BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmentally sustainable, healthy, and livable human settlements merupakan topik yang membahas tentang menciptakan suatu lingkungan yang lebih baik bagi kehidupan dan kesehatan makhluk hidup, dan akan meningkatkan kualitas hidup suatu populasi. Topik ini terutama membahas tentang anak-anak, wanita, dan manula sebagai kelompok populasi yang paling rawan terkena dampak negatif lingkungan Kesehatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia dalam kesejahteraan kehidupannya. Kesehatan merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang terbebas dari penyakit atau kecacatan (WHO, 1943). Kesehatan juga menentukan kualitas hidup suatu masyarakat. Semakin tinggi tingkat kualitas hidup masyarakat, dapat disimpulkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Morris (1979) dikutip dari Brian R. Farmer mengajukan tiga indikator pokok kesejahteraan masyarakat, yaitu tingkat kematian bayi (AKB), harapan hidup saat usia satu tahun, dan angka melek huruf. Indikator ini juga digunakan oleh Biro Pusat Statistik dalam mengukur Indeks Mutu Hidup dalam usaha membandingkan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan bayi dan anak merupakan indikator utama dalam kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapatkan anak yang sehat ibunya juga harus sehat, oleh karena itu kesehatan ibu juga menjadi poin penting dalam kesejahteraan masyarakat. Kesehatan ibu dan anak merupakan hal paling dasar dalam menciptakan suatu keluarga yang sejahtera. Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) memegang peranan penting dalam menentukan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu dan bayi masih tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Setiap tiga menit di Indonesia, satu balita meninggal dunia dan setiap satu jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan (UNICEF 2012). Berdasaran Survey Demografi Kesehatan Ibu Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka 1
2 Kematian Ibu di Indonesia mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Hal tersebut juga berdampak pada Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di Provinsi DKI Jakarta menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi di Provinsi DKI Jakarta hingga mencapai 61 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Provinsi DKI Jakarta membutuhkan fasilitas kesehatan untuk Ibu dan Anak. Penyediaan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) merupakan salah solusi untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di DKI Jakarta. Penyediaan RSIA dirasa perlu dikhususkan karena selama ini kesan rumah sakit yang menyeramkan dan dingin kurang baik bagi psikologis ibu dan anak. Ibu yang akan melahirkan cenderung stress menjelang melahirkan sedangkan anak cenderung takut pada kesan dokter yang mengerikan. Hal ini dapat menghambat proses penyembuhan ibu dan anak. Pada proses penyembuhan seseorang di rumah sakit, terdapat beberapa faktor untuk penyembuhan secara optimal, yaitu antara lain: faktor lingkungan (40%), faktor medis (10%), faktor genetis (20%), dan faktor lain (30%) (Wanindra dan Pribadi, 2011). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan seseorang. Oleh karena itu penting dirasa menciptakan suatu lingkungan dimana ibu dan anak nyaman baik secara jasmani maupun psikologis demi mempercepat proses penyembuhan. Healing Environment merupakan suatu lingkungan yang dikondisikan sedemikian rupa agar dapat mengurangi faktor stress pada pasien dan mengoptimalkan penyembuhan pasien melalui pendekatan psikologis. Healing Environment bukan hanya terfokus pada fungsi namun juga kesan yang diberikan dari objek interior bangunan itu sendiri. Healing Environment menrut E.R.C.M Huisman, E. Morales, J. van Hoof, dan H.S.M Kort dalam jurnal Healing Environment: A review of the impact of physical environmental factors on users (2012) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi Healing Environment, seperti: (1) Mengurangi kemungkinan human error (kamar yang sama persis, pencahayaan), (2) Meningkatkan keamanan (mengurangi kemungkinan jatuh, mengurangi
3 kemungkinan infeksi, dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang), (3) Kontrol penuh bagi pasien, (4) Privasi, (5) Kenyamanan (Material, seni, kenyamanan visual, kenyamanan akustik, dan orientasi), (6) Dukungan keluaga, dan (7) Unsur alam. yang dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi dampak psikologis yang mungkin terjadi pada pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien dari sisi psikologis. Healing Environment merupakan solusi yang sesuai untuk mengatasi dampak negatif psikologis pasien terhadap lingkungan rumah sakit. Dari pernyataan-pernyataan tersebut, penelitian tugas akhir ini mencoba untuk mengaplikasikan konsep Healing Environment kedalam bentuk arsitektur berupa Rumah Sakit Ibu dan Anak. Latar Belakang Lokasi Dari sekian banyak faktor, jumlah sarana pelayanan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta masih belum mencukupi untuk melayani masyarakat, menjadi faktor utama penyebab Angka Kematian Bayi pada saat melahirkan masih tinggi di Provinsi DKI Jakarta. Kurangnya fasilitas kesehatan Ibu dan Anak menyebabkan para calon Ibu kurang mendapatkan pengawasan dari tenaga medis pada masa kehamilannya sehingga mengakibatkan Angka Kematian Bayi yang tinggi. Tabel 1. Gambaran Kematian Ibu dan Bayi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 No. Kodya Jumlah Kasus Kematian Ibu dan Bayi 1. Kodya Jakarta Utara 85 2. Kodya Jakarta Barat 130 3. Kodya Jakarta Pusat 267 4. Kodya Jakarta Timur 140 5. Kodya Jakarta Selatan 79 6. Kep. Seribu 4 Sumber: Profil Kesehatan DKI Jakarta 2013, Diolah Ulang Oleh Penulis Angka Kematian Ibu dan Bayi tertinggi ditemukan di Kodya Jakarta Pusat dengan jumlah kasus sebanyak 267 kasus kematian ibu dan bayi. Berdasarkan data tersebut, Kodya Jakarta Pusat memiliki Angka Kematian Ibu dan Bayi yang paling tinggi dibandingkan dengan Kodya lainnya. Oleh karena itu dirasa perlu membangun fasilitas Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi pada daerah tersebut.
