IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Operasional produksi packing house yang sudah berjalan hingga saat ini. Analisis kelayakan operasional packing house

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

VII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODOLOGI PENELITIAN

VII. RENCANA KEUANGAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODOLOGI PENELITIAN

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan seluas 72 m 2 dengan status sewa sebesar satu juta rupiah per tahun. Packing House ini dikelola oleh kelompok tani manggis yang dinamakan Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Kondisi packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) cukup baik dengan fasilitas yang dapat mendukung proses pengelolaan panen manggis dari petani. Keberadaaan packing house ini dapat menampung dan mengelola produk manggis dari para petani untuk kemudian di jual ke dalam dan luar negeri. Packing house tersebut merupakan penghasil produksi manggis terbesar di Desa Hegarmanah dengan hasil rata rata per tahun mencapai 340 ton manggis. Seiring dengan berkembangnya packing house tersebut kemudian pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan berupa bangunan packing house seluas 60 m 2 dan fasilitasnya (Tabel 4). Foto packing house awal dan packing house hibah dapat dilihat pada Lampiran 2. No. Tabel 4. Daftar Fasilitas (Hibah) Packing House Fasilitas (hibah) 1. Roda Angkut sebanyak lima buah 2. Rak Keranjang sebanyak lima buah 3. AC sebanyak dua buah 4. Timbangan elektrik 30 kg 5. Timbangan manual 100 kg 6. Kompresor 7. Sprinkle 8. Keranjang 40 kg sebanyak 373 buah 9. Mesin pompa air 10. Meja sortasi sebanyak dua buah B. Analisis Biaya Pokok Biaya pokok produksi packing house dihitung dari biaya total dibagi dengan produksi total. Data yang digunakan untuk menghitung biaya pokok didasarkan nilai rata rata data sekunder dari tahun 2001 s/d tahun 2009. Secara rinci data data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 7. Nilai rata rata komponen biaya pokok sebagai berikut : Biaya Tetap per tahun = Rp. 48,019,000 Biaya pembelian manggis per tahun = Rp. 2,380, 000,000 Biaya transportasi per tahun = Rp. 147,333,333 Biaya peti angkut per tahun = Rp. 18,133,333 Biaya gaji pegawai per tahun = Rp. 155,600,000 Biaya Total per tahun = Rp. 2,749,085,666

Biaya total didapat dari penjumlahan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Secara rinci biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 4 s/d Lampiran 7. Rata - rata biaya total produksi per tahun sebesar Rp. 2,749,085,666 dan rata - rata total produksi per tahun sebanyak 340,000 kg, maka besarnya biaya pokok produksi manggis adalah Rp. 8086/kg. C. Analisis Titik Impas Titik impas dapat dicapai pada saat packing house tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis titik impas perlu dihitung untuk mengetahui berapa jumlah minimal manggis yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas dilakukan dengan menggunakan komponen biaya tetap, biaya tidak tetap, harga jual dan total produksi. Rata - rata biaya tetap produksi setahun sebesar Rp. 48,019,000, biaya tidak tetap sebesar Rp. 2,701,066,666, harga jual sebesar Rp 8300/kg dan total produksi sebesar 340,000 kg. Maka didapat nilai titik impas sebesar 135,459 kg/tahun. Jumlah tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kg/tahun ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 135,459 kg/tahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house mendapatkan keuntungan setiap tahunnya karena jumlah produksinya lebih besar dari nilai titik impas. D. Analisis Kelayakan Investasi Dalam menghitung kelayakan finansial ini diperlukan adanya inflow (penerimaan) dan outflow (pengeluaran). Outflow (pengeluaran) untuk usaha tani packing house dibedakan menjadi dua macam yakni pengeluaran operasional tetap dan tak tetap. Pengeluaran operasional tetap ialah biaya operasional yang dikeluarkan tanpa terpengaruh besarnya produksi. Pengeluaran operasional tak tetap ialah tergantung besarnya produksi sedangkan untuk inflow (penerimaan) diperoleh dari penjualan produk manggis yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8, nilai sisa sebelum adanya hibah sebesar Rp. 65,819,000 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9, dan nilai sisa setelah adanya hibah sebesar Rp. 85,009,720 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 10. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan asumsi - asumsi dan pendekatan, diantaranya: 1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian 2. Umur proyek adalah 9 tahun 3. Biaya - biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap konstan. 4. Besarnya harga akhir 10 % dari harga awal. 5. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 15 %. 6. Biaya investasi dikeluarkan seluruhnya pada awal tahun. 7. Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan harga Kriteria kelayakan aspek finansial ada bermacam macam. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Digunakan empat kriteria untuk saling melengkapi. Hasil analisis kelayakan investasi berdasarkan keempat kriteria tersebut adalah : 18

