BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul-Yogyakarta. UMY memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Simamora, 2009). Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan suatu kegiatan tertentu yang di dasarkan rasa senang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian correlative (hubungan/ asosiasi)

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

KIAT CERDAS MENDIDIK ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB II GAYA BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Pembelajaran. dan nilai konsistensi menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah 0,735 yang

BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar mengajar siswa akan meningkat. Iklim pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau sederajat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi lingkungan. pengertian persepsi lainnya: menerima dan menganalisis informasi (Brian Fellows)

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lingkungan Belajar a. Definisi Lingkungan Belajar Lingkungan belajar merupakan salah satu bagian dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar, dimana lingkungan tersebut akan mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar di sekolah (Winarno, 2012). Menurut Wahyuningsih dan Djazari (2013), lingkungan belajar merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi individu dan sebaliknya, individu juga dapat mempengaruhi lingkungan (Yusuf, 2011). Lingkungan belajar seperti sarana dan prasarana, luas lingkungan, penerangan dan kebisingan memiliki pengaruh yang besar terhadap penilaian menyenangkan atau tidaknya lingkungan belajar sehingga dapat mempengaruhi motivasi dan proses pembelajaran. Kondisi ruang kelas yang nyaman akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam berkonsentrasi, memeperoleh hasil belajar yang maksimal dan dapat menikmati kegiatan pembelajaran dengan baik (Samodra, 2013). Lingkungan belajar merupakan tempat dimana terjadinya aktivitas dan proses belajar mengajar (Naibaho dkk, 2012). Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam proses pembelajaran 11

12 yang meliputi kondisi, keadaan maupun fasilitas yang ada di lingkungan tersebut (Triyogo, 2014). Melalui lingkungan belajar, seseorang bisa mendapatkan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipengaruhi oleh lingkungan alami mapun lingkungan sosial (Nismawati, 2015). Menurut Baharuddin (2007) dalam Ningrum (2013), lingkungan belajar merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan dan memberikan pengaruh bagi siswa dalam proses belajarnya. Lingkungan belajar tidak hanya terfokus pada fasilitas yang baik saja, tetapi perlu diperhatikan juga terkait kenyamanan dan ketenangan lingkungannya agar perhatiannya dapat terpusat pada pelajaran. Lingkungan belajar yang baik menurut Saifuddin (2014) adalah lingkungan yang menantang dan merangsang untuk belajar serta rasa aman dan puas sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Secara keseluruhan, lingkungan belajar meliputi fisik, sosial, intelektual, nilai-nilai dan hubungan dengan pendidik (Yuliani, 2013). Menurut Prayitno (2009), lingkungan pembelajaran terbagi menjadi lingkungan fisik, hubungan sosioemosional, lingkungan teman sebaya dan masyarakat dan pengaruh dari lingkungan asing. Lingkungan belajar tidak hanya ruang kelas saja tetapi juga meliputi design ruangan seperti laboratorium, perpustakaan, ruang tutorial dan tempat belajar non formal (United Nations of Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), 2012).

13 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Lingkungan belajar dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Lingkungan belajar bukan hanya benda mati yang ada disekitar tempat belajar, tetapi orang-orang yang ada di tempat tersebut juga termasuk lingkungan belajar. Lingkungan belajar dapat diukur menggunakan instrumen Dundee Ready Education Environment Measure (DREEM) (Rochmawati, Rahayu dan Kumara, 2014). DREEM terdiri dari 50 item penilaian persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar. Instrumen tersebut terdiri dari 5 sub skala yaitu persepsi mengenai pengajaran, persepsi mengenai dosen, persepsi mengenai kemampuan akademik, persepsi mengenai atmosfer dan persepsi mengenai lingkungan sosial. Instrumen ini telah digunakan untuk menilai lingkungan belajar pada mahasiswa kesehatan seperti kedokteran, kedokteran gigi, perawat dan sebagainya (Hammond et.al, 2012). Persepsi mengenai lingkungan belajar terbentuk oleh kurikulum baru yang dibuat untuk mengidentifikasi area yang memerlukan modifikasi (Manjula, 2012). Persepsi merupakan hubungan manusia dengan lingkungannya dan bagaimana seseorang memahami dan menilai lingkungannya (Desmita, 2013 dalam Asmara, 2015). Persepsi yang baik akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar (Utami, 2012). Persepsi dipengaruhi oleh beberapa fakor seperti perhatian,

