BANK MESTI INOVATIF UNTUKK KREDIT UMKM 1 Oleh: Djoko Retnadi, Senior Economist The Indonesia Economic Intelligence

dokumen-dokumen yang mirip
TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

MEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1

PERILAKU PENYALURAN KREDIT BANK Oleh: Djoko Retnadi, Pengamat Perbankan 1

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

Menuju UKM Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1998

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi. menumbuhkan dan memompa perekonomian suatu negara.

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap produk pembiayaan seperti pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. Dana yang besar seringkali menjadi patokan oleh sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

MEDIASI PERBANKAN, SATU LAGI PROTEKSI TERHADAP NASABAH BANK Oleh: Djoko Retnadi 1

Entrepreneurship and Innovation Management

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Linkage Program ib Hasanah pada BNI Syariah Cabang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia yang sedang berkembang, berusaha untuk semakin

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

KINERJA PERBANKAN 2005 DAN PROSPEK Oleh: Djoko Retnadi 1

kesediaannya untuk mengisi pertanyaan pertanyaan sesuai dengan petunjuk dan kerjasamanya dalam mengisi kuisioner ini, saya ucapkan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENANTI KRITERIA BANK JANGKAR DI TENGAH KEGALAUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social

KEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

KINERJA PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO MELALUI KEMITRAAN PT BANK BUKOPIN, TBK PADA SWAMITRA KOPMISO BOGOR FERYANTO HUTAPEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

Bisnis indonesia 19/05/2016, hal. 21 INOVASI PRODUK - Momentum Asuransi di Masa Transisi EX-CC-AAJI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

Transkripsi:

1 BANK MESTI INOVATIF UNTUKK KREDIT UMKM 1 Oleh: Djoko Retnadi, Senior Economist The Indonesia Economic Intelligence Rencana Bank Indonesia (BI) untuk melakukan relaksasi terkait dengan ketentuan kredit untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di bulan April 2007 ini dimaksudkan agar penyaluran kredit perbankan ke sektor riil, khususnya UMKM, semakin deras. Walaupun porsi kredit UMKM per Desember 2006 telah mencapai porsi 51,60% dari total kredit perbankan yang telah berjumlah Rp792,2 triliun, namun sampai saat ini masih dijumpai beberapa kelemahan kredit untuk UMKM yaitu, pertama, porsi kredit UMKM ternyata masih didominasi jenis kredit konsumsi yang mencapai 49,26% dari total kredit UMKM. Porsi ini jauh berada di atas porsi kredit konsumsi nasional yang hanya 28,57% dari total kredit perbankan. Walaupun di tahun 2006, pertumbuhan kredit UMKM untuk konsumsi merosot drastis karena hanya mencapai 12,81% (lihat gambar) (jauh di bawah pertumbuhan kredit UMKM total sebesar 15,65%), namun porsi kredit UMKM untuk konsumsi masih cukup dominan dibandingkan kredit modal kerja (41,69%) atau kredit investasi (9,05%). Kedua, walaupun jumlah UMKM di tahun 2005 mencapai sekitar 44 juta unit usaha, namun hanya sekitar 12% saja yang telah mendapatkan kredit bank, sedangkan sisanya belum bankable. Sesuai survey BI tentang profil UMKM di Indonesia 2005, dijelaskan bahwa kelemahan UMKM adalah tidak adanya ijin usaha dan legalitas badan hukum tidak jelas. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka sebagian besar UMKM tidak akan pernah bankable, karena salah satu syarat administrasi yang diminta perbankan adalah adanya dokumen legalitas usaha dan kejelasan badan hukum, khususnya untuk pemberian kredit di atas Rp50 juta. Ketiga, akibat sebagian besar UMKM belum bankable, akhirnya persaingan perbankan di dalam memperebutkan debitor UMKM hanya terbatas pada UMKM yang telah dilayani bank. Dengan kata lain, peningkatan kredit UMKM 1 Tulisan ini telah dimuat di Koran Investor Daily, Selasa 10 April 2007

2 ke depan tidak diimbangi dengan penambahan jumlah debitor baru yang memadai. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka upaya relaksasi yang dilakukan BI tidak akan menyentuh sebagian besar UMKM. Kiat ke Depan Meskipun jumlah UMKM yang belum memperoleh kredit sekitar 39 juta, namun perlu menjadi perhatian perbankan bahwa terdapat siklus perkembangan UMKM yang harus dicermati dalam rangka menentukan timing pemberian kredit secara tepat. Di dalam praktik, bank mulai dapat memberikan kredit apabila UMKM telah dapat dikategorikan feasible dan bankable. Sedangkan UMKM yang telah feasible namun belum bankable perlu diberikan semacam subsidi sehingga bank terkadang meminta proteksi melalui pola penjaminan agar UMKM tersebut menjadi bankable. Di sinilah bank dituntut kejeliannya di dalam mengelola UMKM yang belum bankable agar dapat dijadikan bankable, sehingga akan membuka potensi penyaluran kredit UMKM. Tanpa adanya upaya bank untuk membina UMKM, maka 39 juta UMKM yang belum mendapatkan kredit bank tersebut akan tetap sekadar menjadi potensi yang sulit direalisasikan. Relaksasi ketentuan kredit UMKM di tahun 2007 akan dihadapkan pada hasil survey BI tahun 2005 sebagaimana diulas sebelumnya, yaitu masih adanya kendala utama pengembangan kredit UMKM yaitu persoalan belum bankablenya calon debitor UMKM. Oleh karena itu, perbankan dituntut mencari terobosan apabila ingin menggarap potensi UMKM melalui perluasan customer base. Jika perbankan hanya menggarap UMKM yang telah mendapatkan kredit bank, maka yang terjadi hanyalah intensifikasi debitor UMKM, sehingga manfaatnya kurang berdampak bagi pengembangan ekonomi rakyat (muliplier effect). Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh perbankan adalah segera melakukan ekstensifikasi debitor melalui berbagai cara antara lain: (1) Dengan

