BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari

dokumen-dokumen yang mirip
APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita:

Pertemuan I Menyembuhkan Orang Busung Air (Lukas 14:1-6)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KETAKUTAN AKAN KEMATIAN PADA ORANG BERAGAMA KATOLIK ANTARA ANGGOTA KELOMPOK KATEGORIAL DAN YANG TIDAK TERLIBAT DALAM KELOMPOK KATEGORIAL SKRIPSI

Studi Perbandingan Katolik Roma (5) API PENYUCIAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

UKDW BAB I PENDAHULUAN

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

Suster-suster Notre Dame

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan berdebar saat akan menghadapi

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

Katekese Sakramen Tobat

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: "Di manakah Dia, raja

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. dan batasan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian. meninges, dantulang (Brewis, 1983 Smeltzer & Bare, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

1 Yohanes. 1 1 Kami memberitakan kepadamu tentang. 2 1 Anak-anakku, aku menuliskan ini. Yesus Pembela Kita

BAB I PENDAHULUAN. seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

SPIRITUALITAS EKARISTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam prosesnya terjadi penyaringan dan penyerapan zat zat yang berfungsi bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari keseluruhan proses kehidupan yang dijalani oleh manusia. Siap ataupun tidak setiap manusia suatu saat akan menghadapi ajalnya. Kematian dapat datang kapan saja dan tanpa diduga, hal ini menyebabkan manusia mengalami ketakutan akan kematian. Secara umum, ketakutan akan kematian ini terutama dialami oleh pasienpasien yang mengalami penyakit yang cukup serius (sampai mengancam nyawa). Mereka yang secara nyata mengalami betapa buruknya rasa sakit yang menyeluruh (total pain) lebih mudah mengalami ketakutan akan datangnya kematian. Seperti yang diungkapkan oleh Kubler-Ross (2009: 31-111), beberapa orang yang didiagnosis mengalami penyakit serius, awalnya akan menolak kenyataan bahwa mereka sedang sakit. Hal ini terbukti dari hasil wawancara pre-liminary study kepada T, pasien gagal ginjal selama 14 tahun. Partisipan T mengatakan ia sudah melakukan segala cara untuk sembuh sejak tahun pertama setelah didiagnosis. T sudah pergi ke beberapa pengobatan alternatif di berbagai kota untuk menyembuhkan penyakitnya, namun kondisinya tidak juga mengalami perubahan positif. Selama 14 tahun menjalani penyakitnya, T sudah mengalami banyak operasi, sampai akhirnya ia mulai terbiasa dan menerima kondisinya tersebut. T tidak lagi mengalami ketakutan akan kematian seperti operasi yang pertamanya. Hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan kondisi penyakitnya yang semakin parah. Kegagalan fungsi ginjal menyebabkan organ-organ vitalnya banyak yang membengkak. Hasil pemeriksaan terakhir ini bisa ia terima dengan 1

2 lapang dada. Ia merasa sudah siap untuk menghadapi kematian. Pada tahap Kubler-Ross, saat ini T sudah berada pada tahap acceptance. Ada beberapa definisi dari kematian itu sendiri. Menurut ilmu kedokteran, seseorang dikatakan mati otak apabila seluruh aktivitas elektrik di otak berhenti selama periode waktu tertentu. Grafik EEG (electroencephalogram) yang datar, yang terekam selama periode waktu tertentu merupakan satu kriteria dari mati otak (Santrock, 2002: 263). Berdasarkan jawaban atas pertanyaan mengenai definisi kematian yang diajukan kepada beberapa orang dalam pre-liminary, menunjukkan sebagian besar orang menganggap kematian adalah berakhirnya fungsi tubuh, sebuah awal dari sebuah kehidupan baru, fase akhir dari perjalanan kehidupan, saatnya kembali kepada Tuhan, dan merupakan kepastian dalam hidup. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Luper (2002) mengenai beberapa hal mengenai kematian; Pertama, kematian dapat dipahami sebagai penyelesaian dari proses sekarat. Kita menyebutnya denouement death (mati sebagai penyelesaian). Kedua, kematian dapat juga dipahami sebagai awal dari proses sekarat; yaitu suatu titik yang tidak lagi memungkinkan berbaliknya proses sekarat (point of no return). Kita menyebutnya threshold death (mati sebagai batas).ketiga, kematian adalah hilangnya kemampuan organisme untuk mengintegrasikan fungsi tubuhnya; kita menyebutnya integration death (mati keseluruhan).di dalam threshold death dan integration death, yang berakhir bukanlah hidup itu sendiri, melainkan kapasitas organisme untuk melangsungkan kehidupannya. Dari hasil pre-liminary study ditemukan bahwa ketakutan akan kematian ini bisa dialami oleh siapa saja. Bukan hanya mereka yang mengalami sakit parah namun juga mereka yang sehat. Pre-liminary ini dilakukan kepada 88 orang dengan rentang usia 17 sampai 29 tahun, tidak menderita sakit fisik, dan masih bisa beraktifitas biasa. Pertanyaan yang diajukan mengenai apakah mereka mengalami ketakutan akan kematian

