PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN AKTIVITAS DASAR LANSIA DI PUSKESMAS KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN. Manuscript

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI KELURAHAN BARUSARI KECAMATAN SEMARANG SELATAN

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

E-Jurnal Sariputra, Juni 2016 Vol. 3(2)

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

Hubungan tingkat kecemasan terhadap aktivitas sehari-hari pada lansia di Panti Werdha Wana Seraya, Denpasar - Bali

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGARI 1 SAYUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS MENTAL DENGAN KEMANDIRIAN AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN BANJARDOWO GENUK SEMARANG Manuscript Disusun oleh : NINA SETYAWATI G2A008096 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG 2012 i

HUBUNGAN STATUS MENTAL DENGAN KEMANDIRIAN AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN BANJARDOWO GENUK SEMARANG Nina Setyawati 1 Heryanto Adi Nugroho 2 Ali Rosidi 3 Abstrak Permasalahan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah berkaitan dengan aktivitas dasar seharihari atau mobilisasi. Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress. Tujuan penelitian aalah mengetahui hubungan status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang sebanyak 90 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah studi populasi. Hasil penelitian mendapatkan status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik (65,6%), sebagian besar lanjut usia masih mandiri penuh (85,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara status mental lanjut usia dengan kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Berdasarkan hasil tersebut di atas maka lanjut usia diharapkan dapat bersosialisasi dengan banyak teman dan tetangga untuk menjaga status mentalnya serta demgan memperbanyak pergaulan, bertemu dengan banyak masyarakat, sering membaca untuk menambah wawasan dan menjaga kestabilan intelektualitasnya. Kata Kunci : Status mental, kemandirian aktivitas sehari-hari The correlation of mental status with the independence of activities of daily living in elderly in the Banjardowo village Genuk Semarang Abstract Problems that often occur in the elderly were related to basic activities of daily or mobilization. The ability of elderly to perform basic activities independently was influenced by internal and external factors. Factor of the self include age, physiological health, cognitive functioning, psychological functioning, stress. The objective of research was to know the correlation of mental status with independence in activities of daily living of elderly in the Banjardowo village Genuk Semarang. The study design was descriptive correlation with cross-sectional approach. The population were elderly who lived in the Banjardowo Village Genuk District Semarang as many as 90 people. Sampling technique used was the study population. The results of mental status of elder get most good category (65.6%), most of the elderly were fully independent (85.6%). There was a significant correlation between mental status with the independence of elderly to perform daily activities in the Banjardowo village Genuk Semarang. Based on the results mentioned above, the elderly were expected to socialize with friends and neighbors to keep his mental status and by reproduce the association, met with many people, often read to broaden and maintain stability and development Key words: mental status, activities of daily living independence.

1 PENDAHULUAN Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu mengobati berbagai penyakit infeksi berhasil mengurangi angka kematian bayi dan anak dan mampu memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia bertambah banyak dan cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008). Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Berdasrakan sensus di Indonesia sejak tahun 1971 diketahui penduduk lanjut usia mencapai 5,3 juta jiwa (4,5%), tahun 1980 meningkat menjadi 8 juta jiwa (5,5%), tahun 1990 meningkat menjadi 11,3 juta jiwa (6,4%), tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa (8,5%) dan tahun berikutnya lagi menjadi 19,3% juta jiwa (9%). Tahun 2020-2025 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia Indonesia menempati peringkat ke empat setelah RRC, India dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008). Lanjut usia merupakan suatu anugerah dimana menjadi tua dengan segenap keterbatasan pasti akan dialami oleh seseorang bila dirinya mengalami panjang umur. Pada masa lanjut usia ini akan terjadi penurunan kondisi fisik, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Masyarakat akan menganggap seakanakan tugas seorang yang lanjut usia telah usai dan mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat (Noorkasiani, 2009). Permasalahan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah berkaitan dengan aktivitas dasar sehari-hari atau mobilisasi. Mobilitas merupakan pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang, yang jenisnya berubahubah sesuai dengan rentang kehidupan manusia. Mempertahankan kemampuan

