Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

I. PENDAHULUAN. prioritas nasional dalam proses pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dan teralokasi ke tingkat daerah. Keseimbangan antardaerah terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. besar pada sektor infrastruktur. Bagi sebagian pengambil kebijakan, kesuksesan

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

1 BAB I PENDAHULUAN. dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur.

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI MALUKU 2014

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. daya saing. Oleh karena itu, pengendalian sebagai tahap terakhir dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN. penentuan harga pokok harus diusahakan untuk mendapatkan harga pokok yang

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI MALUKU UTARA 2014

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari campur tangan pemerintah. Kecenderungan tersebut juga terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keterbatasan dari daya saing produksi (supply side), serta

KORELASI ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN 2014

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

Transkripsi:

Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc Terdapat beragam pengertian tentang infrastruktur publik. Salah satunya, World Bank (1994) yang mendefinisikan dalam konteks ekonomi sebagai terminologi yang memayungi banyak aktivitas terkait social overhead capital. Sementara pembangunan infrastruktur publik di Indonesia mendapat perhatian penting sehingga dalam RPJM tahun 2010-2014, pemerintah akan melakukan percepatan penyediaan, kuantitas dan kualitasnya. Pemerintah pun melihatnya bukan saja dari sisi ekonomi saja, tetapi dari berbagai perpektif kepentingan nasional yang strategis dan prioritas, baik dalam menunjang program revitalisasi pertanian, mengatasi kemiskinan dan keterisolasian, maupun untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan seperti polusi air, udara dan tanah, atau banjir. Sedangkan dalam daftar prioritas nasional, infrastruktur ini masuk peringkat ke enam dari 11 program. Terdapat 7 substansi inti dari program aksi di bidang infrastruktur yaitu yang berkaitan dengan, tanah dan tata ruang,jalan, perhubungan, perumahan rakyat, pengendalian banjir, telekomunikasi, dan transportasi perkotaan. Dari data yang ada besaran nilai investasi infrastruktur dibandingkan dengan PDB yang ternyata menunjukkan penurunan pada tahun 1993 2002 (Gambar 1.). Pada tahun fiskal 2003/2004 rasionya 5,34 sedangkan pada tahun fiskal 2002, rasionya menurun tajam lebih dari 50% menjadi 2,33. Dalam lingkup regional (Asia), angkaangka tersebut masih dibawah rasio yang sama di beberapa negara lainnya di Asia pada tahun 2005, sebut saja Laos dan Mongolia dengan rasio 4 7% serta China, Thailand, dan Vietnam dengan rasio diatas 7% (Mustajab, 2009). Gambar 1. Rasio Antara Investasi di Infrastruktur Publik di Indonesia Dengan PDB Sumber : Mustajab (2009) Sementara itu, investasi yang dilakukan oleh swasta ternyata tidak menunjukkan kondisi yang menggembirakan, setidaknya dalam tahun ketersediaan data dibawah ini, dimana investasi swasta tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1996 dengan nilai investasi sebesar US$ 8,4 miliar (Dikun, 2003). Namun sayang besaran nilai investasi tersebut menurun pasca krisis ekonomi sehingga sampai tahun 2000 angkanya tidak sampai mencapai US$ 1 miliar (Gambar 2.). Gambar 2. Investasi Infrastruktur Oleh Swasta di Indonesia Sumber : Dikun (2003)

Konseptualisasi Peran Infrastruktur Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks dalam pembangunan, baik dalam konteks fisik-lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan konteks lainnya. Salah satu infrastruktur yang besar perannya dalam pengembangan dan pembangunan ruang, baik dalam lingkup negara ataupun lingkup wilayah adalah infrastruktur transportasi. Transportasi adalah infrastruktur yang mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat (barang dan manusia/penumpang), dan menghubungkan resources dan hasil produksi ke pasar (perdagangan/ trade). Transportasi ini pun berdampak pada kesejahteraan masayarakat seperti, perdagangan antar wilayah, perluasan pasar, terciptanya kompetisi, dan penyebaran pengetahuan, dan meningkatnya aksesibilitas penduduk terhadap sarana pendidikan dan kesehatan dimana pada akhirnya akan meningkatkan pula kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat (Gambar 3.) Hubungan Antara Infrastruktur Transportasi,Pertumbuhan Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat Sumber : Litbang Dephub dan LPPM ITS (2004) Pengaruh Infrastruktur Dalam Ekonomi Infrastruktur merupakan driving force dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Sehingga beberapa fakta empiri menyatakan bahwa perkembangan kapasitas infrastruktur di suatu wilayah akan berjalan seiring dengan perkembangan output ekonomi. Sebuah pernyataan yang dilansir oleh World Bank (1994) bahkan berani menyatakan bahwa secara average peningkatan stok infrastruktur sebesar 1% akan berasosiasi dengan peningkatan PDB sebesar 1% pula (Gambar 4.). Sebuah pernyataan yang menjanjikan sekaligus menantang semua negara untuk menindaklanjutinya dengan meningkatkan pasokan infrastrukturnya. Gambar 4. Korelasi Antara Stok Infrastruktur Dengan PDB Per Capita Pada Semua Negara di Dunia