3 atau tidak. Menunjukkan hasil jawaban partisipan seperti yang tertera dibawah ini: 68,2% 31,8% Ya Tidak Gambar 1.1 Hasil pre-liminary takut atau tidak terhadap kematian Sebanyak 60 orang (sebesar 68,2%) menjawab mengalami ketakutan akan kematian, dan sebanyak 28 orang (sebesar 31,8%) tidak mengalami ketakutan akan kematian. Dari hasil ini, tampak bahwa bukan hanya orang yang dekat dengan kematian takut akan kematian, namun orang biasa juga mengalami ketakutan akan kematian. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Rousseau (dalam Sañjîvaputta, 1999: 79) bahwa mereka yang berpura-pura tidak merasa takut kepada kematian telah berdusta, karena setiap orang takut mengalami kematian. Kemudian mereka diminta untuk menyebutkan intensitas ketakutannya terhadap kematian. Hasil jawaban partisipan menunjukkan sebanyak 9 orang atau sekitar 10,2% berada pada kondisi tidak takut sama sekali akan kematian, sebanyak 22 orang atau 25% berada pada kondisi sedikit takut akan kematian. Sebanyak 26 orang atau sebanyak 29,5% berada pada kondisi takut akan kematian, lalu sebanyak 15 orang atau sebesar 17,1% dari seluruh partisipan berada pada kondisi sanga takut akan kematian dan 9 orang atau sebesar 10,3% berada pada kondisi sangat takut sekali akan kematian, seperti yang tertera pada tabel 1.1 dibawah ini:

4 Tabel 1.1 Hasil intensitas ketakutan akan kematian pre-liminary Skala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total F 6 3 10 12 22 4 9 13 2 7 88 % 6,8 3,4 11,4 13,6 25 4,5 10,2 14,8 2,3 8 100 Keterangan: Semakin mendekati angka 1 menunjukkan kondisi tidak takut sama sekali akan kematian. Semakin mendekati angka 10 menunjukkan kondisi sangat takut sekali akan kematian Dalam kuisoner tersebut mereka juga menyebutkan alasan mengapa mengalami ketakutan akan kematian. Dari 88 partisipan, 60 orang menjawab alasan mereka mengalami ketakutan akan kematian. Sementara 28 orang lainnya menjawab tidak ada yang harus ditakuti dari kematian, kematian merupakan proses alami yang akan dijalani oleh setiap manusia. Alasan mengalami ketakutan akan kematian yang dikemukakan cukup beragam, berikut hasil yang diperoleh: Tabel 1.2 Alasan takut akan kematian berdasarkan pre-liminary No Alasan seseorang takut akan kematian F % 1 Takut akan kematian karena masih banyak hal yang hendak dicapai 19 30,65% 2 Merasa belum layak untuk menghadap Tuhan 18 29,03% 3 Tidak tahu kehidupan setelah kematian 9 14,51% 4 Takut meninggalkan orang-orang terdekat 4 6,45% 5 Belum siap 7 11,29% 6 Lain-lain 3 8,06% Total 60 100% Sebab-sebab ketakutan akan kematian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhyidin (dalam Tuda & Ayu, 2012: 2) sebab-sebab orang takut mati adalah takut bahwa amal-amal perbuatannya masih belum cukup untuk menjadi bekal menghadap Tuhan, kematian akan menghentikan pencarian terhadap bekal tersebut. Selain itu ketakutan akan kematian juga bisa disebabkan karena manusia tidak ingin berpisah dengan yang dicintainya, baik itu harta maupun orang yang disayang.