Net Present Value (NPV) Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyek/usaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan. Nilai NPV usaha packing house dengan jangka waktu proyek sembilan tahun pada diskon faktor 15 persen sebesar Rp. 241,126,360 (Lampiran 11) sedangkan NPV setelah adanya hibah sebesar 192,350,661 (Lampiran 12). Internal Rate of Return (IRR) Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR, usaha packing house layak dilaksanakan bila nilai IRR-nya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan. Pada uji kelayakan ini, tingkat suku bunga yang digunakan ialah tingkat suku bunga pinjaman sebesar 15 % (BRI Rate, 2010). Usahatani packing house ini mempunyai IRR sebesar 41,67 % (Lampiran 11) sedangkan IRR setelah adanya hibah sebesar 32.77 % (Lampiran 12). Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani packing house manggis ini layak untuk diusahakan. Net Benefit Per Cost (Net B/C) Suatu usaha/proyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net B/C, apabila nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net B/C kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria Net B/C usahatani packing house ini layak diusahakan karena nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2.159 (Lampiran 11) sedangkan setelah adanya hibah nilai Net B/C sebesar 1.74 (Lampiran 12). Payback Period Periode yang dibutuhkan untuk kembali modal adalah 2.1 tahun sedangkan setelah adanya hibah nilai payback period menjadi 3.1 tahun. Periode tersebut masih dalam cakupan periode proyek yakni selama Sembilan tahun, berarti packing house ini layak untuk dikembangkan. Nilai payback period setelah adanya hibah lebih lama bila dibandingkan nilai payback period sebelum adanya hibah. Nilai IRR, NPV, dan Net B/C pada packing house setelah adanya hibah memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan Nilai IRR, NPV, dan Net B/C sebelum adanya hibah serta nilai Payback Period juga memiliki nilai yang lebih lama setelah adanya hibah bila dibandingkan dengan sebelum adanya hibah. Hal ini disebabkan nilai investasi setelah adanya hibah lebih besar bila dibandingkan nilai investasi sebelum adanya hibah. Nilai total investasi sebelum hibah sebesar Rp. 208,100,000 dan nilai total investasi setelah hibah sebesar Rp 261,082,000. Sementara nilai penerimaan dan pengeluaran per tahun merupakan nilai rata rata dari sembilan tahun terakhir sebelum adanya hibah yaitu rata - rata nilai penerimaan sebesar Rp 2,822,000,000 dan rata - rata nilai pengeluaran sebesar Rp 2,732,036,667. 19