Sumber : The World Bank (1994) Disisi lain, eksistensi infrastruktur dalam konteks dinamika suatu negara atau wilayah mengalami perubahanperubahan dasar seiring dengan perkembangan atau perubahan kebutuhan. Semakin maju negara / wilayah, kebutuhan jenis infrastruktur akan mengalami perubahan, dimana kontribusi dari infrastruktur kelistrikan, transportasi (jalan), dan telekomunikasi akan semakin dominan (Gambar 5), relatif terhadap infrastruktur dasar lainnya seperti air bersih dan irigasi (World Bank, 1994). Gambar 5. Rata-rata Persentase Kebutuhan Infrastruktur Untuk Tiap Kelompok Pendapatan di Dunia Sumber : The World Bank (1994) Semakin maju negara, maka peran jasa infrastruktur menyumbang nilai tambah akan semakin besar. Data dari World Bank (1994) menunjukkan umumnya infastruktur jenis transportasi dan komunikasi memiliki peran yang lebih besar dalam menyumbang nilai tambah dengan proporsi terhadap PDB sebesar 5,34% untuk low-income countries, 6,78% untuk middle-income countries, dan 9,46 % untuk high-income countries, dibandingkan dengan infrastruktur kelistrikan dan air dengan nilai proporsi terhadap PDB yang bervariasi antara 1,29 % untuk low-income countries, 2,24% untuk middle-income countries, dan 1,87 % untuk high-income countries (Tabel 1.) Tabel 1. Nilai Tambah dari Jasa Infrastruktur Berdasarkan Kelompok Negara Sumber : The World Bank (1994) Fakta yang berkaitan dengan infrastruktur transportasi merupakan hal yang jamak dimana keberadaan akses, baik berupa jalan raya, rel kereta api, rute angkutan penyeberangan dan pelayaran, maupun rute penerbangan akan berpotensi mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, walaupun dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Dalam konteks sistem industri, peran infrastruktur juga sangat vital karena mampu diyakini meningkatkan produktivitas dimana pada akhirnya akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan. Sementara itu peran infrastruktur dalam ekonomi bukan sekedar ketersediaan (availibility) menjadi kuantitas dan kualitas. Peran penting yang dijalankan oleh infrastruktur dapat menjadi sandungan ketika besaran investasi atau pengeluaran yang dikucurkan oleh Pemerintah untuk infrastruktur publik mengalami penurunan. Inilah barangkali salah satu penyebab menurunnya peran sektor pertanian dalam menunjang output ekonomi baik secara nasional maupun secara regional. World Bank (2008) memperoleh temuan bahwa dari pengamatannya terhadap beberapa negara di dunia, terdapat trend yang cukup signifikan bahwa negara berbasis ekonomi pertanian (agriculture-based countries) sedang mengalami metamorfosis menuju ke negara berbasis ekonomi transisi (transforming countries), sedangkan trend serupa juga terjadi dimana negara berbasis ekonomi transisi (transforming countries) juga sedang bertransformasi ke negara berbasis ekonomi kota (urbanized countries). Gambar 6. Hubungan Antara Peran Sektor Pertanian dan Pengeluaran Sektor Publik Untuk Sektor Pertanian Dunia

