PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN BONAI DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI DESA SUNGAI BULUH KECAMATAN SINGINGI HILIR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI SAWIT POLA SWADAYA DI PROPINSI RIAU. Keywords : The empowerment, farmers of oil palm in Riau Province

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

PERAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI SWADAYA KELAPA SAWIT DI DESA BUKIT LINGKAR KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN

PERSEPSI PELAYANAN TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA KUD LEMBAH SAWIT DI DESA SIALANG BARU KECAMATAN LUBUK DALAM KABUPATEN SIAK

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

MOTIVASI DAN KINERJA PENYULUH TERHADAP PETANI KARET DI KABUPATEN KAMPAR

DINAMIKA KELOMPOKTANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA POLA SWADAYA DI DESA BENTE KECAMATAN MANDAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ABSTRAK. Kata kunci : kualitas pelayanan, harga, kepuasan pelanggan. viii

PERSEPSI PENYULUH TERHADAP PENTINGNYA PERAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK

MOTIVASI PETANI KAKAO BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI KELURAHAN KAPALO KOTO KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN (Studi Kasus Kelompok Tani Tanjung Subur)

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

ANALISIS PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PROGRAM FARMERS MANAGED EXTENSION ACTIVITIES

ABSTRACT. Keywords: intrinsic value of work, salary / financial benefits, professional training, work environment, and labor market considerations.

BAB III METODE KAJIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA POLA SWADAYA DI DESA IGAL KECAMATAN MANDAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA SARI GALUH KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

diharapkan) yang diberi skor 3 hingga pemyataan negatif (Jawaban yang tidak diharapkan) yang diberi skor 1 seperti pada Tabel 1.

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU

III. METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2. Analisis Penyuluhan dan Keberdayaan Petani Karet Pola Swadaya di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

ABSTRAK. Kata kunci: Kualitas Pelayanan Fiskus, Ketegasan Sanksi Perpajakan, Meningkatkan Penerimaan Pajak PPh Pasal 21. Universitas Kristen Maranatha

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

Jurnal Iprekas - Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa

PENGARUH INSENTIF DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PABRIK KELAPA SAWIT 1 PADA PT PERKEBUNAN MITRA OGAN BATURAJA

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN INTI RAKYAT (PIR) KELAPA SAWIT YANG BERDAYASAING DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI SAWAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

ANALISIS MODAL SOSIAL PADA KEBERDAYAAN PETANI KARET (Studi Kasus Petani Karet Di Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA PULAU INGU KPECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DARI BADAN KREDIT KECAMATAN (BKK) TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI SUKOHARJO TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL

Rita Mustika Sihotang, Agus Hermani DS, Sri Suryoko Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Diponegoro.

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

ABSTRACT. Keywords: Customer Loyalty, Product Quality, Service Quality, Customer trust. vii. Universitas Kristen Maranatha

Badriyah et al., Pengaruh Pengembangan Karir, Penilaian Prestasi Kerja dan...

DISTRIBUTION OF INCOME AND WELFARE LEVEL OF KKPA FARMERS IN PETALABUMI SEBERIDA INDRAGIRI HULU DISTRICT Kiki Fitri Andriyani, Eri Sayamar dan Arifudin

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

PERANAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOMODITAS PADI DI KECAMATAN TANJUNGSELOR KABUPATEN BULUNGAN KALIMANTAN UTARA

PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI TERHADAP PENERIMAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADA PESERTA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil objek

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

Transkripsi:

