BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah Kecamatan Palmerah terletak 0,5 2 meter dari permukaan laut dan

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kuman Myiobakterium Tuberculosis. WHO mencanangkan keadaan darurat

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp b. > Rp PENGETAHUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

limboto barat dengan luas wilayah 480 Ha, Luas wilayah ini terdiri dari pemukiman seluas 82,5 Ha, Persawahan 329,5 Ha, Perkebunan 26,0 Ha,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP PASIEN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI BKPM PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

HUBUNGAN DUKUNGAN PMO DAN KETERATURAN MINUM OBAT DENGAN KEGAGALAN KONVERSI TB PARU

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN, PMO, PELAYANAN KESEHATAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN DISKRIMINASI DENGAN PERILAKU BEROBAT PASIEN TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi kronis bakteri Mycobacterium Tuberculosis. World

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Talaga Jaya memiliki 5 desa yang berada diwilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

Nurhayati Jumaelah 1, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB 2, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 3

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

Peran Pengawas Minum Obat dan Kepatuhan Periksa Ulang Dahak Fase Akhir Pengobatan Tuberkulosis di Kabupaten Bangkalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang memiliki

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

GAMBARAN HARGA DIRI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI POLIKLINIK PARU RS PERSAHABATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW) IMPLEMENTASI PROGRAM PENGENDALIAN TB PARU DI PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015


Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas sebagai unit pelaksana kesehatan terdepan (pelayanan kesehatan primer di indonesia) mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya optimalisasi derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang merupakan jumlah masyarakat yang paling banyak di indonesia. Puskesmas Global Limboto adalah salah satu dari puskesmas yang terletak di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Batas-batas wilayah kerja sebagai berikut : Batas Wilayah : Sebelah Timur : Kec. Telaga Biru Sebelah Barat : Kec. Limboto Barat Sebelah Utara : Kec. Kwandang Sebelah Selatan : Kec. Batudaa Luas Wilayah : 127,92 km 2 Wilayah Kerja : 14 Kelurahan Karakteristik Wilayah : 1. Pesisir Danau 2. Pegunungan

3. Dataran Jumlah Penduduk : 47456 Jiwa a. Laki-laki : 23328 Jiwa b. Perempuan : 24128 Jiwa Kepala Keluarga : 12488 KK Penduduk Miskin : a. Jamkesmas : 14334 Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengawas minum obat (PMO) yang berada di Puskesmas Global Limboto mengatakan bahwa ada 50 pasien yang datang berobat di Puskesmas Global Limboto dengan rentang waktu pengobatan selama 6 bulan. 4.2 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih 15 hari mulai tanggal 20 mei sampai dengan 3 juni 2013. Penelitian dilakukan setiap hari kerja pada hari senin sampai dengan hari sabtu. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah pengawas minum obat (PMO) yang datang di Puskesmas Global Limboto sebanyak 50 orang. Pada bab ini disajikan berturut turut mengenai laporan hasil dan pembahasan dan telah dilakukan meliputi : 1. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Perguruan tinggi dan Pekerjaan

Kategori n % Umur 16-20 Tahun 3 6 21-25 Tahun 8 16 26-30 Tahun 11 22 31-35 Tahun 12 24 36-40 Tahun 11 22 41-45 Tahun 4 8 46-50 Tahun 1 2 Total 50 100 Pendidikan Perguruan Tinggi 1 2 SD 11 22 SMP 20 40 SMA 16 32 Tidak sekolah 2 4 Total 50 100 Pekerjaan Buruh 6 12 IRT 12 24 Mahasiswa 1 2 Pedagang 3 6 Sopir 1 2 Swasta 8 16 Tani 1 2 Tidak bekerja 15 30 Tukang bentor 3 6

