BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) bahwa (2013:9) Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behavior yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Undang Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

untuk pembangunan membutuhkan peranan aktif Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 jenis yaitu official assessment system, self

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan Tata Cara Perpajakan memberikan definisi pajak : kontribusi wajib

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) menjelaskan bahwa perilaku individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan. perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Theory of Planned Behavior (TPB) dikembangkan oleh Icek Ajzen

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

Repositori STIE Ekuitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan dari Teori Perilaku Beralasan (Theory of

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ajzen mengembangkan theory of planned behavior (TPB) ini pada

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa. untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak.

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitaian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian kajian pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun kajian pusataka pada penelitian ini meliputi konsep mengenai Sanksi Administrasi, Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 1. Atrribution Theory Teori Hubungan (attribution theory) telah dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara kita menilai individu secara berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu.pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. (Stepen Robbins, 2008:177). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi dari individu itu. Perilaku yang disebabkan eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar, 8

9 yaitu orang itu dilihat sebagai terpaksa berperilaku demikian oleh situasi (Stepen Robbins, 2008:177). Alasan pemilihan teori ini adalah kemauan wajib pajak untuk membayar pajak terkait dengan wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Bertujuan untuk membuat penilaian atas persepsi seseorang mengenai sesuatu hal sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal dari orang tersebut. Jadi teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut. 2. Theory of Planned Behavior Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Ajzen,2005), yaitu: a) Behavioral Beliefs Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut. b) Normative Beliefs Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut. c) Control Beliefs Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan

10 ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Dikaitkan dengan penelitian ini, Theory of Planned of Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs). Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhan-penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak, akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak. Sanksi pajak terkait dengan control beliefs. Sanksi pajak dibuat adalah untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan

11 perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak. Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku. Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh pajak. Setelah wajib pajak memiliki kesadaran untuk membayar pajak, termotivasi oleh fiskus dan sanksi pajak, maka wajib pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian merealisasikan niat tersebut. 3. Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial) Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung (Stepen Robbins, 2008), proses dalam pembelajaran sosial meliputi: a) Proses perhatian (attentional) b) Proses penahanan (retention) c) Proses reproduksi motorik d) Proses penguatan (reinforcement)

12 Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang ataumodel tersebut. Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak lagi mudah tersedia. Proses reproduksi motorik adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Sedangkan proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model. Teori pembelajaran sosial ini relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Seseorang juga akan taat pajak apabila telah menaruh perhatian terhadap pelayanan pajak, baik fiskus maupun sistem pelayanan pajaknya. Terkait dengan proses penguatan, dimana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model, tampaknya cukup relevan apabila dihubungkan dengan pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan pajak. 4. Definisi Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

13 timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Lubis, 2011:9-10). 5. Asas Perpajakan Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya (wulansari,2011). Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasardasar yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang

14 paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah: 1. Asas domisili Asas Domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle), berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya akan menggabungkan asas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (worldwide income concept). 2. Asas sumber Asas Sumber Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang

15 pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia. 3. Asas kebangsaan Asas Kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan (nationality/citizenship principle).dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide income

16 6. Sistem Pemungutan Menurut Mardiasmo (2009) terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu Official Assessment System, Selft Assessment System, dan With Holding Assessment System. a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Jadi, yang menentukan besarnya pajak yang terutang adalah pemerintah dimana wajib pajak bersifat pasif, sehingga wajib pajak tidak turut serta dalam menentukan besarnya pajak yang terutang. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang. Dalam hal ini, wajib pajak bersifat aktif karena wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib pajak itu sendiri. Jadi, wajib pajak mempunyai hak untuk ikut serta dalam menentukan besarnya pajak yang terutang. Namun, pada sistem ini sangat mungkin terjadinya manipulasi dalam jumlah pajak yang akan dilaporkan.

