Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

dokumen-dokumen yang mirip
Perpajakan 2 PPN & PPnBM

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI BAB VI BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem Kredit PPN. PPN Keluaran. Ketika PPN Keluaran. Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Fasilitas PPN & PPnBM

1 of 5 21/12/ :45

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Nugraeni

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

AKUNTANSI PPN & PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI JILID 2

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.011/2013 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Objek Pajak. Objek PPN: Pasal 4 ayat 1. Objek PPN Pasal 16 C: Kegiatan Membangun Sendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Amanita Novi Yushita, M.Si

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

Definisi PPh Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Objek Pajak. Objek PPN: Pasal 4 ayat penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

Pajak Penghasilan Pasal 21

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

PPN DAN PPn BM PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PPN, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN, TATA CARA RESTITUSI, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PPN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pjk Elearning-Modul #10

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Transkripsi:

1

1. Hakikat dan Karakter Umum 2. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak 3. Penghitungan PPN 4. Pengukuhan dan Faktur Pajak 5. Sistem Kredit PPN 2

3

HAKIKAT PPN Di dalam daerah pabean. Kegiatan Konsumsi Atas barang atau jasa yang terutang pajak. Dikenai Pajak Pertambahan Nilai 4

SIFAT PEMUNGUTAN (1) Dikenakan Atas Konsumsi Objek pengenaan adalah konsumsi di dalam daerah pabean. Objektif Melekat kepada objek yang dikenai pajak. Tidak Langsung Secara riil dapat dialihkan, sehingga terdapat pihak penanggung jawab pajak, penanggung pajak, dan pemikul beban pajak. 5

SIFAT PEMUNGUTAN (2) Multistage Dikenakan di setiap rantai produksi. Metode Kredit Dikenal adanya PPN Keluaran dan PPN Masukan yang didukung faktur pajak. Netral Tidak mempengaruhi pola konsumsi wajib pajak. Menghindari Pajak Berganda Pajak atas konsumsi tidak akan dikenakan dua kali. 6

TIPE PEMUNGUTAN Consumption Type Pembelian faktor produksi dikurangkan dari pertambahan nilai. Net Income Type Pembelian barang modal dikurangkan melalui depresiasi. Gross Product Type Pembelian barang modal tidak dikurangkan sama sekali. 7

PRINSIP PEMUNGUTAN Prinsip Tempat Tujuan Dipungut di tempat konsumsi. Prinsip Tempat Asal Dipungut di tempat asal barang atau jasa. 8

OBJEK PEMUNGUTAN PASAL 4 UU PPN Penyerahan Impor Dipungut Ditjen Bea Cukai Pemanfaatan di dalam daerah pabean atas: Ekspor Oleh Pengusaha Kena Pajak BKP Berwujud BKP Tak Berwujud (BKP-TB) JKP BKP BKP-TB dari luar daerah pabean JKP dari luar daerah pabean BKP Berwujud BKP-TB JKP 9

SYARAT PENYERAHAN DIKENAI PAJAK BKP atau JKP bersifat kena pajak. Dalam rangka kegiatan usaha atau kegiatan. Penyerahan Dikenai Pajak Dilakukan di daerah pabean. 10

PEMUNGUT PPN PASAL 3A AYAT (3), PASAL 16A UU PPN, KMK NO. 563/ KMK.03/ 2003, PMK NO. 40/ PMK.03/ 2010 Bertugas memungut, memotong, dan menyetorkan PPN, menggantikan peran PKP yang melakukan penyerahan. Pihak pemungut antara lain: Bendaharawan entitas pemerintah atas penyerahan kepada pemerintah. Pengguna BKP-TB atau JKP dari luar daerah pabean, atas pemanfaatan di dalam daerah pabean. 11

PENYERAHAN KEPADA BENDAHARAWAN PEMERINTAH YANG TIDAK DIPUNGUT PPN Penyerahan bernilai < Rp 1.000.000,00 dan tidak dipecah pecah. Penyerahan terkait pembebasan tanah. Penyerahan BBM dan non BBM oleh Pertamina. Penyerahan jasa telepon/ telekomunikasi. Penyerahan jasa angkutan udara. Penyerahan BKP atau JKP yang tidak dipungut atas dibebaskan dari PPN. 12