Analisis Sensitivitas Pada suatu usaha tani atau proyek, sering sekali terjadi kesalahan kesalahan yang disebabkan karena adanya dua faktor yaitu faktor manusia dan factor lingkungan, maka dari itu dalam hal ini sangat dibutuhkan sutu analisis sensitivitas. Faktor dari manusia biasanya karena manusia seringkali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatunya, sedangkan untuk faktor lingkungan dikarenakan kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika suatu usaha tani sedang dilaksanakan, faktor lingkungan seperti cuaca, bencana alam, juga bisa berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam suatu usaha tani. Berdasarkan Analisis kelayakan Investasi yang dilakukan sebelumnya bahwa didapatkan nilai NPV, IRR, dan Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) terlihat layak untuk dilaksanakan. Suatu Investasi pasti selalu menghadapi ketidakpastian termasuk usaha tani packing house ini, karena itu layak atau tidaknya packing house manggis tergantung pada perubahan perubahan dalam investasi tersebut. Perubahan perubahan yang terjadi karena pengaruh dari keadaan sosial dan ekonomi selama proyek berlangsung. Pada penelitian ini unsur analisis yang digunakan adalah biaya operasional transportasi, volume produksi, dan harga jual. Analisis sensitivitas terhadap biaya operasional dilakukan pada kenaikan biaya operasional transportasi sebesar 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 1). Analisis sensitivitas terhadap volume produksi dilakukan pada penurunan volume produksi sebesar 5 %, 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 2). Analisis sensitivitas terhadap harga jual dilakukan pada penurunan harga jual sebesar 2 %. Tabel 1. Hasil Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi Perubahan NPV IRR Net B/C (Rp) (%) Kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % 122,049,326 26.93 1.467 Kenaikan biaya transportasi Sebesar 20 % 51,747,992 19.93 1.198 Kenaikan biaya transportasi Sebesar 30 % -18,553,343 13.37 0.929 Analisis sensitivitas kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % (Lampiran 13) dan 20 % (Lampiran 14) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada kenaikan biaya transportasi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 15) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Tabel 2. Hasil Analisis sensitivitas terhadap penurunan volume produksi Perubahan NPV IRR Net B/C (Rp) (%) Penurunan volume produksi sebesar 5 % 159,392,297 29.71 1.611 Penurunan volume produksi sebesar 10 % 126,433,933 26,89 1.484 Penurunan volume produksi sebesar 20 % 60,517,206 20,93 1.232 Penurunan volume produksi sebesar 30 % -5,399,522 14,55 0.979 Analisis sensitivitas penurunan volume produksi Sebesar 5 % (Lampiran 16), 10 % (Lampiran 17) dan 20 % (Lampiran 18) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada penurunan volume produksi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, 20

IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 19) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Analisis sensitivitas penurunan harga jual Sebesar 2 % didapatkan nilai NPV yang kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 20) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan serta harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif dalam analisis sensitivitas ini. Oleh karena itu penetapan harga jual untuk masa kedepannya harus lebih tinggi lagi. E. Analisis Aspek Teknis Komoditas buah buahan yang menjadi input utama packing house adalah manggis. Penanganan komoditas manggis dalam packing house memerlukan pasokan hasil panen manggis yang berasal dari beberapa petani manggis yang tergabung dalam kelompok tani (poktan). Para petani manggis yang mempunyai potensi besar untuk memasok manggis tersebut berasal dari Desa Hegarmanah di Kabupaten Sukabumi. Hasil panen manggis dari para petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) ditampung dalam packing house untuk dilakukan proses penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen manggis ini bertujuan untuk mengelola dan memenuhi tuntutan pasar. Manggis yang sudah ditampung di dalam packing house selanjutnya dilakukan proses penanganan pascapanen yang meliputi penerimaan dan penimbangan, sortasi, grading, pencucian untuk mutu ekspor dan pengiriman. Sebelum masuk ke packing house, manggis yang telah dipanen dikumpulkan untuk dilakukan sortasi kebun oleh petani agar manggis yang di jual ke packing house bermutu bagus. Selanjutnya dalam packing house dilakukan kegiatan produksi. Foto kegiatan produksi dapat dilihat pada Lampiran 21. kegiatan produksi tersebut ialah sebagai berikut : 1. Pembersihan dan penimbangan Tujuan utama proses pembersihan adalah supaya kotoran kotoran yang menempel pada buah manggis terbuang sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya. Proses ini dilakukan setelah panen di kebun. Proses pembersihan dilakukan langsung setelah komoditas manggis diturunkan dari muatan (loading) dengan cara membersihkan kotoran yang menempel pada manggis dengan kompresor atau dengan kuas. Selanjutnya manggis tersebut ditimbang untuk mengetahui berapa masanya. 2. Sortasi dan grading Proses sortasi merupakan proses pemisahan produk yang sudah mengalami pembersihan Antara produk yang dikehendaki dengan produk yang tidak dikehendaki. Pengelompokan ini berdasarkan pada ukuran, bentuk, dan tekstur sedangkan grading (pengkelasan) merupakan pemisahan produk berdasarkan nilai komersial setelah disortasi. Proses sortasi dan grading ini dilakukan secara manual. Produk manggis yang mengalami proses sortasi dan grading dipisahkan kemudian dikelompokkan sesuai keinginan pasar. Kemudian untuk kebutuhan ekspor dan pasar domestik dilakukan pemisahan. Setelah dipisahkan, selanjutnya manggis untuk pasar ekspor dicuci terlebih dahulu sebelum di grading dengan cara diletakkan dalam keranjang plastik kemudian digerak gerakkan di bawah air mengalir. Untuk pasar domestik tidak dilakukan pencucian sehingga bisa langsung di grading. Berikut proses grading yang dilakukan packing house : 21

a. Manggis ekspor ke Arab Saudi Jenis produk manggis ekspor Arab Saudi merupakan produk bermutu tinggi. Kriteria produk mutu ekspor Arab Saudi ini adalah berukuran kecil biasanya per kg berjumlah 12 18 buah manggis, permukaan mulus, segar, utuh dan isi putih susu. Persentase untuk ekspor ke Arab ialah sekitar 20 % dari total penjualan manggis selama satu tahun. Harga manggis untuk ekspor ke Arab sebesar Rp 8000/kg. b Manggis ekspor ke China Jenis produk mangggis ekspor china ini merupakan produk bermutu tinggi. Manggis untuk ekspor china ini terbagi menjadi dua yakni mutu super satu dan mutu super dua. Kriteria untuk mutu super satu yakni dipilih yang memiliki kelopak komplit, 0 % burik, dan lebih mulus dari mutu super dua. Kriteria untuk mutu super dua yakni memiliki kelopak komplit dan toleransi 30 % burik. Persentase untuk mutu super satu yakni sekitar 30 % dan untuk mutu super dua sebesar 20 % dari total penjualan selama satu tahun. Harga manggis super satu untuk ekspor China ialah Rp 12000/kg dan super dua sebesar Rp 8000/kg. c. Manggis pasar modern Kualifikasi Jenis manggis untuk pasar modern ini berukuran seragam 5 10 biji/kg, toleransi 40 % burik dan mempunyai permukaan yang mulus. Persentase untuk jual ke pasar modern ialah sekitar 10 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar modern ialah sebesar Rp 7000/kg. Pasar modern yang dituju seperti carrefour, supermarket, giant dll. d. Manggis pasar tradisional Jenis mangggis untuk pasar tradisional ini berukuran acak dan merupakan sisa sortasi dari pasar ekspor dan pasar modern. Kriteria untuk pasar tradisional ini hanya manggis tersebut masih layak dimakan. Persentase untuk jual ke pasar tradisional ialah sekitar 20 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar tradisional ialah sebesar Rp 4000/kg. Pasar tradisional yang dituju seperti pasar induk kramat jati, pasar cibadak, pasar rebo dll. 3. Pengiriman Manggis yang telah di sortasi kemudian dikirim ke eksportir dan pasar lokal. Pengiriman dilakukan pada pagi hari agar laju penurunan mutu buah manggis tidak menurun secara drastis dan tetap menjaga kesegaran manggis dari sinar matahari. Pengiriman menggunakan kendaraan yang di sediakan oleh pembeli. Untuk penjualan ekspor Arab Saudi disediakan dus berkapasitas 2 kg /dus oleh eksportir. untuk penjualan ekspor China disediakan keranjang berkapasitas 8 kg/keranjang. Penjualan pasar modern, pengiriman menggunakan keranjang ukuran 40 kg yang kemudian keranjang tersebut diambil kembali setelah digunakan. Penjualan pasar tradisional, pengiriman dilakukan dengan menggunakan peti angkut berukuran 30 kg. Kendaraan yang digunakan untuk pengiriman ialah berjenis truk dan disediakan oleh pembeli. Salah satu hal yang penting dalam aspek teknis ialah analisis aliran bahan yang dilakukan untuk mendapatkan aliran bahan seefisien mungkin dalam packing house sehingga dapat diketahui urutan operasi atau proses yang dilakukan dari setiap aktivitas operasional packing house. Aliran bahan produksi manggis sangat berkaitan dengan efektifitas kegiatan produksi secara keseluruhan. Bila aliran produksi manggis berjalan dengan teratur maka proses produksi bisa dikatakan baik. 22

Perancangan aliran bahan dalam packing house menggunakan analisis bagan aliran proses. Bagan aliran proses ini menggambarkan perlakuan perlakuan yang dialami bahan meliputi proses penerimaan, penimbangan, sortasi, grading, dan pengiriman. Bagan aliran proses pada packing house dapat dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan hasil analisis, pola aliran bahan untuk aktifitas produksi dalam packing house adalah pola aliran berbentuk U. Pola ini sesuai dengan kondisi packing house yang hanya mempunyai satu pintu, dimana proses produk akhir yang dihasilkan berada dekat dengan proses awal yang berlokasi dekat dengan pintu masuk / keluar. Rata rata dalam satu tahun, packing house beroperasi selama empat bulan (Desember Maret) yaitu pada bulan bulan panen dengan kapasitas operasional tiga ton per hari, waktu kerja 12 jam, dengan jumlah tenaga kerja delapan orang. Dengan kondisi tersebut maka kapasitas kerja rata rata per orang adalah 30 kg/jam. Luas packing house sebesar 72 m 2, cukup baik untuk kelancaran operasional seluruh kegiatan yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan luasan ruang untuk masing masing kegiatan yang memadai sebagai contoh, untuk ruang penyimpanan sementara cukup membutuhkan 4 m 2 dengan perhitungan sebagai berikut : Jumlah manggis per hari 3000 kg yang diwadahi dalam keranjang plastik kapasitas 40 kg, berarti akan ada 75 keranjang plastik berdimensi 60 x 40 x 40 cm. Bila dilakukan penyusunan dengan cara enam keranjang untuk arah lebar dan tiga keranjang untuk arah panjang, dan tinggi empat keranjang maka 75 keranjang tersebut hanya membutuhkan luasan kurang lebih 4 m 2. Kegiatan penyimpanan siap kirim untuk pasar lokal kurang lebih membutuhkan luasan ruang yang sama dengan kegiatan penyimpanan sementara. Dengan demikian maka masih tersedia cukup luas ruang untuk kegiatan penerimaan / penimbangan dan sortasi grading. F. Analisis Aspek Manajemen Kegiatan produksi yang terdapat di dalam packing house manggis dapat berlangsung secara tertib dan teratur apabila dikendalikan oleh manajemen yang baik dan sistem pengendalian terpusat. Manajemen merupakan seni dalam mencapai tujuan melalui orang orang dengan pemanfaatan sumberdaya yang ada, maka manajemen memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk diaplikasikan ke dalam berbagai kondisi. Secara konsepsional manajemen sering disebut pengelolaan atau tata laksana yang merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Packing house didirikan dengan tujuan untuk menampung dan mengelola produk manggis dari para petani manggis sehingga dapat mempermudah petani dalam menjual hasil panen manggis mereka. Packing house tersebut dikelola oleh kelompok tani Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Berdasarkan hal ini maka status kepemilikan packing house adalah milik petani berbentuk usaha Poktan. Bentuk usaha poktan dapat memberikan beberapa keuntungan bagi para petani manggis, antara lain : 1. Petani dapat menggunakan pinjaman tanpa bunga dari keanggotaan poktan bila memerlukan pembiayaan dengan segara. Berarti petani manggis tidak perlu meminjam ke rentenir atau pengijon. 2. Petani tidak akan terbebani dengan posisi tawar yang rendah dalam penetapan harga manggis yang dapat menurunkan harga manggis yang diterimanya. 3. Petani juga bisa mendapatkan fasilitas tunjangan kesehatan bila diperlukan. Packing house manggis dapat berjalan dengan baik secara efektif dan efisisen apabila di dalamnya dijalankan oleh sumber daya manusia yang teratur. SDM ini diperlukan untuk mengisi setiap posisi dalam struktur organisasi packing house. Waktu kerja pegawai packing house dari sore hari hingga pagi hari 23

mengikuti panen yang dilakukan dari pagi hari hingga sore hari. Tenaga kerja yang digunakan dalam packing house dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang mengurus dan mengawasi seluruh kegiatan packing house agar berjalan dengan baik sedangkan tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja yang termasuk dalam kategori tenaga kerja tidak langsung adalah ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara sedangkan tenaga kerja langsung adalah kebersihan dan karyawan produksi. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan agar tercipta keharmonisan dalam suatu organisasi packing house adalah sistem penggajian yang baik. gaji yang diberikan tidak lebih rendah dengan tingkat UMR (upah minimum regional) dan jabatan yang lebih tinggi mendapatkan gaji yang lebih besar. Besarnya gaji pegawai per tahun berfluktuasi sesuai dengan jumlah hari panen. Manajemen packing house mengeluarkan rata - rata biaya gaji pegawai per tahun sebesar Rp. 155,600,000. Susunan organisasi pengelola packing house beserta gaji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 23. 24