5 Kematian merupakan hal yang biologis, tetapi hal ini juga memiliki aspek sosial-budaya, agama, hukum, psikologis, perkembangan, medis dan etika. (Papalia, 2009: 452). Dari sebab inilah oleh setiap orang kematian dipandang dengan cara yang berbeda-beda. Definisi kematian menurut beberapa budaya berbeda-beda; misalnya yang terjadi di Jepang, ritual keagamaan mendorong mereka untuk mempertahankan hubungan dengan yang sudah meninggal. Sementara kaum Hopi (penduduk asli Amerika) yang takut akan kehadiran roh orang yang sudah meninggal memilih untuk melupakan orang yang meninggal cepat-cepat (Papalia, 2009: 253). Begitu pula dengan agama, dalam agama seseorang bukan hanya belajar tentang nilai-nilai namun juga konsep hidup dan kematian. Dalam penelitian ini pandangan agama Katolik tentang kematian akan lebih dipakai. Agama Katolik memandang kematian sebagai akhir dari perziarahan menusia di dunia (KGK 1013). Menurut Listiati (2009) jiwa orang yang meninggal akan masuk surga (jika ia sempurna), masuk neraka (jika ia meninggal dalam keadaan berdosa berat), atau masuk Api Penyucian (jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun masih harus dimurnikan terlebih dahulu). Jiwa-jiwa di Api Pencucian akan menunggu saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya, yaitu pada saat akhir zaman (lih. Luk 8:17; Mat 25:32-33). Jiwa-jiwa di Api Penyucian yang belum terangkat ke Surga akan mendapatkan tubuh yang telah dibangkitkan dan kemudian diadili di hadapan seluruh umat manusia (Listiati, 2009). Sikap agama terhadap kematian memang mempengaruhi bagaimana individu memandang kematian (Papalia, 2009: 452). Dalam setiap agama yang dianut terkandung ajaran-ajaran untuk menyikapi kematian sebagai sesuatu yang wajar terjadi. Manusia diajarkan untuk selalu mempersiapkan diri dengan menjalankan perintah agama, karena kematian bisa datang

6 kapan saja. Semakin dekat relasi individu dengan Tuhan, semakin tinggi tingkat religiositasnya. Religiositas adalah integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang (Rakhmat, 2004: 32). Salah satu faktor yang menentukan seseorang takut akan kematian adalah tingkat religiositasnya, karena semakin dekat relasinya dengan Tuhan, mereka akan semakin siap menghadapi kematiannya. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono & Meiyanto (2003) menyatakan terdapat hubungan negatif antara tingkat religiositas dengan ketakutan akan kematian, artinya semakin tinggi tingkat religiositas seseorang semakin rendah tingkat ketakutan akan kematiannya. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Korah & Erawan (2016) yang menyatakan nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan hubungan negatif yang signifikan, artinya semakin tinggi tingkat religiositas maka semakin rendah tingkat kecemasan terhadap kematian. Salah satu cara untuk meningkatkan religiositas adalah dengan terlibat dalam kelompok-kelompok kategorial. Menurut Wibowo, Pelupessy, dan Narhetali (2011: 4) komunitas, kelompok sosial, organisasi maupun lembaga sosial yang berada di sekeliling individu dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada diri anggotanya. Secara umum, kelompok-kelompok kategorial ini biasa disebut sebagai komunitas religius. Sementara kmenurut buku Pedoman Kevikepan Kategorial Keuskupan Surabaya (Widada, dkk., 2017: 1) merupakan persekutuan umat beriman kristiani yang membentuk suatu kelompok yang terdiri dari kelompok awam atau organisasi kemasyarakatan yang sifatnya gerejawi. Dalam kelompok kategorial umat beragama akan diajarkan untuk menghayati lebih mendalam iman dan kepercayaannya. Cara yang

