I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA, GURU DAN PEDAGANG TENTANG KEAMANAN PANGAN EFRIZA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

Regulasi Pangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini membahas tentang implementasi kebijakan sertifikasi keamanan

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

A. Latar Belakang Masalah

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber daya manusia yang memperhatikan beberapa faktor seperti faktor

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no. 18, th Pangan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengawasan agar produk pangan yang dihasilkan sesuai

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

Regulasi sanitasi Industri Pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh pangan yang bermutu tinggi dan aman bagi kesehatan. Perhatian pemerintah dalam masalah keamanan pangan cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan diberlakukannya undang-undang tentang pangan yaitu Undang-Undang No.7 Tahun 1996. Undang-Undang tersebut mencakup aspek utama dalam bidang keamanan pangan yaitu aspek sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan laboratorium, serta pangan tercemar. Kondisi keamanan pangan di Indonesia selama ini dianggap masih memprihatinkan. Berita di media massa seringkali memuat terjadinya kasus keracunan makanan serta penggunaan bahan tambahan pangan yang membahayakan kesehatan. Tetapi masyarakat Indonesia sepertinya kurang menyadari magnitude permasalahan keamanan pangan yang dihadapinya. Terjadinya kasus keracunan dianggap hal yang lumrah bila tidak memakan korban jiwa. Demikian juga penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak dilarang dan penggunaan bahan kimia non BTP yang tidak memberi efek racun yang mematikan masih banyak dipertahankan karena dianggap memberi kompensasi ekonomis yang lebih tinggi. Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan dampak seperti gangguan kesehatan pada konsumennya, mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Kondisi mutu dan keamanan pangan nasional kenyataannya tidak terlalu bagus, hal ini ditunjukkan oleh data keracunan pangan yang secara kualitatif menunjukkan rendahnya kondisi sanitasi dan higiene sarana produksi pangan di Indonesia. Kondisi keamanan pangan yang kurang baik akan membawa dampak

2 bagi rendahnya status kesehatan masyarakat. Di samping itu, kondisi keamanan pangan yang kurang baik akan berakibat pada kerugian negara karena ditolaknya produk pangan di arena perdagangan internasional. Menurut Hariyadi (2008), di sela confrensi "Investing in Food Quality, Safety and Nutrition" di Jakarta, sekitar 33-80 persen atau rata-rata 62 persen produk pangan Indonesia yang ditolak masuk di pasar internasional (AS) karena alasan keamanan pangan, dengan kata lain atas alasan filthy atau kotor. Filthy terjadi karena masih kurang atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan yang baik dalam proses produksi pangan. Dengan kata lain, kepada produsen produk pangan dan hasil pertanian Indonesia masih perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diawasi untuk menerapkan good practices. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk melaksanakan good practices ini juga dapat diamati dari data keracunan pangan yang terdapat di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Data KLB keracunan pangan Tahun 2008, dari 197 sampel data yang ada menunjukkan bahwa penyebab utama kasus keracunan makanan adalah karena cemaran mikrobiologi (27.41%) dan cemaran bahan kimia (18.78%). Tidak dapat ditentukan 43.15% dan tidak ada sampel 10.66%. Selanjutnya data BPOM juga menunjukkan bahwa sebanyak 15.74% dari kasus keracunan makanan yang terjadi ternyata disebabkan oleh makanan olahan, 15.74% disebabkan oleh pangan jajanan, 25.89% pangan jasa boga dan 41.82% masakan rumah tangga. Hal ini mengindikasikan bahwa pengolahan makanan di industri pangan masih belum memenuhi standar kemanan pangan (BPOM, 2009). Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (UU No. 7, 1996 tentang Pangan). Pangan yang tersedia bagi masyarakat harus layak untuk dikonsumsi (fit for consumption) dan harus aman untuk dikonsumsi (safe for consumption). Pangan jajanan memiliki peranan yang strategis bagi produsennya (penjaja pangan jajanan) maupun konsumennya (guru dan anak sekolah). Upaya