4 Gambar 1. Tabel Penyebaran RSIA di Jakarta Pusat Sumber: sirs.buk.depkes.go.id Berdasarkan data Rumah Sakit yang terdaftar di Depkes RI, Jakarta Pusat memiliki total enam RSIA yang tersebar diseluruh kecamatannya. Dari data tersebut, kecamatan Tanah Abang, Senen, Johar Baru dan Sawah Besar belum memiliki fasilitas RSIA. Berdasarkan kondisi wilayah, wilayah Tanah Abang yang dekat dengan Stasiun Besar Tanah Abang memiliki sifat area yang sesuai dengan prinsip Healing Environment, yaitu kemudahan akses bagi pasien maupun keluarga (prinsip dukungan keluaga). Oleh karena itu, wilayah Tanah Abang dirasa cocok untuk pembangunan RSIA dengan konsep Healing Environment. 1.2 Perumusah Masalah 1. Bagaimana kondisi penerapan Healing Environment pada rumah sakit ibu dan anak yang ada di DKI Jakarta? 2. Bagaimana merancang suatu healing environtment pada RSIA melalui elemenelemen arsitektur dan interior rumah sakit? 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah merancang suatu konsep Healing Environment pada Rumah Sakit Ibu dan Anak yang dapat mengoptimalkan penyembuhan ibu dan anak baik secara jasmani maupun psikologis pengguna. 1.4 Ruang Lingkup Ruang Lingkup Penelitian
5 Ruang lingkup penelitian berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah adalah: 1. Klasifikasi rumah sakit yang dibahas adalah rumah sakit khusus Ibu dan Anak (RSIA) 2. Pengguna dari rumah sakit ini adalah Ibu hamil menyusui dan anak-anak usia 0-11 tahun. 3. Rumah sakit ibu dan anak yang dirancang menggunakan teori Healing Environment menrut E.R.C.M Huisman, E. Morales, J. van Hoof, dan H.S.M Kort dalam jurnal Healing Environment: A review of the impact of physical environmental factors on users (2012) Ruang Lingkup Lokasi Gambar 2. Lokasi proyek Sumber: google earth Alamat : JL. Teluk Betung I Kebon Melati, Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat Luas Lahan : 7.655 m 2 KDB : 40% KLB : 5.00 Ketinggian maksimal : 60 lantai GSB : 8 m Peruntukan Bangunan Batas Tapak : Sub-zona campuran : Utara : Mall dan perkantoran Thamrin City Selatan: Apartemen Thamrin Residence Barat : Apartemen Thamrin Residence Timur: Waduk Melati dan JL. Teluk Betung I
6 1.5 State of The Art Berdasarkan jurnal E.R.C.M Huisman, E. Morales, J. van Hoof, dan H.S.M Kort dalam jurnal Healing Environment: A review of the impact of physical environmental factors on users (2012), healing environtment memiliki dampak yang positif terhadap kesembuhan pasien. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan jauh dari kesan rumah sakit yang menyeramkan dapa mengurangi kadar stress pasien. Prinsip desain Healing Environment diantaranya: (1) Mengurangi kesalahan (kamar yang sama persis, pencahayaan), (2) Meningkatkan keamanan (mengurangi kemungkinan jatuh, mengurangi kemungkinan infeksi, dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang), (3) Kontrol penuh, (4) Privasi, (5) Kenyamanan (Material, seni, kenyamanan visual, kenyamanan akustik, dan orientasi), (6) Dukungan keluaga dan (7) Unsur Alam. Penggunaan elemen arsitektur dan interior yang sesuai dengan konsep Healing Environment dapat membantu menghidupkan lingkungan yang nyaman bagi pasien. Prinsip ini akan digunakan sebagai tolak ukur perencanaan rumah sakit ibu dan anak dengan konsep Healing Environment.