2 mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lanjut usia (Stanley dan Beare, 2007). Seseorang yang mengalami proses penuaan secara alamiah akan menimbulkan masalah fisik, mental, social, ekonomi, psikologis dan kejiwaan. The National Od Peoples Welfore Council mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni depresi mental, gangguan pendengaran, bronchitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia dan hipoteriodisme serta gangguan defekasi (Nugroho, 2008). Keletihan dan kelemahan menjadi penyebab paling umum yang sering terjadi dan menjadi keluhan bagi lanjut usia. Sekitar 43% lanjut usia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak yang turut berperan terhadap intoleransi akivitas fisik dan penyakit, sekitar 50% penurunan fungsional pada lanjut usia dikaitkan dengan kejadian penyakit (Stanley dan Beare, 2007). Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumirta (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari yang dilakukan dengan depresi pada lanjut usia. Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress (Potter, 2005). Depresi pada lanjut usia ini sendiri muncul disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress psikososial dan keparahan penyakit. Terganggunya melaksanakan aktivitas seharihari yang dialami oleh lanjut usia disebabkan karena penurunan kondisi fisik sehingga mengakibatkan mereka menjadi ketergantungan kepada orang lain. Sementara menurut Hadiwinoto dan Setiabudi (1999) menyebutkan bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan ADL pada lanjut usia.

3 Berdasarkan penyakit atau gangguan umum tersebut pada lanjut usia diketahui bahwa tidak hanya masalah fisik yang akan dialami lanjut usia, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi mental atau psikologisnya. Akibatnya proses penuaan pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Jauhari (2003) menujukkan bahwa lanjut usia banyak mengalami gangguan mental seperti terjadinya stres sebanyak 83,3%, perasaaan kesepian sebanyak 46,7% dan perasaan sedih sebanyak 61,7%. Permasalahan-permasalahan status mental tersebut secara lambat laun memberikan pengaruh terhadap kemampuan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia. Status mental yang dihadapi oleh lanjut usia merupakan kondisi lanjut usia berkaitan dengan gangguan mental yang dihadapi. Gangguan mental tersebut meliputi agresi, marah, kecemasan, kekacauan mental, penolakan, ketergantungan, depresi, ketakutan, rasa sakit dan sebagainya. Gangguan-gagguan mental seperti ini dapat mempengaruhi lanjut usia terhadap kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang mendapatkan berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang lanjut usia menyatakan semuanya merasa adanya kekhawatiran terhadap kondisinya yang semakin menua dan hanya menjadi beban bagi keluarganya. Lanjut usia menunjukkan adanya gangguan-gangguan mental seperti sedih, rasa takut, kecewa, merasa tertekan dan bahkan merasa tersiksa dengan penyakit penuaan yang dirasakan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa 6 dari 10 lanjut usia tersebut terhadap beberapa hal seperti melakukan perjalanan jauh, mencuci, dan merawat diri sering membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut maka

4 peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan status mental dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu secara bersama. Populasi dalam penelitian ini pada lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang sebanyak 90 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah studi populasi. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status mental lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang Status mental Frekuensi Persentase (%) Gangguan berat Gangguan intelek sedang Gangguan intelek ringan Baik 4 2 25 59 4,4 2,2 27,8 65,6 Jumlah 90 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (65,6%), yang mengalami gangguan intelek ringan sebanyak 25 orang (27,8%), yang mengalami gangguan intelek sedang sebanyak 2 orang (2,2%) dan yang mengalami gangguan intelek berat sebanyak 4 orang (4,4%).