14 jenis rangsangan yang lebih mencolok diantara rangsangan yang lain, pengalaman masa lalu serta sikap (Saleh dan Wahab, 2004 dalam Sari, 2015). b. Macam Lingkungan Belajar Menurut Dundee Ready Education Environment Measure (DREEM) lingkungan belajar dibagi menjadi 5 yaitu : 1) Persepsi Mahasiswa mengenai Pengajaran Lingkungan pengajaran atau akademik mempengaruhi sikap, pengetahuan, keterampilan, kemajuan dan perilaku mahasiswa. Kualitas pengajaran dinilai dari kurikulum yang digunakan serta evaluasi dari hasil belajar mahasiswa (Hassanshahi, 2015). Semakin baik kualitas pengajaran suatu institusi maka semakin tinggi pula kemauan mahasiswa untuk belajar. Menurut Hendra (2013), pengajaran dapat dilihat dari sumber belajar, metode, media, materi serta proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang terstruktur, penggunaan media, metode dan sumber belajar yang bervariasi dapat meningkatkan keinginan mahasiswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik (Wulandari, 2015). 2) Persepsi Mahasiswa mengenai Dosen Dosen merupakan pendidik di suatu pendidikan tinggi yang bertugas untuk menyampaikan, mengembangkan serta menyebarluaskan berbagai informasi di segala bidang ilmu. Dosen memiliki kebebasan untuk menentukan kelulusan dan memberikan

15 nilai kepada mahasiswa, namun hal tersebut harus dilakukan secara objektif, transparan dan akuntabel (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009). Dosen harus bisa menjadi contoh yang baik dan sumber motivasi bagi mahasiswa. Selain itu, adanya hubungan yang baik dengan mahasiswa sangat diperlukan. Hubungan yang baik tersebut dapat meningkatkan semangat mahasiswa dalam belajar sehingga tujuan belajar yang diharapkan dapat tercapai(yuliani, 2013). 3) Persepsi Mahasiswa mengenai Lingkungan Fisik atau Atmosfir Lingkungan Belajar Lingkungan fisik adalah keadaan alami yang ada di sekeliling manusia seperti cuaca, iklim, keadaan geografis, struktur geologis dan lain-lain (Asmadi, 2008). Menurut Sandra dkk (2013) lingkungan fisik merupakan lingkungan yang memungkinkan untuk memberikan gerak dan penyegaran pikiran saat mengikuti proses pembelajaran. Lingkungan fisik meliputi sarana dan prasarana pembelajaran seperti pencahayaan, ventilasi, meja, tempat duduk dan sebagainya. Baik buruknya lingkungan fisik ruangan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kondisi lingkungan yang tenang, nyaman, bersih dan sejuk akan membuat siswa berkonsentrasi dengan baik (Udiyono, 2011). Menurut Syah (2009), lingkungan fisik meliputi bangunan dan letak sekolah, bangunan dan letak rumah, alat-alat pembelajaran, sumber belajar,

16 pencahayaan, cuaca dan waktu belajar siswa. Lingkungan fisik berhubungan dengan ruangan, perlengkapan dan peralatan yang ada di kelas (Kuuskorpi, Finland dan Gonzalez, 2011). Lingkungan fisik merupakan lingkungan atau kondisi tempat belajar yang meliputi kenyamanan, kesegaran dan kerapian tempat (Suardi, 2015). Lingkungan fisik adalah semua hal yang ada disekeliling yang bisa memberikan pengaruh terhadap kegiatan yang sedang dilakukan seperti pencahayaan, suhu udara, ruang gerak, suara bising dan sebagainya (Rahmawati, 2014). Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2007), lingkungan fisik harus dapat ditata sebaik mungkin agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Selain itu, kondisi fisik juga meliputi tempat duduk dan meja yang digunakan, besarnya ruang kelas dengan jumlah peserta didik, suhu dan cahaya, kelengkapan sarana dan prasarana, kesejukan dan ketenangan juga dapat mempengaruhi kenyamanan dan konsentrasi dalam belajar (Prayitno, 2009). Hasil penelitian Samodra (2013) menyatakan bahwa, lingkungan fisik kelas memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Semakin baik dan nyaman kondisi lingkungan fisik kelas maka prestasi belajar siswa akan semakin tinggi dan akan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkonsentrasi.