7 dilakukan adalah lewat pengajaran dan doa, doa dapat dilakukan secara berkelompok ataupun individual. Sebagai sebuah kelompok diperlukannya pertemuan rutin untuk berkumpul bersama. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah berdoa, namun agar tidak membosankan pertemuan kelompok ini juga diselingi dengan berbagai kegiatan. Misalnya, dalam Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) pada pertemuan sel ditambahkan sharing dan pendalaman iman, setiap anggota akan bergantian untuk memimpin pujian dan pendalam iman. Dalam Komunitas Emmanuel (KE) dilakukan pertemuan besar 1 bulan sekali untuk berkumpul bersama, berdoa dan sharing. Menurut Jakob (2001: 84) aktivitas-aktivitas religius ini dapat mengurangi stres, kecemasan dan ketakutan pada diri seseorang. Efek-efek ini tidak hanya berlangsung selama waktu berdoa saja tetapi juga berlangsung pada jangka panjang. Beberapa studi membuktikan bahwa dengan berdoa secara berkelompok juga dapat memberikan dukungan sosial dan dukungan untuk berbagi keyakinan sehingga individu tidak merasa mengalami hal yang buruk sendirian (Gebauer, Sedikides, & Neberich, 2012; George et al., 2002 dalam Taylor, 2015: 139). Dalam kaitannya dengan kematian, dalam setiap kelompok kategorial, anggotanya diajak untuk kembali merefleksikan bersama makna hidup dan adanya kematian sebagai akhir dari proses kehidupan. Dampaknya, anggota kelompok kategorial menjadi lebih berpasrah. Mereka memasrahkan kehidupan dan kematian ditangan Tuhan, karena menyadari Tuhanlah empunya kehidupan. Hal ini sesuai dengan hasil pre-liminary, bahwa mereka yang tidak takut akan kematian sebagian besar merasa hidup dan kematian sudah diatur oleh Tuhan. Berdasarkan paparan di atas dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa perlu adanya penelitian tentang perbedaan ketakutan akan kematian anggota kelompok kategorial dan yang tidak

8 terlibat. Pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya dibuktikan tentang adanya korelasi negatif antara tingkat religiositas dengan ketakutan akan kematian, namun belum ada penelitian tentang peran kelompok kategorial sendiri bagi tingkat ketakutan akan kematian seseorang. Sebab itulah yang mendasari peneliti ingin membuktikan bahwa anggota kelompok kategorial yang memiliki nilai-nilai religius yang mendalam lebih siap menghadapi kematian. 1.2 Batasan Masalah Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian sehingga penelitian menjadi lebih terfokus dan diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian dengan lebih efektif dan efisien. Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah hanya menfokuskan pada kelompok kategorial katolik yang ada di Keuskupan Surabaya dan orang katolik yang tidak terlibat dalam kelompok kategorial yang bedomisili di Surabaya. Telah dibaptis Katolik dan merupakan kaum awam (bukan biarawan/biarawati) berusia 20 60 tahun. Penggalian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan kuisoner ketakutan akan kematian Collett-Lester Fear Of Death Scale yang diberikan kepada anggota kelompok kategorial dan yang tidak terlibat dalam kelompok kategorial. Penelitian ini merupakan uji perbedaan (komparatif) Independent t-test pada ketakutan akan kematian orang beragama Katolik anggota kelompok kategorial dan yang tidak terlibat kelompok kategorial. 1.3 Perumusan Masalah Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan terarah, maka perlu dirumuskan masalah apa yang menjadi fokus penelitian yang sesuai dengan latar belakang masalah diatas adalah:

9 a. Apakah terdapat perbedaan ketakutan akan kematian antara orang beragama katolik anggota kelompok kategorial dan yang tidak terlibat? b. Apakah anggota kelompok kategorial tingkat ketakutan akan kematiannya lebih rendah dibandingkan yang tidak tidak terlibat? 1.4 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan ketakutan akan kematian pada orang beragama Katolik anggota kelompok kategorial dan yang tidak terlibat dalam kelompok kategorial. b. Untuk membuktikan apakah anggota kelompok kategorial tingkat ketakutan akan kematiannya lebih rendah dibandingkan yang tidak terlibat. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis : Hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan psikologi, khususnya dalam bidang psikologi klinis mengenai ketakutan seseorang terhadap kematian dan psikologi sosial terkait tentang bagaimana peran kelompok kategorial dapat mengurangi ketakutan seseorang terhadap kematian. 1.5.2 Manfaat praktis : a. Bagi kelompok kategorial Manfaat penelitian ini bagi kelompok kategorial adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai yang selama ini telah ditanamkan telah memberikan dampak kepada setiap anggotanya, terutama dalam mengurangi ketakutan mereka akan kematian.

10 b. Bagi partisipan Manfaat yang dapat dirasakan oleh partispan setelah mengikuti penelitian ini adalah dapat menjadi bahan refleksi diri tentang makna kematian bagi dirinya, serta mengetahui apakah dirinya sebenarnya takut terhadap kematian atau tidak. c. Bagi partisipan yang tidak terlibat dalam kelompok kategorial Penelitian ini dapat menjadi masukan bagaimana peran kelompok kategorial terhadap kesiapan menghadapi kematian bagi mereka yang tidak mengikuti kelompok kategorial.