Sumber : The World Bank (2008) Fakta empiri menurunnya kinerja infrastruktur disajikan dalam format infrastructure gap antara negara-negara Amerika Latin dengan negara-negara di Asia Timur dimana dalam kurun waktu 1980-1997 terjadi peningkatan gap sampai sebesar 40-50 % untuk panjang jalan, 50-60 % untuk telekomunikasi, dan 90-100 % untuk kelistrikan. Dampaknya adalah penurunan kinerja ekonomi yang sangat signifikan dalam bentuk terjunbebasnya pertumbuhan output ekonomi. Bagaimana dengan peran infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia? Dengan menggunakan data nasional tahun 2000-2007, Mustajab (2009) melakukan penelitian yang berkaitan dengan peran infrastruktur di Indonesia, dan kesimpulannya menunjukkan temuan yang positif dimana pengembangan infrastruktur memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Keterkaitan Timbal Balik Antara Infrastruktur Dan Ekonomi Keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi sudah lama menjadi perbincangan bagi para pengambil kebijakan. Bagi para penentu kebijakan, pengembangan dan pembangunan prasarana sudah barang tentu diharapkan akan menjadi driving force bagi pengembangan ekonomi. Sedangkan dalam ranah akademis, keterkaitan antara keduanya masih menjadi bahan perdebatan. Dalam World Development Report tahun 1994 dinyatakan bahwa keterkaitan antara investasi pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belum merupakan suatu keniscayaan. Artinya, apakah investasi di infrastruktur menyebabkan pertumbuhan ekonomi atau apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan tumbuhnya investasi di infrastruktur belum sepenuhnya dapat dijelaskan (established). Dalam ketekaitan antara infrastruktur dan ekonomi, penelitian Badan Litbang Departemen Perhubungan bekerjasama dengan LPPM ITS pada tahun 2004 menunjukan, hasil uji Granger causality dengan menggunakan data tahun 1999-2003 yang dilakukan dengan basis wilayah pulau besar menyatakan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara infrastruktur transportasi dan ekonomi, dan terdapat diferensiasi hubungan kausalitas antara tiap pulau besar tersebut (Gambar 7.). Di hampir semua pulau (Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi) terdapat hubungan kausalitas yang bersifat dua arah, dimana pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi. Gambar 7. Hubungan Kausalitas Antara Pengembangan Infrastruktur Transportasi Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1999-2003

Sumber : Litbang Dephub dan LPPM ITS (2004) Kesimpulannya untuk kasus di Indonesia secara keseluruhan terlihat peran infrastruktur transportasi dalam pertumbuhan ekonomi, atau dalam bahasa lain dapat dikatakan seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan infrastruktur transportasi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Pengaruh tersebut tidaklah terjadi seketika, namun baru nyata pada perioda ke empat setelah terjadi peningkatan kinerja infrastruktur transportasi (Litbang Dephub dan LPPM ITS, 2004). Kasus Infrastruktur Jembatan Suramadu Sejumlah kasus keberhasilan infrastuktur dalam mendorong ekonomi tersebut kemudian menggugah Pemerintah Indonesia untuk menggunakan instrumen yang serupa. Salah satu infrastruktur strategis yang dibangun dengan menelan dana sekitar Rp 4,5 triliun adalah jembatan Suramadu. Dampaknya pun diprediksikan akan membawa banyak manfaat ketika Pemerintah membangun Suramadu yang menghubungkan antara daratan pulau Jawa bagian Timur dengan pulau Madura. Persoalan mendasar yang terjadi di wilayah ini (Gerbangkertosusila) adalah disparitas ekonomi wilayah. Pada tahun 2002, nilai PDRB Madura adalah Rp 8,2 Triliun, sedangkan PDRB wilayah Gerbangkertosusila pada tahun yang sama telah mencapai Rp. 64,5 triliun. Ini berarti bahwa pada tahun 2002 PDRB wilayah Gerbangkertosusila telah mencapai hampir 10 kali lipat dari PDRB Madura. Pada saat ini tentunya prediksi tersebut belum dapat dirasakan karena jembatan Suramadu baru setahun lebih beroperasi. Namun dengan berkaca pada peran infrastruktur dan keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi, ada 2 hal yang dapat menjadi catatan, yaitu pertama, fenomena keterkaitan tersebut hendaknya dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi penguatan dampak positif ekonomi yang diharapkan dari jembatan Suramadu, dan yang kedua adalah tidak hanya memandang manfaat ekonomi sebagai satu-satunya harapan unggulan, namun juga manfaat lainnya baik dalam konteks sosial, budaya, maupun lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya dalam membangun Madura ke depan.