1 PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR THE ROLE OF EXTENSION ON EMPOWERING OIL PALM INDEPENDEN SMALLHOLDER FARMERS IN KAMPAR DISTRICT Karim Sirait, Rosnita, Arifudin Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UR karimsirait36@gmail.com ABSTRACT The purposes of this research are : (1) To identify the role of extension on oil palm independent smallholder farmers; (2) To know empowerments level of the farmers (3) To analyse the relation between extension s role and empowerment of the farmers in Kampar District. This research was conducted at Sikijang Village at Tapung Hilir sub-district and Bukit Kemuning village at Tapung Hulu sub-district. Research s samples was determined by purposive sampling methods by consideration that the location has active extension activities and has farmers group. The sample number are 60 the farmers. Validity and reliability analysis has been done on the measuring instruments by conduction try out to 30 respondents. Data s analysis to acknowledge the first and second research purpose used Scale Likert s summated Rating (SLR), whereas multiple linear regression was used to acknowledge the third purpose of this research. The Result showed that: (1) Extension role has been instrumental in the farmers activities as seen from the education, dissemination, facilitation, consultation, supervision, monitoring and evaluation variables; (2) Extension activities has been going well in empowering human resources, productive economy, and the farmers institutional in Kampar Regency; and (3) Empowerment of the farmers affected significantly by the role of extension in education, facilitation and consultation, and monitoring and evaluation, while the role of extension does not significantly effecting on dissemination and supervision of the farmers empowerments. Keywords: extension s role, empowerments, independent smallholder farmers, palm oil

2 PENDAHULUAN Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Kampar. Perkembangan kegiatan perkebunan di Kabupaten Kampar menunjukan tren yang semakin meningkat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata per tahun, dengan komoditas utama kelapa sawit. Menurut data statistik perkebunan Riau, pada tahun 2011 luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kampar mencapai 356.741 hektar, dengan produktivitas kelapa sawit mencapai 1.282.936 ton. Luas areal perkebunan jika dilihat hanya dari perkebunan kelapa sawit swadaya dengan luas 159.964 hektar, sayangnya hanya memiliki produktivitas 453.125 ton saja (Statistik Perkebunan Provinsi Riau, 2012). Permasalahan yang dihadapi dalam usaha tani kelapa sawit adalah masih terbatasnya peran penyuluhan dalam usaha tani kelapa sawit. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan peran penyuluhan dalam perkebunan kelapa sawit swadaya. Dengan demikian memunculkan beberapa pertanyaan penelitian: (1) Bagaimana peran penyuluhan pertanian dalam usaha tani kelapa sawit di Kabupaten Kampar; (2) Bagaimana tingkat keberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar; dan (3) Apakah ada hubungan peran penyuluhan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan peran penyuluhan pertanian dalam usaha tani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar; (2) Mengetahui tingkat keberdayaan petani swadaya di Kabupaten Kampar; dan (3) Menganalisis hubungan peran penyuluhan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Kajian peran penyuluhan dalam pemberdayaan petani kelapa sawit pola swadaya di Kabupaten Kampar telah dilaksanakan pada bulan Maret-November 2013 yang meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data serta penulisan skripsi. Lokasi penelitian yaitu di Desa Sikijang Kecamatan Tapung Hilir dan Desa Bukit Kemuning Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Metode Pengambilan Sampel Penentuan sampel dilakukan secara Purposive Sampling dengan pertimbangan bahwa lokasi yang kegiatan penyuluhannya aktif dan memiliki kelompok tani. Sebanyak 60 orang petani kelapa sawit swadaya yang berada pada wilayah binaan diambil sebagai sampel dengan proporsi Desa Sikijang 30 orang petani dan Desa Bukit Kemuning 30 orang petani. Wawancara juga dilakukan terhadap Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk memperdalam informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