13

Barang Kena Pajak (BKP) BKP adalah barang yang dikenai PPN dan/ atau PPnBM BKP BKP Berwujud BKP Tak Berwujud (Misal Hak Paten, Lisensi, HAKI) BKP Berwujud Bergerak (Misal Barang Dagang) BKP Berwujud Tak Bergerak (Misal Bangunan 14

Lingkup BKP Tak Berwujud Hak menggunakan hak cipta, paten, desain, formula, merek dagang, dan HAKI lain. Hak menggunakan peralatan atau perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah. Pemberian pengetahuan di bidang industrial, komersial, atau ilmiah. Pemberian bantuan tambahan terkait ketiga point sebelumnya. Hak menggunakan gambar hidup, pita video, atau pita suara. Pelepasan hak yang berkenaan penggunaan HAKI dan hak yang disebutkan sebelumnya. 15

Lingkup Penyerahan BKP (1) Pasal 1A Ayat (1) UU PPN Penyerahan akibat perjanjian jual beli, sewa, tukar menukar, dan sebaginya. Penyerahan akibat perjanjian sewa beli dan leasing. Penyerahan kepada pedagang perantara melalui juru lelang. Pemakaian sendiri atau pemberian cuma cuma. 16

Lingkup Penyerahan BKP (2) Pasal 1A Ayat (1) UU PPN Penjualan barang yang semula tidak untuk diperjualbelikan. Penyerahan kantor pusat cabang atau antar cabang. Penyerahan konsinyasi. 17

Penyerahan yang Bukan Penyerahan BKP Pasal 1A Ayat (2), Pasal 16D UU PPN Penyerahan kepada makelar. Penyerahan untuk jaminan utang piutang. Penyerahan kantor pusat cabang atau antar kantor cabang, jika terdapat pemusatan tempat terutang. Pengalihan akibat penggabungan, peleburan, penekanan, pemecahan, dan pengambilalihan usaha antara dua PKP. Penyerahan barang yang semula tidak untuk diperjualbelikan dan Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan. 18

Barang Tidak Dikenai PPN Pasal 4A Ayat (2) UU PPN Hasil pertambangan dan pengeboran yang daimbil langsung dari sumbernya. Minyak, gas, batubara, panas bumi, bijih logam dan mineral batuan. Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan masayarakat banyak. Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah buahan, dan sayur sayuran. Hidangan yang disajikan di hotel dan restoran atau oleh katering. Uang, emas batangan, dan surat berharga. 19

Penyerahan dan Impor BKP Dibebaskan dari PPN PP No. 38 Tahun 2003 Rumah Sederhana, RSS, Rusun Sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa. Pesawat, suku cadang dan alat keselamatan diterima Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional. Kereta api dan suku cadang diterima PT. KAI. Senjata, amunisi, alat angkutan diterima Kemhan, TNI, dan Polri. Kapal, suku cadang dan alat keselamatan diterima Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional. Peralatan dan suku cadang untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah NKRI. Vaksin polio. Buku pelajaran dan kitab suci. 20

Syarat RS, RSS, & Rusun Sederhana Dibebaskan dari PPN PMK No. 31/ PMK.03/ 2011 RS dan RSS Berluas < 36 meter persegi. Berharga jual < Rp 70.000.000,00 Merupakan unit pertama yang dimiliki dan untuk ditinggali sendiri. Rusun Sederhana Berluas < 21 meter persegi. Berharga jual < Rp 75.000.000,00 Merupakan unit pertama yang dimiliki dan untuk ditinggali sendiri. 21

Penyerahan & Impor BKP Strategis Dibebaskan dari PPN PP No. 31 Tahun 2007, PMK No. 31/ PMK.03/ 2008 Barang modal berupa mesin dan peralatan, tidak termasuk suku cadang. (Perlu Surat Keterangan Bebas PPN) Makanan ternak, unggas, dan ikan, berikut bahan bakunya. Air bersih yang dialirkan Perusahaan Air Minum. Listrik perumahan dengan daya < 6.600 Watt. Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Bibit dan benih pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Rumah susun sederhana milik (rusunami). Syarat rusunami yang dibebaskan dari PPN: Berluas antara 21 36 meter persegi. Berharga tidak melebihi Rp 144.000.000,00. Diperuntukkan WP OP berpenghasilan maksimal Rp 4.500.000,00 per bulan. Merupakan unit pertama yang dimiliki dan digunakan sendiri. Dibangun sesuai Peraturan Menteri PU. 22