5 Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang Bantuan penuh Bantuan sebagian Mandiri penuh Kemandirian Frekuensi Persentase (%) 6 7 77 6,7 7,8 85,6 Jumlah 90 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar lanjut usia yang menjadi responden penelitian masih mandiri penuh yaitu sebanyak 77 orang (85,6%), yang membutuhkan bantuan sebagian sebanyak 7 orang (7,8%) dan yang membutuhkan bantuan penuh sebanyak 6 orang (6,7%). 100 80 60 Kemandirian aktivitas sehari 40 20 0-2 0 Status mental 2 4 r=0,476 6 8 p=0,000 10 Gambar 1 Hubungan antara status mental dengan kemandirian lanjut usia Berdasarkan hasil korelasi Rank Spearman didapatkan nilai p = 0,000 (o<0,05) dengan nilai r sebesar 0,476. Nilai p > 0,05 maka dinyatakan ada hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara status mental lanjut usia dengan kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,476 menunjukkan bahwa kekuatan

6 hubungan tersebut masuk dalam kategori hubungan sedang. Bentuk hubungan berdasarkan grafik scater didapatkan garis linier bergerak dari bawah ke atas dengan demikian hubungan dinyatakan positif. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar status mental lanjut usia dalam kategori baik, namun demikian hasil penelitian ini juga menemukan status mental lanjut usia dalam kateori gangguan berat yaitu sebanyak 4,4%. Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia yang menjadi responden ada yang mengalami gangguan secara mental yang berdasarkan pengukuran MMSE memiliki nilai kesalahan lebih dari 8 point, yang artinya banyak pertanyaan berdasarkan alat ukur MMSE yang tidak mampu dijawab oleh responden penelitian. Kategori status mental dalam kategori berat ini terutama berkaitan dengan pertanyaan tentang perintah menghitung mundur 3-3 mulai dari 20 yaitu terdapat 91,1% jawabannya salah, pertanyaan tentang tanggal dilahirkan terdapat 80,0% jawabannya salah, dan pertanyaan tentang tanggal berapa hari ini terdapat 81,1% jawabannya salah. Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan kemampuan intelektual lanjut usia yang jawabannya sebagian besar banyak yang salah. Banyaknya jawaban salah ini dapat dikarenakan tingkat intelektualitas serta kemampuan memorinya yang sudah melemah sehingga jika diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan mengingat atau berkaitan dengan kecerdasan menjadi sangat rendah. Tingkat intelektualitas lanjut usia ditunjukkan dengan kemampuannya berhitung terutama dalam tes adalah berhitung mundur dari angka 20 dikurangkan dengan 3 dan berlanjut hingga mencapai angka 0. Setelah melalui tes intelegensi ini ternyata banyak lanjut usia yang tidak mampu menyelesaikan soail ini. Kemampuan memori juga ditunjukkan dari kemampuan mengingat tanggal lahir atau kemampuan mengingat kejadian masa lampau yang lainnya seperti nama kepala desa periode yang lalu ternyata banyak lanjut usia yang tidak mampu mengingatnya.

7 Status mental lanjut usia ini sangat berkaitan dengan kemampuan intelektualitas lanjut usia yang sudah mengalami penurunan yang sangat drastis. Sebagaimana diketahui bahwa masa tua adalah masa dimana terjadinya berbagai macam perubahan terutama perubahan fisik dan datangnya penyakit. Penyebabnya antara lain rasa kesepian karena ruang lingkup yang menyempit, rutinitas kehidupan yang statis dan tidak variatif. Berkaitan dengan hal tersebut lansia yang nampak lesu, tidak bergairah, merasa tidak dihargai, serta merasa tidak bermakna akan lebih mempercepat penuaan, sementara seseorang akan terus merasa muda jika lingkup pergaulannya luas, memiliki banyak teman, intelektualitasnya selalu terasa, aktif dan menjalankan kehidupan secara dinamis. Model kehidupan seperti ini yang menyebabkan awet muda, gembira dan sikap positif yang menunjukkan seorang lansia berada pada status mental yang baik. Status mental pada lanjut usia dapat dilihat berdasarkan kemampuan intelegensianya yaitu kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk mengurangi ketegangan menuju keseimbangan kontinum. Kemampuan berbahasa, individu dapat mengurangi ketegangan psikis dengan kemampuanya menguraikan atau menyusaikan diri dengan lingkungan. Pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan mental dapat dihubungkan dengan pengalaman masa lalu yang menyenangkan ataupun menyakitkan misalnya peristiwa kehilangan. Konsep diri, bagaimana kesusuaikan atau persepsi terhadap diri, yang meliputi gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, dan identitas diri. Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan dan dinamika hidup apakah motivasi tinggi motivasi rendah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemandirian lanjut usia sebagian besar dalam kategori kemandirian penuh, namun dalam penelitian ini juga ditemukan responden dengan bantuan sebagian dan bantuan penuh. Responden yang memiliki kemandirian dalam kategori bantuan penuh ini didasarkan pada

8 hasil kuesioner kemandirian terutama berkaitan dengan penggunaan telepon, bepergian dengan berkendaraan, bersih-bersih rumah sampai pada pengaturan keuangan. Kemampuan aktivitas sehari-hari yang banyak membutuhkan bantuan dari orang lain baik bantuan secara penuh maupun bantuan sebagian adalah berkaitan dengan penggunaan telepon yaitu terdapat 91,1% yang perlu bantuan penuh, aktivitas bepergian dengan kendaraan terdapat 61,1% yang memerlukan bantuan penuh, serta aktivitas tentang pemenuhan gizi terdapat 30,0% yang memerlukan bantuan sebagian. Aktivitas-aktivitas di atas sangat memerlukan kemampuan intelektual dan keterampilan fisik yang baik sehingga hal ini sangat sulit dilakukan oleh lanjut usia secara mandiri, dimana dengan usia yang semakin menua menyebabkan kondisi responden semakin melemah dan kesulitan melakukan berbagai aktivitas tersebut di atas. Lanjut usia yang menjadi responden penelitian ini tidak mampu menggunakan telepon secara mandiri dimana responden tidak memahami cara penggunaan telepon yang ada. Kemampuan lain yang membutuhkan bantuan berkaitan dengan aktivitas bepergian sendiri dengan kendaraan dimana lanjut usia merasa takut menggunakan kendaraan sendiri karena merasa tubuhnya sudah tidak selincah sewaktu muda dan memiliki rasa takut jika berpapasan dengan kendaraan lain dan merasa kemampuannya untuk mengendarai kendaraan sendiri sudah berkurang. Aktivitas sehari-hari lanjut usia ini sebenarnya adalah berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi dan sebagainya. Kendala yang ada adalah seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tersebut.

9 Aktifitas dasar sehari-hari bagi lanjut usia sebenarnya meliputi tugas-tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas. Agar tetap dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktivitas dasar maka lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti olah raga. Latihan aktifitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL, dan meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte (2000). Hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman mendapatkan nilai r sebesar 0,476 dengan nilai p = 0,000, karena nilai p <0,05 maka hasil penelitian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Tabulasi silang menunjukkan bahwa lanjut usia yang status mentalnya dalam kategori gangguan berat dan sedang sebagian besar kemandiriannya dalam kategori bantuan penuh dan bantuan sebagian yaitu sebanyak 100%, sedangkan lanjut usia yang status mentalnya baik dan gangguan ringan sebagian besar kemandiriannya dalam kategori mandiri penuh yaitu sebanyak 91,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pada responden yang memiliki status mental yang baik ada kencederungan kemampuan aktivitas sehari-harinya lebih mandiri. Lanjut usia yang memiliki status mental yang baik yaitu yang mempunyai tingkat intelegensi dan memori yang baik diimbangi dengan kondisi fisik yang masih bugar sehingga setiap aktivitas dapat dikerjakan sendiri tanpa harus meminta bantuan dari orang lain. Status mental yang baik pada lanjut usia ternyata dapat menopang kondisi fisiknya sehingga tidak terlihat renta. Lanjut usia yang memiliki memori yang baik juga mampu mengingat setiap rencana kegiatan yang harus dilaluinya sehingga lanjut usia yang memiliki memori yang baik ini tahu betul apa yang harus dilakukannya sehingga tidak perlu diingatkan oleh orang lain.