Total 50 100 Data primer Tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia sampel terbanyak berada direntang umur 31-35 tahun sebanyak 12 responden (24%) dan sampel terkecil rentang umur 46-50 tahun sebanyak 1 responden (2%). Jumlah sampel sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 20 responden (40%) dan jumlah sampel terkecil sebanyak 1 responden (2%). Dari tabel 4.1 juga dapat dilihat bahwa kebanyakan responden yang tidak memiliki pekerjaan juga sangat tinggi yaitu sebanyak 15 responden (30%). Kategori Dukungan PMO n % Baik 26 52 Kurang 24 48 Total 50 100 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan PMO Data primer Dari tabel 4.2 di atas di ketahui bahwa jumlah dukungan PMO yang baik sebanyak 26 dari 50 orang, sedangkan dukungan PMO yang kurang sebanyak 24 dari 50 orang. Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan PMO No Item Pertanyaan Kurang 1. Apakah anda mengawasi pasien untuk berobat? 15 2. Apakah anda selalu mengawasi pasien untuk menelan obat? 25

3. Apakah anda selalu memberikan dorongan pada pasien untuk berobat? 21 4. Apakah anda selalu mengingatkan pasien untuk mengambil obat dan memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang ditentukan? 12 5. Apakah anda selalu menegur pasien jika pasien tidak mau/lalai dalam minum obat? 23 6. Apakah anda mengetahui tentang perkembangan kondisi kesehatan pasien saat ini? 23 7. Apakah anda mengetahui alasan pasien tidak berobat atau lalai minum obat? 32 8. Apakah anda selalu memberikan solusi jika pasien merasa jenuh untuk minum obat? 33 9. 10. Apakah anda selalu memberikan semangat pada pasien untuk sembuh dan mengajurkan pasien untuk banyak istirahat? Apakah anda selalu menyampaikan informasi dari petugas puskesmas tentang pengobatan yang seharusnya dijalankan oleh pasien? 18 25 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa urutan pertama yang kurang mendapatkan dukungan PMO terdapat pada item pertayaan no 8 adalah sebanyak 33 responden dan urutan kedua yang kurang mendapatkan Kategori Kepatuhan n % Patuh 25 50 Tidak Patuh 25 50 dukungan PMO terdapat pada item pertayaan no 7 adalah sebanyak 32 responden. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat Pasien

Total 50 100 Data primer Dari tabel 4.4 di atas di ketahui bahwa jumlah kepatuhan pasien yang patuh berobat 25 dari 50 orang dan pasien yang tidak patuh berobat adalah 25 orang dari 50 orang. 2. Analisis Bivariat. Berdasarkan analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru dari variabel terobservasi dapat dilihat sebagai berikut : Pengujian Hipotesis Hipotesis yang di uji : Ho : tidak ada hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberculosis paru dan Ha : ada hubungan dukungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan berobat pasien tuberculosis paru. Tabel 4.5 Analisa Hubungan dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru Dukungan Kepatuhan Total P

PMO Patuh Tidak patuh n (%) n % n % Baik 19 73.1 7 26.9 26 (52 %).001 Kurang 6 25 18 75 24 (48 %).001 P : Probability dengan uji chi square nilai P = 0,001 jika di bandingkan dengan λ = 0,05 maka nilai P = 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho di tolak dan Ha di terima, berarti ada hubungan dukungan pengawas minum obat dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. 4.3 Pembahasan Pada bab ini akan disajikan pembahasan mengenai sebagai berikut : 1. Hubungan Usia, Pendidikan dan Pekerjaan Dengan Kepatuhan Berobat a. Usia Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian responden berusia 31-35 tahun (24%). Hasil penelitian menemukan bahwa usia yang terbanyak adalah yang di atas 20 tahun yang sudah tidak produktif lagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Sitepu (2009) yang menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak adalah pada umur 35-55 tahun sebanyak 103 orang (92,8%). hal ini dapat diasumsikan karena kelompok usia 35-55 tahun adalah kelompok usia yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga kemungkinan terpapar dengan kuman Mikobakterium Tuberkulosis paru lebih besar