3 Metode Pengambilan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut: (1) Teknik Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diteliti; (2) Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden; (3) Teknik wawancara yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan bertanya langsung kepada informan menggunakan daftar pertanyaan tertulis, data yang diperoleh dipergunakan sebagai data primer; (4) Teknik pencatatan yaitu mencatat data yang diperlukan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan: (1) Data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada informan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data tersebut berupa jawaban langsung para responden dalam bentuk isian kuisioner; (2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi yang berkaitan langsung. Seperti: badan pelaksana penyuluhan tingkat kabupaten, BPP kecamatan dan publikasi dalam bentuk buku maupun jurnal ilmiah. Analisis Data 1. Teknik Penentuan Skala Interval Data kualitatif diukur menurut Scale Likert s summated Rating (SLR) berdasarkan persepsi pemanfaatan. Skor nilai jawaban tertutup dari petani dibuat dalam bentuk pernyataan positif (jawaban yang diharapkan) diberi nilai 5 hingga pernyataan negatif (jawaban yang tidak diharapkan) diberi skor 1 (Sugiyono, 2012). Skor nilai jawaban tertutup disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Skor nilai jawaban yang diberikan responden untuk peran penyuluhan Persetujuan Terhadap Pernyataan Sangat (SB) (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Skor Nilai 5 4 3 2 1 Skor nilai jawaban tertutup untuk keberdayaan petani tersaji seperti pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Skor nilai jawaban yang diberikan responden untuk keberdayaan Persetujuan Terhadap Pernyataan Sangat (SB) (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Skor Nilai 5 4 3 2 1 Berdasarkan nilai skor masing-masing kategori pada setiap variabel, ditentukan kategori skor bagi masing-masing variabel peran penyuluhan berdasarkan kategori persepsi seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

4 Tabel 3. Kategori persepsi peran penyuluhan Skor Persepsi Peran Penyuluhan Kategori Sangat (SB) (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Skor 4,20-5,00 3,40-4,19 2,60-3,39 1,80-2,59 1,00-1,79 Tingkatan kategori persepsi untuk mengetahui keberdayaan petani dalam usaha tani kelapa sawit disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kategori persepsi keberdayaan petani Sangat (SB) (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Skor Persepsi Keberdayaan Kategori Skor 4,20-5,00 3,40-4,19 2,60-3,39 1,80-2,59 1,00-1,79 2. Analisis Regresi Berganda Model regresi berganda adalah model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Adapun model regresi berganda menurut Nachrowi (2005) ditulis sebagai berikut: Y= b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + u dimana: Y = Variabel dependen/terikat X 3 = Fasilitasi b 0 = Intersep X 4 = Konsultasi b 1 -b 6 = Koefisien regresi X 5 = Supervisi/Pembinaan X 1 = Edukasi X 6 = Monitoring dan Evaluasi X 2 = Diseminasi informasi u = Gangguan stokastik/galat eror

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Penyuluhan Peran penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai fasilitasi proses belajar, sumber informasi, pendampingan, pemecahan masalah, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan (Mardikanto, 2009). Peran penyuluhan dalam usaha tani kelapa sawit di Kabupaten Kampar akan disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Peran penyuluhan dalam usaha tani kelapa sawit Variabel dan Indikator Skor Kategori Edukasi Relevansi materi dengan kebutuhan Peningkatan pengetahuan petani Peningkatan keterampilan petani Waktu bimbingan dan kunjungan Diseminasi Penyebaran informasi ke petani lain Diseminasi informasi teknologi Informasi harga saprodi dan hasil produksi Fasilitasi Memfasilitasi keluhan petani Pengembangan minat berusaha tani kelapa sawit Mewujudkan kemitraan petani dan pengusaha Akses ke lembaga keuangan Akses pasar untuk hasil pertanian Konsultasi Membantu pemecahan masalah petani Memberikan sarana dan prasarana memecahkan permasalahan bersama Pemahaman tentang teknologi terbaru Waktu konsultasi secara rutin Supervisi Pembinaan kemampuan teknik berusaha tani kelapa sawit Pembinaan pemasaran hasil terkait 4P (Produk, Harga, Promosi, dan Tempat) Pembinaan pemanfaatan SDA dan SDM Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi terhadap usaha tani yang telah dijalankan Monitoring dan evaluasi terhadap penguasaan inovasi/teknologi baru Evaluasi hasil kegiatan/output penyuluhan Evaluasi kinerja petani, teknis dan finansial 4,20 3,95 4,40 4,22 4,23 3,99 4,28 4,08 3,60 3,98 4,08 4,12 3,93 4,02 3,73 3,97 3,90 4,03 3,78 4,17 3,92 4,10 3,53 4,12 4,01 4,15 3,62 Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat 4,18 4,10 Peran Penyuluhan 4,01

Peran penyuluhan dilihat dari edukasi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah sangat berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 4,20. Variabel edukasi tersebut diukur dari relevansi materi yang sudah mampu menjawab 61%-80% kebutuhan petani, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani lebih dari 75%, dan waktu bimbingan dan kunjungan yang dilakukan penyuluh setiap minggu. Peran penyuluhan dilihat dari diseminasi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 3,99. Variabel diseminasi tersebut diukur dari penyebaran informasi ke petani lain yang tidak mengikuti penyuluhan mencapai lebih dari 80%. Mampu memberikan 61%-80% diseminasi informasi seperti penggunaan pupuk alternatif, penggunaan pestisida kimia yang tepat (tepat guna, tepat waktu, dan tepat pakai), dan sosialisasi manfaat penggunaan bibit unggul kelapa sawit. Diseminasi informasi harga saprodi dan hasil produksi yang sebagian diperoleh dari informasi penyuluhan. Peran penyuluhan dilihat dari fasilitasi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 3,98. Variabel fasilitasi tersebut diukur dari kemampuan memfasilitasi keluhan petani yang sudah dirasakan manfaatnya oleh petani seperti fasilitasi permodalan dan menghubungkan dengan pembibitan kelapa sawit bersertifikat. Pengembangan minat berusaha tani kelapa sawit mampu memotivasi 51%-75% petani. Mewujudkan kemitraan petani dengan pengusaha (tauke) kelapa sawit yang mampu membeli dengan harga yang lebih baik dan mampu menyediakan saprodi bagi petani. Akses ke lembaga keuangan yang mudah seperti dari simpan pinjam Gapoktan Sepakat. Akses pasar untuk hasil pertanian yang dibantu oleh penyuluh dalam memasarkan TBS sehingga harga bisa lebih baik. Peran penyuluhan dilihat dari konsultasi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 3,97. Variabel konsultasi tersebut diukur dari kemampuan penyuluhan membantu memecahkan masalah petani, memberikan sarana dan prasarana pemecahan masalah bersama dengan mendatangkan ahli pertanian dari tingkat kabupaten atau provinsi, pemahaman tentang teknologi terbaru, dan waktu konsultasi secara rutin baik langsung ataupun tidak langsung. Peran penyuluhan dilihat dari supervisi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 3,92. Variabel supervisi tersebut diukur dari pembinaan kemampuan teknis berusaha tani kelapa sawit yang sudah mampu menjalankan 4 dari 5 subsistem agribisnis. Pembinaan pemasaran hasil dengan mengajarkan pentingnya mencari pasar yang potensial dan tidak hanya fokus dengan pasar di desa tempat tinggal saja. Pembinaan pemanfaatan sumber daya manusia sehingga mampu menghasilkan petani yang menguasai teknologi untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Peran penyuluhan dilihat dari monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 4,01. Variabel monitoring dan evaluasi tersebut diukur dari kemampuan monitoring dan evaluasi terhadap usaha tani yang telah dijalankan 6

