahan Untuk aspek keterbatasan lahan dapat diatasi dengan menerapkan konsep Water Front City. 8. Perumahan Untuk aspek perumahan dapat diatasi dengan menerapkan konsep Revitalisasi kampung kota dan water front city. 9. Tingkat Pendidikan
131 Untuk aspek tingkat pendidikan dapat diatasi dengan menerapkan konsep Tribina. Maka Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate, adalah : Revitalisasi Kampung Kumuh melalui konsep Tribina, manajemen perkotaan dan water front city yang berbasis masyarakat : 1. Waterfront City. a. Merevitalisasi kawasan pemukiman kumuh ini menjadi kawasan pemukinan ditepi pantai, dengan melakukan revitalisasi kawasan pemukiman, sehingga pada akhirnya terbentuk suatu kawasan pemukiman tepi pantai yang lebih memperhatikan lingkungan. 2. Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui Konsep Tridaya. a) Perbaikan kualitas fisik lingkungan, termasuk didalamnya utilitas atau prasarana lingkungan. b) peningkatan kualitas pendidikan, minimal tingkat SMA melalui peningkatan kualitas guru, penyediaan sarana prasarana sekolah yang memadai c) Menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan sosial dalam masyarakat, dari dan untuk masyarakat, misalnya dengan simpan pinjam. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan antara lain : 1. Diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan pemukiman di kota Ternate.
132 2. Diperlukan koordinasi yang baik antar tiap stakeholder dalam menjalankan peranannya sehingga pengembangan wilayah pemukiman dapat optimal. 3. Pemerintah harus benar-benar memanfaatkan peluang yang ada sehingga pengembangan kawasan pemukiman dapat terlaksana secara optimal. 4. Pembuatan seribu kios sebagai pusat perdangangan, mengingat kawasan ini merupakan pintu gerbang perekonomian masyarakat maluku utara, dan sebagian besar masyarakat yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh tersebut bermatapencaharian sebagai pedagang. 5. Persepsi masyarakat yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh tentang kualitas lingkungan perlu diperbaiki dengan memberikan pemahaman yang benar mengenai rumah dan lingkungan yang sehat. 6. Dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman, masyarakat perlu difasilitasi dengan pembentukan lembaga organisasi/koperasi di tingkat RW sehingga dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat dan membuka peluang untuk mendapatkan akses bantuan dari pemerintah atau pihak luar untuk perbaikan kondisi permukiman. 7. Perlu adanya ketegasan dari pemerintah dan koordinasi untuk mengantisipasi bertambah luasnya kawasan permukiman kumuh. 8. Untuk masalah persampahan perlu dipertimbangkan untuk pembentukan organisasi/koperasi pengelolaan sampah kota. Di kawasan pemukiman kumuh cukup banyak tenaga kerja yang dapat dipekerjakan dalam berbagai tahap pengelolaan mulai dari pengupulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan. 9. Dinas Tata Kota dan instansi terkait perlu menyusun pola pemberdayaan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh yang bertujuan untuk
133 meningkatkan partisipasi warganya dan memberikan akses kepada masyarakat selaku pelaku utama dalam pembangunan rumah dan permukimannya.
Halaman ini sengaja dikosongkan 134