selain itu reaktifan endogen (aktif kembali yang telah ada dalam tubuh) terjadi pada usia yang sudah tua. b. Pendidikan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan terbanyak adalah tingkat pendidikan SMP 20 orang (40%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sitepu (2009) yang menunjukkan bahwa pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA/Sederajat 40 orang (36%). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam kemampuan PMO dan penderita untuk menerima informasi tentang penyakit, terutama tentang TB paru. Kurangnya informasi tentang TB paru menyebabkan kurangnya dukungan keluarga dan kepatuhan berobat pasien atau berenti bila gejala penyakit tidak dirasakan lagi. c. Pekerjaan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja mempunyai jumlah 15 orang (30%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuliana (2009) menemukan bahwa pekerjaan tidak berpengaruh terhadap PMO. Namun, menurut Philipus (1997) yang dikutip oleh Perdana (2008) memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan keteraturan dalam berobat. Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk mencari nafkah. Faktor lingkungan kerja mempengaruhi seseorang untuk terpapar suatu penyakit. Lingkungan kerja yang buruk mendukung untuk terinfeksi TB Paru antara lain supir, buruh, tukang becak dan lain-lain dibandingkan dengan orang yang bekerja di daerah perkantoran. Penelitian yang dilakukan oleh Arsin dkk (2004) menunjukkan bahwa jenis pekerjaan

yang berisiko tinggi terpapar kuman TB adalah sopir, buruh/tukang, pensiunan/purnawirawan, dan belum bekerja. Penyebab pasien yang tidak bekerja cenderung tidak teratur berobat karena didasari oleh pendapat mereka yang mengatakan bahwa berobat ke puskesmas harus mengeluarkan biaya untuk transportasi dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari daripada untuk pengobatan. Tetapi obat yang diberikan oleh pihak puskesmas gratis. Sehingga tidak ada alasan bagi pasien untuk tidak teratur berobat walaupun tidak bekerja. Hendaknya pasien maupun keluarga pasien membuka usaha kecil-kecilan untuk menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2. Hubungan Peran PMO Dengan Kepatuhan Berobat Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dukungan PMO yang baik sebanyak 26 orang (52%) dan yang kurang baik sebanyak 24 orang (48%). Penelitian ini didukung oleh Sumarman dan Krisnawati (2012) yang menemukan bahwa peran PMO yang kurang baik berisiko sebesar 3.013 kali untuk menyebabkan pasien tidak patuh periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan dibandingkan dengan pasien yang memiliki peran PMO yang baik. Sama halnya yang ditemukan oleh Sumange (2010) menemukan bahwa ada hubungan antara peran PMO dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru. Dukungan sosial oleh PMO berupa dukungan emosional meningkatkan motivasi kepada pencderita TB Paru untuk sembuh. Peran PMO lebih banyak dilakukan oleh anggota keluarga sebanyak 41 orang kemudian diikuti oleh teman sebanyak 4 orang. Pasien yang tidak teratur secara keseluruhan (100%) memiliki PMO dari anggota keluarga tetapi tidak berperan dengan baik. Kurangnya pemahaman akan tugas sebagai PMO sehingga pasien TB Paru dengan peran PMO yang

kurang lebih banyak tidak teratur berobat. Tugas sebagai PMO kebanyakan dikerjakan berupa mengingatkan untuk ambil obat dan mengawasi menelan obat, tetapi kurang melakukan tugas untuk memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga yang lain. Peran keluarga yang baik merupakan motivasi atau dukungan yang ampuh dalam mendorong pasien untuk berobat teratur sesuai anjurannya. Adanya dukungan atau motivasi yang penuh dari keluarga dapat mempengaruhi perilaku minum obat pasien TB Paru secara teratur. Sehingga keluarga perlu berperan aktif mendukung supaya pasien menjalani pengobatan secara teratur sampai dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap pasien untuk teratur berobat cukup baik. Pada umumnya dukungan keluarga yang diberikan dalam bentuk memberikan motivasi untuk teratur berobat, bantuan dana untuk kebutuhan sehari-hari, serta bantuan transportasi untuk pasien TB Paru. Tetapi masih ada anggota yang menghindari pasien yang menyebabkan pasien merasa malu untuk menjalani pengobatan. Peran keluarga menentukan pasien untuk menjalani pengobatan. 3. Hubungan Kepatuhan dengan berobat pasien Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasien yang patuh sebanyak 25 orang (50%). Hal ini dikarenakan motivasi yang tinggi dari penderita untuk sembuh dan takut bila penyakit berlanjut serta takut bila lupa minum obat dan pengobatannya harus di mulai dari awal. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Rejeki (2003) pada 34 responden di Puskesmas Bojong I Kabupaten Pekalongan yang menunjukkan bahwa kepatuhn penderita dalam berobat di Puksesmas Bojong I 100% penderita dalam berobat dan minum obat.