17 c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Jadi, baik pemerintah ataupun wajib pajak tidak mempunyai hak untuk menentukan besarnya pajak terutang. Contohnya, seorang karyawan yang bekerja pada PT. X, maka yang mempunyai wewenang untuk memotong besarnya pajak yang terutang oleh karyawan tersebut adalah PT. X Jadi, dari beberapa sistem pemungutan pajak seperti yang diuraikan di atas maka yang diterpakan di Indonesia saat ini adalah sistem Self Assessment System, dimana tujuannya adalah agar masyarakat semakin patuh dalam membayar pajak karena adanya transparansi dalam menghitung, menentukan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. 7. Wajib Pajak Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 28 Tahun 2007, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

18 Hak wajib pajak adalah hak mendapatkan informasi, didampingi, dan dengar keluhannya.wajib Pajak berhak naik banding, berhak membayar pajak tidak lebih dari yang seharusnya, dan berhak mendapatkan kepastian hukum (Lubis, 2011:10). Kewajiban wajib pajak adalah Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP, melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar, menghitung dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, jika diperiksa wajib memperlihatkan dokumen, buku atau catatan yang berhubungan dengan pelaporan penghasilan dan memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan guna kelancaran pemeriksaan, wajib pajak memiliki terikat oleh kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan (Mardiasmo, 2011:56). Berdasarkan penghasilan yang diterima oleh orang pribadi, maka wajib pajak orang pribadi dapat dibagi menjadi : a. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari pekerjaan Contoh : 1. Pegawai swasta 2. Pegawai BUMN 3. Anggota TNI

19 4. Anggota POLRI 5. PNS 6. Pensiunan b. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari Usaha. Contoh : 1. Pengusaha toko emas 2. Pengusaha Industri Mie Kering 3. Pengusaha Persewaan Mobil c. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari Pekerjaan bebas. Contoh : 1. Dokter 2. Notaris 3. Akuntan 4. Konsultan d. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan lain yang tidak bersifat final (sehubungan dengan pemodalan). Contoh : 1. Penghasilan Bunga pinjaman 2. royalti 3. sewa (yang bukan usaha pokoknya) e. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang bersifat final.

20 Contoh : 1. Bunga deposito dan tabungan 2. Hadiah undian 3. Persewaan tanah dan atau bangunan. f. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan yang bukan objek pajak. Contoh : 1. Penerima bantuan 2. Sumbangan 3. Hibah g. Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari luar negeri. Contoh : 1. Bunga dari luar negeri 2. Royalti dari luar negeri 3. Gaji dari luar negeri h. Wajib pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari berbagai sumber. Contoh : 1. Pegawai swasta tetapi juga mempunyai usaha rumah makan. 2. PNS tetapi membuka praktek dokter. 8. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah motivasi

21 seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai denga aturan yang ditetapkan. (jatmiko 2006) dalam pajak aturan yang berlaku adalah undang- undang perpajakan. Jadi kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau Undang-undang Perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan.kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dan perubahan sikap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban Perpajakaannya dan hak pajaknya. (Muchtarudin, 2010) Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal, jadi Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan Undang-undang PPh dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak Sebelum batas waktu yang ditentukan (Muchtarudin, 2010). Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan, pelayanan, dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan dengan menetapkan wajib pajak sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan Wajib Pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya (Muchtarudin, 2010).

22 9. Sanksi Pajak Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undangundang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2011). Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut. a) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. b) Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan. c) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik wajib pajak. d) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. e) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.