Ketentuan Khusus: Penyerahan dan Impor Dibebaskan dari PPN Apabila: Kapal, suku cadang, dan alat keselamatan yang diterima Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional. Pesawat, suku cadang, dan alat keselamatan yang diterima Perusahaan Angkutan Udara Nasional. Kereta api dan suku cadang yang diterima PT. KAI. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik. Rumah susun sederhana milik (rusunami). Dipergunakan tidak sesuai tujuan semula atau dipindahtangankan sebelum 5 tahun berlalu, maka PPN yang semula dibebaskan menjadi wajib dibayar. 23

Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) JKP adalah kegiatan pelayanan yang menyebabkan suatu fasilitas, kemudahan atau hak menjadi tersedia untuk dipakai. Pengertian meliputi pula jasa untuk berproduksi dengan material dan berdasar petunjuk pemesan (maklon). JKP tersebut dikenai PPN. 24

Lingkup JKP dari Luar Daerah Pabean Jasa melekat pada benda tak bergerak di daerah pabean. Contoh: Jasa desain konstruksi bangunan. Jasa melekat pada benda bergerak di daerah pabean. Contoh: Jasa persewaan mesin produksi. JKP dari Luar Daerah Pabean Jasa yang dilakukan secara di daerah pabean. Contoh: Jasa pengacara, akuntan, surveyor. 25

Jasa Tidak Dikenai PPN (1) Pasal 4A Ayat (3) UU PPN Jasa Medik Jasa Pelayanan Sosial Jasa Keagamaan Jasa Pendidikan Jasa Kesenian Jasa Penyiaran Non Iklan Jasa Angkutan Umum Jasa Perhotelan Jasa Katering 26

Jasa Tidak Dikenai PPN (2) Pasal 4A Ayat (3) UU PPN Jasa Keuangan Jasa Asuransi Jasa Layanan Pemerintah Jasa Wesel Jasa Surat Berperangko Jasa Telepon Umum Koin Jasa Tempat Parkir Jasa Tenaga Kerja 27

Penyerahan JKP Dibebaskan dari PPN PP No. 38 Tahun 2003 Jasa sewa kapal, reparasi, dan kepelabuhanan diterima Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional. Jasa sewa pesawat dan diterima Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional. Jasa reparasi kereta api diterima PT. KAI. Jasa terkait penyediaan data batas dan foto udara diterima Kemhan atau TNI. Jasa persewaan RS, RSS, dan Rusun Sederhana. Jasa pemborongan RS, RSS, Rusun Sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa, dan tempat ibadah. 28

Ekspor Jasa Dikenai PPN PMK No. 30/ PMK.03/ 2011 Jasa Maklon, yang berkarakteristik: Pemesan berada di luar daerah pabean dan tidak memiliki BUT. Spesifikasi dan bahan disediakan pemesan. Kepemilikan barang adalah hak pemesan. Barang dikirimkan ke luar daerah pabean setelah selesai pengerjaannya. Jasa yang melekat terhadap benda tak bergerak di luar daerah pabean. Jasa yang melekat terhadap benda bergerak di luar daerah pabean. 29

30

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pasal 2, 8A UU PPN Harga jual atas BKP,. Tidak termasuk PPN dan potongan harga. Penggantian atas JKP. Tidak termasuk PPN dan potongan harga. Nilai Ekspor. Berdasar dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Nilai Impor. CIF ditambah biaya dan pungutan kepabeanan. Nilai Lain. DPP tidak mengakui pembayaran di atas atau di bawah kewajaran akibat hubungan istimewa. 31

DPP: Nilai Lain (1) PMK No. 75/ PMK.03/ 2010 Untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma cuma. Harga jual atau penggantian, dikurangi laba kotor. Untuk BKP yang semula tidak hendak diperjualbelikan. Harga pasar wajar. Untuk penyerahan pusat cabang atau antar cabang Harga Pokok Penjualan atau harga perolehan. 32

DPP: Nilai Lain (2) PMK No. 75/ PMK.03/ 2010 Untuk penyerahan kepada pedagang perantara. Nilai kesepakatan dengan pembeli. Untuk penyerahan melalui juru lelang. Harga lelang. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket, biro perjalanan, dan biro pariwisata. 10% dari jumlah tagihan. Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan. 33

Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak A PT. Bawakaraeng melakukan penyerahan BKP melalui beberapa transaksi sebagai berikut. Penjualan produk kepada konsumen, dengan HPP Rp 625.000.000,00, profit margin 20%, dan diskon tunai 2%. Seperempat dari penjualan dilaksanakan secara tunai. Di samping itu, BKP dikenai pula PPnBM 20%. Pemberian in kind produk bagi pegawai yang sebenarnya dapat dijual dengan harga Rp 180.000.000,00. Penyumbangan produk bagi korban bencana, dengan nilai penjualan potensial Rp 330.000.000,00. Transfer produk dari pabrik ke gudang di provinsi berbeda, untuk kemudian dijual dengan harga Rp 945.000.000,00. Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi? 34

Pembahasan Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak A Jawaban : DPP Penjualan = Harga Jual sebelum diskon dan pajak = 120% x 625.000.000 = 750.000.000 DPP Pemakaian Sendiri = Harga Jual Keuntungan = 100/ 120 x 180.000.000 = 150.000.000 DPP Pemberian Cuma Cuma = Harga Jual Keuntungan = 100/ 120 x 330.000.000 =275.000.000 DPP Transfer Antar Cabang = Harga Pokok Penjualan = 100/ 120 x 945.000.000 = 157.500.000 35

Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak B Fa. Cikurai merupakan memiliki usaha biro perjalanan yang mencatatkan transaksi bisnis berikut. Melayani paket liburan dengan total transaksi Rp 1.575.000.000,00. Profit margin perusahaan 5%. Melayani pemesanan hotel dengan total transaksi Rp 365.000.000,00. Komisi rata - rata yang diperoleh sebesar 15%. Seperlima transaksi dilakukan dengan pelanggan berkala yang memperoleh diskon 3%. Menjual gedung kantor lama yang memiliki nilai buku Rp 310.000.000,00 dan akumulasi depresiasi Rp 150.000.000,00 dengan harga Rp 215.000.000,00. Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi? 36

Pembahasan Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak B Jawaban: DPP Biro Perjalanan = 10% x Penggantian sblm diskon dan pajak = 10% x1.575.000.000 = 157.500.000 DPP Biro Perjalanan = 10% x Penggantian sblm diskon dan pajak = 10% x 365.000.000 = 36.500.000 DPP Pelepasan Aset Semula Tak Untuk Dijual = Nilai Wajar = 215.000.000 37

Nilai Penyerahan Menggunakan Valuta Asing PP No. 1 Tahun 2012 Kurs KMK Saat Pembuatan Faktur Dipergunakan untuk konversi atas setiap jenis penyerahan. 38

Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak C CV. Gamkonora melakukan impor persediaan dengan nilai pembelian $ 3650, biaya pengangkutan $ 250, dan premi asuransi 15% dari nilai pembelian. Impor tersebut dikenai Bea Masuk 10%, Bea Masuk Tambahan Rp 2.150.000,00, PPh 22 dengan tarif 2,5%, serta PPnBM dengan tarif 30%. Kurs KMK saat pemasukan barang adalah Rp 9.100/ $, sedangkan saat melakukan pembayaran kepada penjual adalah Rp 9.200/ $. Berapakah DPP transaksi impor tersebut? 39

Pembahasan Ilustrasi; Dasar Pengenaan Pajak C Jawaban: Cost 3.650 Insurance 250 Freight (15% Cost) 547,50 CIF 4.447,50 Bea Masuk (10%) 444,75 Bea Masuk Lainnya 2.150.000 DPP Impor = CIF + Pungutan Kepabeanan = 4.447,50 x 9.100 +((444,75 x 9.100) + 2.150.000) = 40.472.250 + (4.047.225 + 2.150.000) = 40.472.250 + 6.197.225 = 46.669.475 40

Tarif Pasal 7 UU PPN 10% Berlaku atas penyerahan secara umum. Tarif dapat diubah menjadi minimal 5% dan maksimal 15% dengan PP. 0% Berlaku atas ekspor. Pajak Masukan bersifat dapat dikreditkan. 41

Ketentuan Khusus; Nilai PPN Terutang Apabila dalam naskah kontrak tidak diketahui apakah komponen PPN atau PPnBM telah termasuk di dalam nilai kontrak, maka diasumsikan bahwa nilai kontrak tersebut belum termasuk komponen PPN atau PPnBM. Penghapusan piutang atau ketidakmampuan penagihan piutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta musnahnya BKP tidak mempengaruhi besaran PPN terutang. Apabila terjadi kesalahan pemungutan PPN, maka pihak yang dapat mengajukan permohonan restitusi adalah pihak yang dipungut PPN, sepanjang PPN belum dikreditkan atau dibebankan. 42

Ilustrasi; Nilai PPN Koperasi Halimun memiliki usaha produksi mobnas dan melakukan penyerahan atas berbagai transaksi berikut. Penjualan kepada konsumen akhir dalam negeri senilai Rp 3.775.000.000,00. Ekspor ke pasar luar negeri senilai Rp 6.115.000.000,00. Penyerahan kepada konsumen korporat dengan nilai kontrak Rp 5.750.000.000,00. Atas nilai kontrak tersebut telah termasuk PPnBM dengan tarif 20%, PPh 22 industri otomotif dengan tarif 0,45%, dan diskon kuantitas 5,45%. Penyerahan kepada bendaharawan pemda dengan kas diterima Rp 3.425.000.000,00. Atas pembayaran tersebut telah dipotong PPN, PPnBM dengan tarif 20%, dan PPh 22 bendaharawan negara dengan tarif 1,5%. Berapakah nilai PPN terutang atas setiap transaksi tersebut? 43

Pembahasan Ilustrasi; Nilai PPN Jawaban: PPN Penyerahan Dalam Negeri = 10% x 3.775.000.000 = 377.500.000 PPN Ekspor = 0% x 6.115.000.000 = 0 PPN Konsumen Korporat = 10/ (100 + 20 + 0,45 5,45) x 5.750.000.000 = 10/ 115 x 5.750.000.000 = 500.000.000 PPN Penyerahan Bendaharawan = 10/ (100 10 20 1.5) x 3.425.000.000 = 10/ 68.5 x 3.425.000.000 = 500.000.000 44

Saat Terutang Pasal 11 UU PPN Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor. Saat pembayaran, jika dilaksanakan lebih dahulu. Saat saat lain. Untuk BKP Berwujud, saat penyerahan kepada pihak pengirim. Untuk BKP Tak Berwujud, saat pengakuan piutang, penagihan, atau saat penandatangan kontrak. Untuk penyerahan akibat perubahan bentuk, penggabungan, atau pemekaran usaha, saat hasil RUPS ditetapkan. 45

Saat Penyetoran dan Pelaporan Pasal 15A UU PPN Satu hari setelah terutang. Batas penyetoran PPN dipungut atas impor. Tanggal 7 bulan berikutnya setelah terutang. Tanggal 15 bulan berikutnya setelah terutang. Akhir bulan berikutnya setelah terutang. Batas penyetoran PPN dipungut bendaharawan pemerintah. Batas penyetoran PPN yang berlaku secara umum. Batas pelaporan SPT Masa PPN. 46

Tempat Terutang Pasal 12 Ayat (3), (4) UU PPN Tempat pengukuhan PKP. Berlaku atas penyerahan BKP atau JKP. Tempat dimasukkannya BKP. Berlaku atas Impor Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan. Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP di dalam daerah pabean. Tempat bangunan didirikan. Berlaku atas kegiatan membangun sendiri. Tempat kedudukan kantor cabang Berlaku atas penyerahan antar cabang. 47

Pemusatan Tempat Terutang Pasal 12 Ayat (1), (2) UU PPN PKP memiliki beberapa tempat keduduka n usaha. Berada di bawah naungan satu KPP. Berada di bawah naungan beberapa KPP. PKP memiliki satu tempat terutang PPN. PKP memohon pemusatan tempat terutang. PKP tidak mengajukan permohonan PKP memiliki satu pusat tempat terutang PPN. PKP memiliki beberapa tempat terutang. 48

Kriteria Pusat Tempat Terutang PER No. 19/ PJ./ 2010 Berada di kawasan berikat. Mendapat kemudahan impor untuk tujuan ekspor. Tidak dapat dijadikan pusat, apabila: Berada di Kawasan Ekonomi Khusus. 49