7 dengan persentase 51%-75%. Melakukan monitoring dan evaluasi 51%-75% terhadap penguasaan inovasi/teknologi baru dalam usaha tani kelapa sawit dan teknologi beternak sapi. Evaluasi hasil kegiatan/output penyuluhan sehingga penyuluh mengetahui kegiatan apa yang perlu ditambahkan ke depannya. Evalausi kinerja petani baik teknis ataupun finansial sehingga dapat diketahui rata-rata pendapatan petani dari kegiatan penyuluhan. Kesimpulan dari peran penyuluhan dalam usaha tani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar yang dilihat dari variabel edukasi, diseminasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, dan monitoring dan evaluasi seperti yang terurai di atas sudah berperan yang ditunjukkan dengan skor 4,01. disini pada kategori/level aktivitas umum saja, tetapi belum pada standar untuk peningkatan produktivitas. Pemberdayaan Pemberdayaan adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta memiliki nilai-nilai instrinsik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotongroyongan, dan (khusus bagi Bangsa Indonesia) adalah keragaman atau kebinekaan (Sumodiningrat 1999, dalam Mardikanto, 2009). Keberdayaan petani kelapa sawit di Kabupaten Kampar disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat keberdayaan petani kelapa sawit Variabel dan Indikator Skor Kategori SDM Pengetahuan yang lebih baik dari penyuluhan Peningkatan kompetensi dan kualitas petani Membuat pembukuan RDK usaha tani untuk pengeluaran dan pemasukan Ekonomi Produktif Peningkatan skala usaha dengan adanya penyuluhan Peningkatan pendapatan rumah tangga petani Peningkatan pengeluaran rumah tangga non pangan per bulan Pemenuhan 14 kebutuhan dasar rumah tangga Kelembagaan Kelembagaan memiliki tujuan yang jelas Tujuan kelompok kelembagaan tercapai Kelembagaan memiliki struktur yang jelas Kelompok tani memiliki RDK dan RDKK RDK dan RDKK bisa dilaksanakan Kelembagaan mampu melaksanakan subsistem agribisnis dengan baik Kelompok mampu menjadi usaha ekonomi di desa 4,01 4,12 4,22 3,65 4,06 3,90 3,87 3,80 4,65 3,96 4,30 4,05 4,05 4,02 2,92 4,17 Sangat 4,18 Keberdayaan 4,01 Sangat Sangat Cukup

8 Keberdayaan dilihat dari sumber daya manusia menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berjalan dengan baik di dalam memberdayakan sumber daya manusia pada petani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 4,01. Variabel sumber daya manusia tersebut diukur dari peningkatan pengetahuan 51%- 75% dalam kegiatan penyuluhan. Peningkatan kompetensi dan kualitas petani yang sangat baik yang mampu menerapkan lima subsistem agribisnis meskipun subsistem pemasaran hasil produksi masih belum optimal. Membuat pembukuan Rencana Definitif Kebutuhan (RDK) usaha tani untuk pengeluaran dan pemasukan. Keberdayaan dilihat dari ekonomi produktif menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berjalan dengan baik di dalam memberdayakan ekonomi produktif pada petani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 4,06. Variabel ekonomi produktif tersebut diukur dari peningkatan skala usaha dengan adanya kegiatan penyuluhan yang mencapai 51%-75%. Peningkatan pendapatan rumah tangga petani yang semakin baik mencapai 51%-75%. Peningkatan pengeluaran rumah tangga non pangan per bulan yaitu antara Rp.601.000,00-Rp.900.000,00. Pemenuhan 14 kebutuhan rumah tangga petani yang sudah sangat baik dan berada pada taraf sejahtera. Keberdayaan dilihat dari kelembagaan menunjukkan bahwa penyuluhan sudah berjalan dengan baik di dalam memberdayakan kelembagaan pada petani kelapa sawit swadaya yang diperlihatkan dengan skor 3,96. Variabel kelembagaan tersebut diukur dari kelembagaan yang memiliki tujuan yang jelas. Tercapainya tujuan kelompok kelembagaan, dalam hal ini Rencana Definitif Kebutuhan (RDK) tercapai sementara Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tidak tercapai. Kelembagaan memiliki struktur yang jelas dengan skor baik. Kelompok tani memiliki RDK dan RDKK dengan skor baik. Kelembagaan mampu melaksanakan empat dari lima subsistem agribisnis dengan baik. Kelompok mampu menjadi usaha ekonomi desa seperti simpan pinjam Gapoktan Sepakat juga berjalan dengan baik. Pelaksanaan RDK dan RDKK mendapatkan skor cukup karena pada RDKK petani tidak memiliki modal tunai untuk menebus terlebih dahulu RDKK yang dipesan sehingga petani jaran membuat RDKK tersebut, ditambah lagi sifat RDKK yang harus berkelanjutan setiap tahunnya. Kesimpulan dari tingkat keberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar dilihat dari sumber daya manusia (SDM), ekonomi produktif, dan kelembagaan sudah berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan skor 4,01. Petani sudah mengalami peningkatan kompetensi dan kualitas SDM, peningkatan pendapatan rumah tangga, dan kelembagaan petani yang sudah lebih baik. Hasil Uji Instrumen 1. Pengujian Koefisien Determinasi (R 2 ) Hasil pengujian koefisien Determinasi (R 2 ) peran penyuluhan dalam pemberdayaan petani kelapa sawit pola swadaya di Kabupaten Kampar adalah sebesar 0,752. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa peran penyuluhan (X) dalam pemberdayaan (Y) dapat dijelaskan oleh variabel edukasi (X 1 ), diseminasi (X 2 ), fasilitasi (X 3 ), konsultasi (X 4 ), supervisi (X 5 ), dan monitoring dan evaluasi (X 6 )

9 sebesar 75,2%, sedangkan sisanya 24,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan regresi. 2. Uji Multikolinearitas Nilai coeficients peran penyuluhan terhadap keberdayaan dapat dilihat nilai VIF. Variabel edukasi (1,509), diseminasi (1,519), fasilitasi (2,718), konsultasi (1,643), supervisi (2,011), dan monitoring dan evaluasi (1,988) tidak terjadi multikolinearitas karena nilainya pada kisaran 1 dan 2 sedangkan nilai tolerance menuju angka 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari multikolinearitas. 3. Uji F Pengujian hipotesis (uji-f) dilakukan untuk menguji apakah peran penyuluh sebagai edukasi (X 1 ), diseminasi (X 2 ), fasilitasi (X 3 ), konsultasi (X 4 ), supervisi (X 5 ), dan monitoring dan evaluasi (X 6 ) dapat memberikan pengaruh secara bersama-sama dalam pemberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar. Uji ANNOVA atau F test untuk responden, didapat F hitung sebesar 26,734 dengan tingkat signifikansi 0,000 a. Angka ini menjelaskan bahwa kemungkinan H 0 ditolak (0,000) sangat kecil atau kebenarannya mendekati 100%. Dengan demikian, terdapat pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara peran penyuluh sebagai edukasi (X 1 ), diseminasi (X 2 ), fasilitasi (X 3 ), konsultasi (X 4 supervisi (X 5 ), dan monitoring dan evaluasi (X 6 ) terhadap pemberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar. 4. Pengujian Koefisien Regresi Berganda Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi berganda, maka dapat disusun persamaaan sebagai berikut ini: Y= 0,154 + 0,234X 1 + 0,093X 2 + 0,206X 3 + 0,201X 4 + 0,065X 5 + 0,179X 6 Dari persamaan yang didapat, menjelaskan bahwa besarnya pengaruh masingmasing variabel terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya adalah sebagai berikut: 1. Nilai konstanta (b 0 ) = 0,154, berarti jika peranan penyuluh sebagai edukasi (X 1 ), diseminasi (X 2 ), fasilitasi (X 3 ), konsultasi (X 4 ), supervisi (X 5 ), dan monitoring dan evaluasi (X 6 ) bernilai 0, maka keberdayaan petani kelapa sawit swadaya bernilai 0,154. 2. Nilai koefisien edukasi (b 1 ) = 0,234, bernilai positif berarti mempunyai pengaruh yang searah, menunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka apabila variabel peranan penyuluh sebagai edukasi ditingkatkan satu satuan akan terjadi peningkatan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya (Y) sebesar 0,234 dengan asumsi variabel lainnya tetap/konstan. 3. Nilai koefisien fasilitasi (b 3 ) = 0,206, bernilai positif berarti mempunyai pengaruh yang searah, menunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka apabila variabel peranan penyuluh sebagai fasilitasi ditingkatkan satu satuan akan terjadi