23 Selama ini ada anggapan umum dalam masyarakat bahwa akan dikenakan sanksi perpajakan hanya bila tidak membayar pajak. Padahal, dalam kenyataannya banyak hal yang membuat masyarakat atau wajib pajak terkena sanksi perpajakan, baik itu berupa sanksi administrasi (bunga, denda, dan kenaikan) maupun sanksi pidana. Secara konvensional, terdapat dua macam sanksi yaitu sanksi positif dan sanksi negatif. Sanksi positif merupakan suatu imbalan, sedangkan sanksi negatif merupakan suatu hukuman (Ilyas dan Burton, 2010). Namun pemberian imbalan apabila wajib pajak patuh dan telah memasukan Surat Pemberitahuan tepat pada waktunya belum diperhatikan.saat ini Ditjen Pajak masih berfokus pada pemberian sanksi negatif dalam menuntut wajib pajak agar patuh terhadap peraturan perpajakan. Apabila dikaitkan dengan UU Perpajakan yang berlaku, menurut Ilyas dan Burton (2010) terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari para wajib pajak, yaitu: a) Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh b) Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai Pasal 3 Undang-undang Nomor 6/1983 c) Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan sesuai dengan keadaan sebenarnya

24 d) Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku. Dari keempat hal di atas, paling efektif menurut Ilyas dan Burton (2010) adalah dengan menerapkan sanksi (law enforcement) tanpa pandang bulu dan dilaksanakan secara konsekuen. Sekarang ini, wajib pajak seolah tidak takut lagi terhadap denda administrasi sebesar Rp10.000,00 yang terdapat pada pasal 7 UU Nomor 6/83, bila wajib pajak tidak memasukan Surat Pemberitahuan atau terlambat memasukannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), para wajib pajak seolah-olah menganggap remeh dengan denda yang kecil (Ilyas dan Burton, 2010). Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006). Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. 10. Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Pelayanan yang baik akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib

25 pajak yaitu dengan cara mendengar, mencari tahu dan berupaya untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib pajak terkait dengan hak dan kewajiban perpajakannya.sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (Fikriningrum, 2012:21). Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu, fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak (Jatmiko, 2006). Kegiatanyang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat agar menyampaikan SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara kontinyu melalui berbagai media, serta pawai peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji.dengan penyuluhan secara terus-menerus kepada masyarakat agar mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak, diharapkan tujuan penerimaan pajak bisa berhasil. Ilyas dan Burton (2010) menjelaskan bahwa meskipun kampanye dan penyuluhan perpajakan telah dilaksanakan Ditjen Pajak, cara yang dirasa paling baik untuk bisa mengubah sikap masyarakat yang masih kontra dan belum memahami pentingnya membayar pajak,

26 dan akhirnya mau mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah melalui pelayanan. Masih dalam Ilyas dan Burton (2010), dijelaskan bahwa sikap atau pelayanan fiskus yang baiklah yang harus diberikan kepada seluruh wajib pajak, karena dalam membayar pajak seseorang tidak mempunyai kontraprestasi yang langsung. Jika dalam dunia perdagangan ada ungkapan Pembeli adalah Raja, maka ungkapan Wajib Pajak adalah Raja juga perlu dimasyarakatkan, sehingga wajib pajak bersemangat dalam membayar pajak. Dalam hal untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam UU Perpajakan adalah: a) Kewajiban untuk membina wajib pajak b) Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar c) Kewajiban merahasiakan data wajib pajak d) Kewajiban melaksanakan Putusan Sementara itu, terdapat pula hak-hak fiskus yang diatur dalam UU Perpajakan, antara lain: a) Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan b) Hak menerbitkan surat ketetapan pajak c) Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan d) Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan

27 e) Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi f) Hak melakukan penyidikan g) Hak melakukan pencegahan h) Hak melakukan penyanderaan Beberapa penelitian sebelumnya juga telah menjelaskan mengenai pentingnya pelayanan fiskus.karanta et al, 2000. Pentingnya kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Pentingnya sistem perpajakan yang simplifying. Hal ini karena kompleksitas dari sistem perpajakan akan berpengaruh pada ketidakpatuhan wajib pajak, meskipun sistem perpajakan yang sederhana juga tidak menjamin wajib pajak akan patuh (Suryadi, 2006). Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Pelayanan yang baik akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan cara mendengar, mencari tahu dan berupaya untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib pajak terkait dengan hak dan kewajiban perpajakannya.sementara itu fiskus adalah petugas pajak.