10 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumirta (2008) diketahui bahwa kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan depresinya dimana didapatkan nilai p sebesar 0,009. Penelitian Sumirta sedikit berbeda dengan penelitian ini dimana kondisi mental lanjut usia dalam penelitian sumirta lebih ditekankan pada depresi namun dalam penelitian ini penekanan kondisi psikologis lebih ditekankan pada status mental lanjut usia. Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa status mental lanjut usia menjadi salah satu faktor penentu terhadap kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Lanjut usia yang mengalami kemunduran fisik yang drastis berpengaruh terhadap status mentalnya terutama berkaitan dengan tingkat intelegensinya serta memori yang dimiliki. Kemampuan daya ingat ini terkait dengan kemampuan lanjut usia mengingat masa lalunya serta kejadian yang telah lampau dan kemampuan intelegensi berkait dengan kemampuan lansia membuat kalkulasi terhadap suatu hal seperti berhitung dan sebagainya. Kemunduruan-kemunduran ini pada akhirnya berakibat pada kemunduran kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan penelitian ini adalah responden penelitian yaitu lanjut usia dimana peneliti mendapatkan sebagian responden yang tidak tamat SD sehingga banyak pertanyaan dalam MMSE yang memang sulit untuk dipahami oleh mereka. Peneliti juga menemukan kendala yaitu banyaknya keengganan lanjut usia untuk menjadi responden penelitian karena takut, namun setelah peneliti berikan penjelasan akhirnya mereka bersedia. KESIMPULAN Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa Status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (65,6%). Sebagian besar lanjut usia yang menjadi responden penelitian masih mandiri penuh yaitu sebanyak 77 orang (85,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada

11 lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang dengan nilai p sebesar 0,000 (<0,05). Hasil penelitian menemukan bahwa status mental berhubungan dengan kemandirian lanjut usia dimana status mental yang terbanyak mengalami kemunduruan adalah berkaitan dengan kemampuan intelektual yang tinggi seperti berhitung, mengingat tanggal dan sebagai yang hal ini ada kaitannya dengan kecerdasan intelektual dan memori atau kemampuan mengingat, oleh karena itu institusi pendidikan dapat bekerja sama langsung dengan masyarakat terutama keluarga yang memiliki lanjut usia untuk menjaga kebugaran lanjut usia dengan melakukan olah raga bersama serta melatih status mentalnya dengan memberi pelatihan-pelatihan yang melatih kemampuan intelektual lanjut usia seperti berhitung, membaca atau bercerita masa lalu sehingga dan melatih kemampuan daya ingatnya. 1 Nina Setyawati : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Heryanto Adi Nugroho, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom. : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Ali Rosidi, SKM, M.Si. : Dosen Kelompok Keilmuan Teknologi Pangan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang KEPUSTAKAAN Hadiwinoto dan Setiabudi.(1999). Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Jakarta Utama Jauhari, M. (2003). Status gizi, kesehatan dan kondisi mental lansia di Panti Social Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta. Nugroho, W. (2008). Kepeawatan gerontik & Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar: Konsep, Proses dan Praktik. (terjemahan). Edisi 4. Jakarta: EGC.

12 Stanley, M. dan Patricia G. Beare, (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sumirta, I. N. (2008). Hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi pada lansia di Panti Pelayanan Lanjut Usia Wana Seraya Denpasar. Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2. No 1. Juni 2009.. PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT DENGAN JUDUL

13 HUBUNGAN STATUS MENTAL DENGAN KEMANDIRIAN AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN BANJARDOWO GENUK SEMARANG Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, September 2012 Pembimbing I Heryanto Adi Nugroho, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom. Pembimbing II Ali Rosidi, SKM, M.Si.