10 peningkatan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya (Y) sebesar 0,206 dengan asumsi variabel lainnya tetap/konstan. 4. Nilai koefisien konsultasi (b 4 ) = 0,201, bernilai positif berarti mempunyai pengaruh yang searah, menunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka apabila variabel peranan penyuluh sebagai konsultasi ditingkatkan satu satuan akan terjadi peningkatan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya (Y) sebesar 0,201 dengan asumsi variabel lainnya tetap/konstan. 5. Nilai koefisien monitoring dan evaluasi (b 6 ) = 0,179, bernilai positif berarti mempunyai pengaruh yang searah, menunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka apabila variabel peranan penyuluh sebagai monitoring dan evaluasi ditingkatkan satu satuan akan terjadi peningkatan terhadap keberdayaan petani kelapa sawit swadaya (Y) sebesar 0,179 dengan asumsi variabel lainnya tetap/konstan. Keberdayaan petani kelapa sawit pola swadaya di Kabupaten Kampar dipengaruhi secara nyata oleh peran penyuluhan dalam edukasi, fasilitasi, dan konsultasi, serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan peran penyuluhan dalam diseminasi dan supervisi berpengaruh tidak nyata terhadap keberdayaan petani kelapa sawit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran penyuluhan sebagai edukasi, diseminasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, dan monitoring dan evaluasi sudah berperan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar. Tetapi berperan disini masih pada kategori/level aktivitas umum saja, belum pada tahap peningkatan standar produktivitas kelapa sawit. 2. Keberdayaan petani dilihat dari sumber daya manusia, ekonomi produktif, dan kelembagaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar sudah berjalan dengan baik. 3. Keberdayaan petani kelapa sawit pola swadaya di Kabupaten Kampar dipengaruhi secara nyata oleh peran penyuluhan dalam edukasi, fasilitasi, dan konsultasi, serta monitoring dan evaluasi, sedangkan peran penyuluhan dalam diseminasi dan supervisi berpengaruh tidak nyata terhadap keberdayaan petani kelapa sawit. Saran 1. Hasil penelitian menggambarkan peran penyuluhan dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar sudah berperan. Hal ini menunjukkan penyuluhan juga dibutuhkan dalam perkebunan kelapa sawit swadaya. Sehingga disarankan pemerintah untuk terus meningkatkan peran penyuluhan di daerah yang sudah menjalankan peran penyuluhan ataupun yang belum menjalankan peran penyuluhan sehingga peran penyuluhan di Kabupaten Kampar benar-benar sampai mencapai standar (peningkatan produktivitas hasil panen kelapa sawit).

11 2. Hasil penelitian menggambarkan keberdayaan petani dilihat dari sumber daya manusia, ekonomi produktif, dan kelembagaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar sudah berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan peran penyuluhan yang semula sebagai penyuluh tanaman pangan kini sudah beralih fungsi dan dibutuhkan pada tanaman perkebunan. Tetapi dalam hal ini diharapkan setiap desa memiliki penyuluh masing-masing sehingga di desa-desa lain keberdayaan masyarakatnya juga dapat meningkat. 3. Hasil penelitian menunjukkan peran penyuluhan yang berpengaruh nyata dalam pemberdayaan petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Kampar yaitu peran penyuluhan dalam edukasi, fasilitasi, konsultasi, dan monitoring dan evaluasi. Disarankan pada penyuluh untuk meningkatkan peran penyuluhan dalam diseminasi dan supervisi yang belum maksimal, sehingga peran penyuluhan secara keseluruhan dapat tercapai dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2012. Statistik Perkebunan Provinsi Riau 2011. Riau. Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Nachrowi, D.J, dkk. 2005. Penggunaan Teknik Ekonometrik. Rajawali Pers. Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.