28 11. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitianpenelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan Penelitian yang pernah dilakukan oleh Restu Mutmainah Marjan (2014) dengan judul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak.Dengan variabel Dependen Y Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak dan Vaariabel Independen X 1 Kesadaran wajib Pajak, X 2 Pelayanan Fiskus, dan X 3 Sanksi pajak.hasil dari penelitian semua varibel independen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen. Penelitian yang dilakukan Oleh Renny Sri Utami (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Implikasi Pada penerimaam Pajak (Survey pada KPP Pratama di Kanwil Jawa Barat 1) dengan Variabel Independen X 1 Kepatuhan Wajib Pajak dan X 2 Implikasi pada penerimaan pajak dan Variabel dependen Y Sanksi Perpajakan. Hasil dari penelitan menjabarkan variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen yang diteliti.

29 Penelitian yang dilakukan oleh Thia Dwi Utami (2013) dengan judul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Variabel dependen Y Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu dan Variabel Independen X 1 Kesadaran Wajib Pajak dan X 2 Sanksi Pajak. Penelitian menurut Harjanti Puspa Arum (2013) berjudul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Oajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas (studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Dijabarkan dengan variabel Dependen Y kepatuhan wajib pajak Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas, Variabel independen X 1 Kesadaran Wajib Pajak, X 2 Pelayanan Fiskus, X 3 Sanksi Pajak. Hasil penelitaian menunjukkan semua variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap Variabel dependen. Penelitian Anisa Nirmala Sari (2010) dengan judul Analisisi Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Lingkungan, Sanksi Denda dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (studi Empiris Pada WPOP di Wilayah KPP Pratama Semarang) dengan penjabaran Variabel Dependen Y Kepatuhan Wajib Pajak dan Variabel Independen X 1 Kesadaran Perpajakan, X 2 Sikap Rasional lingkungan,

30 X 3 Sanksi Denda, X 4 Sikap Fiskus. Hasil dari penelitian semua variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen. Penelitian Menurut Reisya Ibtida (2010) mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap Kinerja Penerimaan dengan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai Variabel intervening (studi pada wajib pajak di Jakarta selatan).hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian menurut Euphrasia Susy Suhendra (2010) berjudul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan.Hasil penelitian menunjukkan Variabel X Tingkat kepatuhan wajib Pajak badan berpengaruh positif signifikan terhadap Peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan sebagai variabel Y. Penelitian menurut Erwin Harinudin (2009) mengenai Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak, dimana perilaku dijabarkan dalam X 1 Presepsi Kontrol Perilaku, X 2 Persepsi tentang kondisi keuangan, X 3 Presepsi tentang fasilitas perusahaan dan X 4 Presepsi tentang iklim organisasi terhadap Nilai tax professional berperilaku patuh Y 1 dan Kepatuhan pajak badan Y 2. Dari hasil penelitian tersebut menghasilkan bahwa variabel presepsi kontrol perilaku tidak signifikan berpengaruh langsung pada kepatuhan pajak badan, sedangkan variabel lainnya

31 mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan pajak badan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2006) Model hubungan Kusal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak satu survey di wilayah Jawa Timur. Dari variabel yang diteliti hanya variabel Kepatuhan saja yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Agus Nugroho Jatmiko (2006) mengenai Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (studi empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan dari variable bebas (1) sikap wajib pajak atas sanksi denda, (2) sikap wajib pajak atas pelayanan fiskus, dan (3) kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