17 Sebaliknya, semakin buruk kondisi lingkungan fisik kelas maka prestasi belajar siswa juga akan semakin rendah. 4) Persepsi Mahasiswa mengenai Lingkungan Sosial Lingkungan sosial atau lingkungan non-fisik merupakan keadaan lingkungan sekitar yang terjadi karena adanya interaksi antar manusia yang meliputi sosial-budaya, norma, nilai, adat istiadat dan lain-lain (Asmadi, 2008). Menurut Sandra dkk (2013), lingkungan sosial merupakan pola interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan orang yang ada disekitar lingkungan belajar. Lingkungan sosial yang baik akan membuat suasana pembelajaran menjadi kondusif. Lingkungan sosial meliputi pengaturan kondisi lingkungan belajar, penampilan, sikap pendidik, hubungan yang baik antar teman maupun antar pendidik dan peserta didik (Udiyono, 2011). Lingkungan sosial juga termasuk semua orang yang ada di lingkungan belajar tersebut seperti siswa, guru maupun karyawan yang akan mempengaruhi proses belajar. Selain itu, keluarga, masyarakat dan tetangga juga termasuk dalam lingkungan sosial di rumah (Syah, 2009). Lingkungan sosial adalah hubungan antara manusia dengan sekitarnya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar dan sebagainya (Nursalam dan Efendy, 2009). Menurut Suardi (2015), lingkungan sosial meliputi lingkungan sepermainan, teman sebaya maupun kelompok belajar yang saling

18 berhubungan satu sama lain. Seseorang di lingkungan tersebut akan cenderung mengikuti mengikuti apa yang ada di lingkungan sosialnya. Hubungan yang terjadi antara seseorang dengan lingkungan sosialnya akan menyebabkan proses saling mempengaruhi sehingga akan mudah terjadi ketegangan, perubahan emosi maupun perubahan kepribadian. Hasil penelitian Huda (2013) menyatakan bahwa, teman sebaya berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku siswa karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan temantemannya. Hal tersebut membuat siswa mengikuti teman-temannya dalam berbagai hal termasuk belajar. Dengan demikian, konsentrasi belajar siswa juga akan meningkat. 5) Persepsi Mahasiswa mengenai Kemampuan Akademik Kemampuan akademik dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) (Pimparyon P, et al, 2000 dalam Al-Ansari dan Tatawi, 2015). Selain itu, kemampuan akademik juga dapat dinilai dari sejauh mana mahasiswa tersebut memahami palajaran (Tolingguhu, 2013). Semakin bagus penguasaan mahasiswa terhadap pembelajaran semakin baik pula prestasi belajar yang didapatkan ( Saleh, 2014). Kemampuan akademik yang dicapai mahasiswa dipengaruhi oleh kemampuan untuk memperhatikan, mengingat serta menghafal (Al-Ansari dan Tantawi, 2015).

19 2. Konsentrasi Belajar a. Definisi Konsentrasi belajar merupakan pemusatan fikiran dan perbuatan pada objek tertentu yang sedang dipelajari dengan menyingkirkan halhal yang tidak berkaitan dengan apa yang sedang dipelajari. Tinggi rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang disebabkan oleh kemampuan dalam berkonsentasi (Surya, 2009). Menurut Rahmawati (2014), konsentrasi belajar merupakan suatu usaha untuk memusatkan perhatian pada suatu hal yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan hal yang tidak berhubungan. Konsentrasi belajar adalah usaha memusatkan pikiran atau perhatian dengan memfokuskan diri pada materi yang sedang dipelajari sehingga dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku (Sujaya dkk, 2013). Konsentrasi belajar merupakan pemusatan pikiran pada satu hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan mengesampingkan hal lain (Slameto, 2013). Menurut Syafrol (2013), konsentrasi merupakan kunci untuk mencapai suatu tujuan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan konsentrasi yang baik maka proses belajar akan menjadi optimal. Sebaliknya, bila konsentrasi kurang baik maka proses belajar menjadi tidak optimal (Manis, 2010). Jadi, konsentrasi belajar merupakan suatu usaha pemusatan fikiran terhadap proses pembelajaran. Saat berkonsentrasi, fikiran

20 hanya ditujukan pada satu hal saja yaitu belajar. Dengan demikian, proses belajar akan berjalan dengan baik dan tujuan belajar juga akan tercapai. b. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi menurut Surya (2009) : 1) Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran Minat dan motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi. Kurangnya minat dan motivasi seseorang untuk belajar akan menyebabkan fokus seseorang terhadap kegiatan belajar menjadi berkurang. Fikiran akan lebih mudah untuk terbagi-bagi pada hal lain yang tidak ada hubungannya dengan belajar. Fokus seseorang akan cenderung berpindah pada kegiatan yang lebih menarik daripada belajar. 2) Timbulnya perasaan negatif Perasaan negatif yang dimaksud adalah mood yang tidak stabil seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci, dendam dan sebagainya. Baik dan buruknya mood akan mempengaruhi konsentrasi belajar. Mood yang tidak stabil akan menyebabkan pecah dan sulitnya berkonsentrasi. Selain itu, mood yang tidak stabil juga bisa menyebabkan seseorang kehilangan konsentrasi belajar.

21 3) Suasana lingkungan belajar Suasana lingkungan belajar akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. Lingkungan belajar yang baik dan nyaman akan membuat seseorang mudah berkonsentrasi. Sebaliknya, lingkungan belajar yang bising, ramai, berantakan, kurang penerangan dan tata ruang yang buruk akan mengganggu konsentrasi belajar. 4) Gangguan kesehatan jasmani Kesehatan jasmani merupakan salah satu hal penting. Adanya gangguan kesehatan seperti sakit, kurang tidur, keletihan dan lapar akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Seseorang yang kesehatan jasmaninya terganggu akan kesulitan untuk berkonsentrasi karena kondisi badan yang tidak fit dan bugar. 5) Bersifat pasif dalam belajar Bersifat pasif saat belajar akan mempengaruhi konsentrasi seseorang. Pengajar biasanya akan terus melanjutkan materi bila tidak ada siswa yang bertanya. Pengajar tidak tahu apakah siswanya sudah paham atau belum terkait materi yang disampaikan. Hal tersebut disebabkan karena ketidak beranian mengungkapkan keingintahuanya sehingga siswa merasa tertinggal dalam penyerapan materi.

22 6) Tidak memiliki kecakapan dalam belajar yang baik Seseorang yang tidak memiliki cara belajar yang baik cenderung akan menimbulkan kejenuhan. Mereka akan merasa malas untuk berfikir terutama pada hal-hal sulit yang ditemui. Pemilihan metode belajar yang tepat akan membantu seseorang untuk belajar dengan baik dan maksimal. Sehingga seseorang akan mudah berkonsentrasi saat belajar. Menurut Olivia (2010), faktor penyebab konsentrasi adalah sebagai berikut : 1) Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri. Faktor internal meliputi kurangnya minat belajar, perencanaan jadwal belajar yang buruk dan gangguan kesehatan. Adanya faktorfaktor internal tersebut akan mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam belajar. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri. Faktor eksternal meliputi suasana belajar, kelengkapan sarana dan prasarana, pencahayaan, suara dan gambar-gambar yang menggangu perhatian. Faktor-faktor eksternal tersebut akan mempengaruhi proses pembelajaran terutama konsentrasi.

23 c. Ciri-ciri konsentrasi yang baik Untuk dapat membedakan orang yang berkonsentrasi atau tidak, dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan saat belajar. Orang yang sedang berkonsentrasi akan memusatkan perhatiannya pada apa yang sedang dipelajarinya. Mereka akan cenderung mengabaikan hal-hal lain yang ada disekitarnya. Selain itu, orang yang sedang berkonsentrasi akan lebih mudah untuk mengemukakan ide maupun pendapatnya terhadap suatu pembelajaran (Slameto, 2013). Mereka juga akan sangat antusias dalam mengikuti proses belajar. Antusias yang tinggi akan memudahkan seseorang dalam menerima dan memahami pelajaran sehingga akan menumbuhkan minat belajar (Nugrahanti, 2014). Seseorang yang sedang berkonsentrasi biasanya akan merasa tenang saat proses pembelajaran. Hal ini berhubungan dengan suasana ruang kelas yang tenang (Ditasari&Masykur, 2015). Disamping itu, seseorang yang sedang berkonsentrasi juga akan aktif saat proses pembelajaran. Mereka akan mengikuti pelajaran dengan sungguhsungguh dan ikut terlibat dalam proses diskusi (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007).

24 d. Cara meningkatkan konsentrasi Berikut adalah cara untuk meningkatkan berkonsentrasi menurut Manis (2010) : 1) Nyamankan pikiran Belajar dalam keadaan marah, sedih, stres, bingung atau memikirkan hal lain akan membuat konsentrasi terpecah dan tidak bisa fokus pada pelajaran. Belajar dalam fikiran yang tenang akan membuat proses belajar dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, sebelum memulai belajar hendaknya fikiran ditenangkan terlebih dahulu agar dapat berkonsentrasi dan materi bisa terserap dengan maksimal. 2) Siapkan suasana belajar yang baik Saat belajar, banyak faktor yang dapat mengganggu konsentrasi. Factor-faktor tersebut seperti suasana ramai, suara bising, lalu lintas kendaraan, percakapan maupun ponsel. Agar konsentrasi tetap baik, maka persiapkan lingkungan dan suasana yang nyaman sebelum belajar. 3) Duduk dalam posisi yang tegak dan nyaman Duduk dengan posisi yang tegak dan nyaman akan lebih mudah mempertahankan konsentrasi saat belajar dibandingkan dengan posisi duduk menyandar atau tiduran. Posisi duduk yang menyandar atau tiduran akan membuat lebih cepat lelah dan

25 mengantuk. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk berkonsentrasi. Selain itu, ada beberapa cara yang dapat meningkatkan konsentrasi dalam belajar. Contohnya adalah dengan latihan relaksasi, mendengarkan musik yang lembut, ruangan yang tenang, menyadari pentingnya kegiatan belajar untuk bekal masa depan dan berdoa. Dengan melakukan cara-cara tersebut akan membuat fikiran seseorang menjadi tenang sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik (Olivia, 2010).

26 B. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi konsentrasi : 1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal Lingkungan belajar Lingkungan berdasarkan DREEM : 1. Persepsi mengenai pengajaran 2. Persepsi mengenai dosen 3. Persepsi mengenai atmosfir lingkungan 4. Persepsi mengenai lingkungan sosial 5. Persepsi mengenai kemampuan akademik Konsentrasi Ciri-ciri konsentrasi yang baik: 1. Perhatian terpusat 2. Antusias dalam belajar 3. Tenang dlam belajar 4. Mengemukakan suatu ide 5. Aktif pada saat proses belajar dan mengajar Skema 1. Kerangka Teori Cara meningkatkan konsentrasi : 1. Nyamankan pikiran 2. Siapkan suasana belajar yang baik 3. Duduk dalam posisi yang tegak dan nyaman 4. Latihan relaksasi 5. Mendengarkan musik yang yang lembut 6. Ruangan yang tenang 7. Menyadari pentingnya belajar

27 C. Kerangka Konsep Lingkungan Belajar Lingkungan berdasarkan DREEM Konsentrasi belajar mahasiswa Baik Cukup Kurang Skema 2. Kerangka Konsep D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian adalah terdapat hubungan antara lingkungan belajar dengan konsentrasi belajar mahasiswa PSIK UMY.