3 melakukan program kemitraan maka perbankan dapat mengeluarkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk calon debitor UMKM yang belum bankable dengan pola kredit lunak. Apabila selama tiga kali periode, pinjaman lunak tersebut dapat dibayar dengan baik oleh debitor, maka sudah saatnya debitor tersebut dapat dilayani kredit komersial dengan jumlah kredit yang jauh lebih besar. (2) Melakukan pola linkage program, di mana perbankan memberikan kredit kepada Lembaga Keuangan Mikro di daerah (BPR/Koperasi Simpan Pinjam), dan end user dari dana perbankan tersebut adalah nasabah UMKM yang belum bankable. Dengan pola linkage ini maka bank dapat memonitor kinerja debitor BPR/KSP, di mana jika kinerja mereka dinilai cukup bagus, maka debitor UMKM tadi langsung dapat diberikan kredit oleh bank umum tanpa harus melalui BPR/KSP. (3) Melalui pola cash collateral perbankan dapat diberikan dana oleh pemerintah untuk menjamin pemberian kredit kepada debitor UMKM yang belum bankable. Dengan pola ini maka bank akan terhindar dari risiko kredit debitor yang belum bankable, namun debitor juga akan terbantu di dalam berhubungan dengan bank. Apabila kinerja debitor dalam kurun waktu tertentu dianggap bagus, maka debitor UMKM tersebut dapat dikeluarkan dari skema cash collateral, dan dapat diberikan pinjaman secara langsung oleh bank melalui pola kredit komersial biasa. (4) Apabila lembaga penjaminan kredit dapat berfungsi dengan baik, maka perbankan akan semakin berani untuk melakukan ekspansi kredit kepada UMKM, termasuk kepada UMKM yang masih baru dan berisiko tinggi. Catatan Akhir Dari data historis, kredit UMKM menunjukkan kinerja yang terus bertumbuh. Meskipun hingga tahun 2005, laju pertumbuhan kredit UMKM masih didominasi oleh jenis kredit konsumsi, namun di tahun 2006, laju

4 pertumbuhan kredit UMKM untuk konsumsi menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bank untuk segera mengalihkan fokus pemberian kreditnya pada pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi apabila mereka akan melakukan ekspansi ke kredit UMKM. Meskipun jumlah UMKM di Indonesia sangat besar, namun perbankan perlu lebih jeli di dalam melihat fakta di lapangan bahwa sebagian besar UMKM tersebut ternyata belum bankable, khususnya ketidaklengkapan ijin usaha maupun bentuk badan usaha. Oleh karena itu, menjadi tugas bank untuk mendorong UMKM yang saat ini telah menerima kredit mikro untuk segera membereskan berbagai syarat administrasi yang diperlukan bank agar kredit mereka dapat ditingkatkan menjadi lebih besar daripada Rp50 juta. Walaupun potensi kredit UMKM sangat bagus, dilihat dari pertumbuhan kredit maupun jumlah UMKM, namun bank tetap harus berperan aktif di dalam menciptakan customer base mereka, sehingga di tahun mendatang persaingan kredit UMKM tidak hanya terbatas pada UMKM yang telah ada, namun harus lebih ekstensif menggarap UMKM yang belum bankable. Untuk menciptakan agar UMKM menjadi bankable, perbankan dapat melakukan berbagai cara antara lain pola kemitraan, sistem penjaminan, linkage program, maupun dengan cash collateral. Dengan adanya rencana BI untuk melakukan relaksasi untuk kredit UMKM di tahun 2007, diharapkan berbagai kendala UMKM dapat segera di atasi, potensi UMKM dapat direalisir, dan perbankan dapat melakukan ekspansi kredit kepada UMKM dengan lebih leluasa (djokor2000@yahoo.com).

5 Gambar: Laju Pertumbuhan Kredit UMKM, Korporasi, dan Total Kredit (Persen) 35.00 30.00 25.00 28.64 30.91 27.01 30.92 24.34 20.00 15.00 10.00 23.54 18.72 18.16 15.65 13.89 12.07 11.11 2003 2004 2005 2006 Total Loan Growth % UMKM Loan Growth % Corporate Loan Growth %