3 meningkatkan keamanan pangan jajanan menjadi suatu keharusan mengingat anak sekolah adalah generasi penerus bangsa yang sudah semestinya mendapat asupan gizi yang memadai dan bermanfaat dari pangan yang mereka konsumsi, termasuk pangan jajanan (Rahayu dan Nababan, 2005). Pangan jajanan sangat banyak dijumpai oleh sebagian besar anak usia sekolah, dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Terdapat kecenderungan dua kategori penjaja pangan di sekitar sekolah, yaitu yang ditunjuk oleh sekolah (umumnya menyatu dengan kantin dan dikelola oleh koperasi sekolah) dan penjual pangan jajanan yang mangkal di sekitar sekolah. Penjaja beberapa jenis pangan jajanan seperti pisang goreng, es campur dan nasi goreng, masih melakukan tahapan akhir pengolahan di tempat penjualan ( Rahayu dan Nababan, 2005). Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Anak-anak usia sekolah merupakan konsumen yang seringkali menjadi sasaran produsen produk pangan dari berbagai tingkatan (industri besar, menengah dan kecil), karena masih mudah dipengaruhi. Masalah keamanan pangan pada jajanan anak sekolah sangat komplek penyebabnya antara lain adalah tata cara penanganan pangan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, ketidaktahuan konsumen (anak-anak sekolah & guru) mengenai pangan jajanan yang aman. Masalah keamanan pangan pada pangan jajanan di lingkungan sekolah antara lain ditemukannya produk pangan olahan yang tercemar bahan berbahaya, mikrobiologis & kimia, pangan siap saji yang belum memenuhi syarat higienitas serta donasi pangan yang bermasalah (Fardiaz, 2004). Pangan yang aman harus dikendalikan oleh produsen (importir, eksportir, distributor, peritel, dan penjaja pangan, dihindari oleh konsumen, diatur dan diawasi oleh pemerintah.

4 Selama ini pengetahuan penduduk Indonesia terhadap keamanan pangan masih rendah karena kurangnya pengetahuan serta rendahnya kemampuan daya beli untuk produk pangan yang bermutu. Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan kerusakan akibat cemaran biologis, kimia dan fisika (Winarno, 1997). Untuk membantu terjaminnya keamanan pangan di seluruh mata rantai pangan, pemerintah menetapkan pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik (CPPB). CPPB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, CPPB dapat dipandang sebagai salah satu perangkat dalam membangun sistem jaminan mutu pangan yang baik. Pangan olahan untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran (berdasarkan hasil penilaian keamanan, mutu dan gizi pangan olahan), kecuali pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga (pangan olahan IRT wajib memiliki sertifikat produksi pangan IRT). Untuk mendapatkan pangan yang aman perlu adanya kerjasama semua lembaga yang terkait dengan keamanan pangan, juga dengan industri pangan dan konsumen. Bagaimana meningkatkan pengetahuan konsumen akan keamanan pangan sehingga mereka dapat menggunakan haknya dalam memperoleh pangan yang lebih baik mutunya dan lebih aman untuk dikonsumsi serta bagaimana menyebarkan pesan keamanan pangan yang tepat seluas mungkin adalah melalui barbagai cara promosi ke seluruh negeri (Fardiaz, 2004). Komunikasi yang efektif sangat penting peranannya dalam proses belajar mengajar, termasuk dalam kegiatan penyuluhan, promosi, dsb. Komunikasi Edukasi dan Promosi perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan produsen dan konsumen akan keamanan pangan sehingga mereka dapat menggunakan haknya dalam memperoleh pangan yang lebih baik mutunya dan lebih aman untuk dikonsumsi. Usaha penyampaian informasi keamanan pangan telah dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, khususnya di Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Usaha yang sudah dilakukan untuk menyampaikan informasi keamanan pangan adalah melalui promosi di berbagai

5 media penyuluhan seperti siaran televisi, radio, penyebaran poster dan leaflet, seminar, workshop, namun belum dapat dilihat media promosi yang efektif, tepat dan mengenai sasaran dalam mempromosikan keamanan pangan. Untuk melihat efektif atau tidaknya suatu kegiatan promosi, diperlukan evaluasi. Untuk mengetahui efektivitas media promosi yang digunakan, diperlukan pengujian terhadap materi keamanan pangan (poster-poster, leaflet, komik serta buletin keamanan pangan) yang sudah disebarkan ke sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa, gambar, tulisan pada media promosi sudah menarik menurut responden dan apakah pesan yang disampaikan mudah dipahami. Kegiatan survei efektivitas ini dibatasi pada sejumlah sekolah dasar di kecamatan Johar Baru Jakarta pusat. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas media promosi sebagai alat bantu untuk mempromosikan keamanan pangan. Diharapkan dengan media promosi yang sudah disebarkan dapat membantu konsumen terutama anak sekolah mulai menyadari dan merubah sikapnya dalam memilih pangan jajanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi serta pengetahuan mengenai keamanan pangan menjadi luas. 1.2. Tujuan : 1.2.1 Tujuan umum : Mengevaluasi sejauhmana efektivitas media promosi keamanan pangan dalam meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang keamanan pangan 1.2.2. Tujuan khusus : a. Mengetahui efektivitas berbagai media promosi sebagai alat bantu dalam kegiatan promosi keamanan pangan, untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah dalam hal keamanan pangan jajanan di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. b. Mengetahui tingkat pengetahuan anak sekolah, pedagang, guru dan orang tua sebelum dan sesudah adanya media promosi. c. Merumuskan langkah lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas media promosi keamanan pangan untuk jajanan anak sekolah di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.

6 1.3. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang akan pentingnya keamanan pangan jajanan 2. Mengetahui media promosi yang paling efektif untuk siswa sekolah Dasar 3. Meningkatkan promosi keamanan pangan melalui media cetak