32 Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No Peneliti Variabel Alat Dependen Independen Analisis 1 Restu Kepatuhan VI 1 Kesadaran Regresi Mutmainah Formal Wajib Wajib Pajak berganda Marjan (2014) Pajak VI 2 Pelayanan Fiskus VI 3 Sanksi Pajak 2 Renny Sri Sanksi VI 1 Kepatuhan Regresi Utami (2013) Administrasi Wajib Pajak VI 2 berganda Implikasi Pada Penerimaan Pajak 3 Thia Dwi Utami (2013) 4 Harjanti Puspa Arum (2012) 5 Anisa Nirmala Santi (2010) 6 Reisya ibtida (2010) 7 Euphrasia Susy Suhendra (2010) 8 Erwin Harinurdin (2009) Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan Wajib Pajak & Kinerja penerimaan Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan V 1 Niat tax professional berperilaku patuh V 2 Kepatuhan pajak badan VI 1 Kesadaran Wajib Pajak VI 2 Sanksi Pajak VI 1 Kesadaran Wajib Pajak VI 2 Pelayanan Fiskus VI 3 Sanksi Pajak VI 1 Kesadaran Perpajakan, VI 2 Sikap Rasional, VI 3 Lingkungan, VI 4 Sanksi Denda, dan VI 5 Sikap Fiskus VI 1 Kesadaran Wajib Pajak VI 2 Pelayanan Fiskus VI Tingkatt kepatuhan Wajib Pajak Badan VI 1 Presepsi kontrol perilaku VI 2 Presepsi tentang kondisi keuangan VI 3 Presepsi tentang fasilitas perusahaan VI 4 Presepsi tentang iklim organisasi Regresi Berganda Regresi Berganda Regresi Berganda Regresi Berganda Regresi Berganda Regresi Berganda Hasil Penelitian Semua Variabel Independen berpengaruh positif terhadap Variabel dependen Semua Variabel Independen berpengarruh Positif signifikan terhadap Variabel Dependen Semua Variabel Independen berpengaruh positif signifikan terhadap Variabel Dependen. Semua Variabel Independen berpengaruh positif Signifikan terhadap Variabel dependen. Semua Variabel Independen yang diteliti berpengaruh positif signifikan terhadap Variabel Dependen. Semua variabel yang diteliti berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap kinerja penerimaan Variabel Independen yang diteliti berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen Hanya Variabel Presepsi Kontrol perilaku saja yang tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap kepatuhan Pajak badan

33 9 Suryadi (2006) kinerja Penerimaan Pajak VI 1 Kesadaran VI 2 Pelayanan, VI 3 Kepatuhan Wajib Pajak. Regresi Berganda Dari variabel yang diteliti hanya variabel kepatuhan wajib pajak saja yang berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Penerimaan Perpajakan. 10 Agus Nugroho Jatmiko (2006) Kepatuhan Wajib Pajak VI 1 Sikap Wajib Pajak terhadap Sanksi. VI 2 Pelayanan Fiskus VI 3 Kesadaran Wajib Pajak Regresi Berganda Semua Variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. B. RERANGKA PENELITIAN Dalam penelitian ini akan berusaha dijelaskan mengenai pengaruh sanksi administrasi, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sanksi administrasi dan pelayanan fiskus akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 1. Hubungan antara Sanksi administrasi dengan kepatuhan wajib pajak Sanksi Administrasi pada pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk melanggar Undang-undang Perpajakan. Semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan, ketepatan menyetor, serta mengisi dan memasukkan surat pemberitahuan (SPT) wajib pajak, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Wajib pajak akan mematui pembayaran pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikan.

34 Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2001). Oleh karena itu, pandangan wajib pajak mengenai sanksi perpajakan diduga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut maka Penulis menyampaikan hipotesis sebagai berikut: H1 :Sanksi Administrasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 2. Hubungan antara Pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Suyatmin, 2004) Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak (jatmiko 2006)

35 Fiskus diharapan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.selain itu fiskus juga harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan public (Ilyas dan Burton, 2010). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan fiskus diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Oleh karena itu maka penulis menyampaikan hipotesis sebagai berikut : H2 :Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Gambar. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Sanksi Administrasi H 1 Kepatuhan Wajib Pajak Pelayanan fiskus H 2

36 C. HIPOTESIS Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan Pengaruh sanksi Administrasi dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H1 : Sanksi Administrasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak H2 : Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak