BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah, perkembangan ini juga mendorong bank syariah untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan strategis dimana kegiatan utama perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal I ayat 7, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah juga berperan sebagai finansial intermediari antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Menurut Kasmir (2014), di negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan, sebab bukan hanya sebagai sumber pembiayaan namun juga mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih superior dibanding lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. 1

2 Perkembangan bank syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup pesat. Dari sisi kelembagaan, jaringan operasional perbankan syariah mengalami jangkauan yang cukup signifikan, pertumbuhan jumlah kantor cabang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana saat ini jumlah Bank Syariah adalah sebanyak 12 bank dengan 1.990 jaringan kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing), keuntungan bank syariah diperoleh dari jumlah bagi hasil atas penyaluran dananya kepada nasabah, sedangkan pada bank konvensional, keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan. Keberadaan perbankan syariah diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu negara. Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah (Usman, 2012: 115) kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal; keadilan sosial ekonomi dan distribusi pendapatan yang merata; stabilitas nilai uang; mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil; dan pelayanan yang efektif. Sampai akhir tahun 2015 Bank Umum Syariah mengalami peningkatan laba yang cukup menggembirakan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) laba perbankan syariah periode 2010 sampai dengan 2015, telah tumbuh sebesar 60%, dari Rp.1,1 triliun menjadi Rp.1,8 triliun.

3 Perkembangan perbankan syariah yang terus meningkat ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa bank syariah bisa berkembang pesat padahal tujuan utama bank syariah bukan mencari laba. Adapun peningkatan laba bank syariah tersebut didorong oleh kegiatan penyaluran pembiayaan yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, sehingga membuat bank syariah mendapat keuntungan dan mempertahankan eksistensinya. Pembiayaan yang disalurkan di bank syariah secara prinsip dibagi menjadi tiga yaitu pembiayaan dengan skema jual beli, sewa menyewa dan bagi hasil, yang menurut jenis akadnya yaitu musyarakah, mudharabah, murabahah, salam, ijarah, istishna dan qardh. Semua kegiatan pembiayaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, karena tidak dapat dipungkiri bahwa bank juga menginginkan profitabilitas yang tinggi. Oleh karenaitu, diperlukan penyaluran dan penghimpunan dana yang besar, sehingga dapat menghasilkan volume pembiayaan yang tinggi. Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Menurut Jenisnya (Miliar) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan pembiayaan bank syariah dalam 5 tahun terakhir cukup menggembirakan, jumlah pembiayaan

4 per Desember 2015 adalah Rp.212.996 miliar, angka tersebut meningkat Rp.13.666 miliar atau sekitar 6,86% dari tahun sebelumnyarp.199.330 miliar. Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit bank umum, akselerasi pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah terus tumbuh signifikan sampai dengan akhir tahun 2013. Bank syariah secara empiris dapat lebih mengoptimalkan pembiayaan dibandingkan dengan kredit yang disalurkan oleh bank secara keseluruhan. Pada tahun 2013, bank syariah mengalami penurunan modal yang disebabkan oleh pertumbuhan dari segi aset dan pertumbuhan pembiayaan yang signifikan. Tercatat diakhir tahun 2013 Capital Aqeduacy Ratiobank syariah hanya 14,42%, kemudian angka tersebut meningkat 1,68% ditahun 2014 sehingga menjadi 16,10%. Dan ditahun 2015 bank syariah harus menghadapi tantangan lainnya, yaitu ekspansi pembiayaan mikro sehingga Capital Adequacy Ratio-nya kembali turun menjadi 15,02%. Ekonom syariah Adiwarman A. Karim mengatakan, ekspansi pembiayaan mikro diakhir tahun mencapai Rp.8 triliun dengan porsi Rp.5 triliun dari bank umum syariah dan Rp.3 triliun dari unit usaha syariah. Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Iswi, 2010:51). Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio, maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.

5 Di sisi lain, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah terus meningkat, dimana tahun 2014 Dana Pihak Ketiga bank syariah berjumlah Rp.217.858 miliar, naik 13,14% dari tahun 2013 yang hanya Rp.183.534 miliar, dan di akhir tahun 2015, Dana Pihak Ketiga bank syariah tumbuh sekitar 6% menjadi Rp.231.175 miliar atau 50% dari tahun 2011 yang hanya Rp.115.415 miliar. Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat atau dari pihak lainnya diluar bank. Sumber dana pihak ketiga ini terdiri atas, Giro, Deposito Berjangka, Tabungan, dan Sertifikat Deposito. Dana Pihak Ketiga ini merupakan salah satu sumber dana bank syariah yang digunakan oleh bank untuk menyalurkan pembiayaan dan menjalankan semua kegiatan operasionalnya. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank kepada masyarakat dapat mengandung resiko berupa tidak lancarnya pembayaran yang dapat mempengaruhi kinerja bank, dan biasa disebut pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF). Menurut Arifin (2012: 258) Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Akibat dari tingginya NPF bank harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bankakan ikut terkikis. Sedangkan besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi pembiayaan, sehingga tingginya Non Performing Financing

6 menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Non Performing Ratio di Indonesia masih sangat fluktuatif, terlebih di pertengahan tahun 2014, nilai rasio Non Performing Financing melonjak hingga mendekati angka 5%, padahal tahun sebelumnya Non Performing Financing bank syariah terhitung aman, yaitu 2,62%. Sedangkan standar nilai Non Performing Financing bank syariah sendiri adalah sama dengan standar maksimum Non Performing Loan pada bank konvensional, yakni 5%. Pada penelitian yang dilakukan Hikmawan (2013) yang menyimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. Kesimpulan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurbaya (2013), dimana Capital Adequacy Ratio dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap pembiayaan. Sedangkan Reswanda dan Wenda Wahyu C (2016) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh positif dan Non Performing Financing berpengaruh negatif. Penelitian lain yang dilakukan Aidida Adelia Purnama (2012) memberikan kesimpulan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif signifikan, sedangkan Non Performing Financing berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan di Indonesia. Dalam revisi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM) bank syariah pada PBI Nomor 7/13 Tahun 2005, Otoritas Jasa Keuangan meminta bank syariah untuk meningkatkan Capital Adequacy

7 Ratio-nya demi memperkuat kesehatan permodalan menjadi 8%, sehingga permodalan bank syariah saat ini masih dikatakan sehat. Namun, perlambatan ekonomi yang menyebabkan risiko kenaikan pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing patut diwaspadai. Semakin besar jumlah dan kuatnya struktur modal, maka bank akan dapat menjaga likuiditas, mengatasi risiko dan menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti variabel yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada bank syariah dengan judul : Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Bank Syariah. B. Rumusan Masalah Penelitian Penyaluran pembiayaan harus diperhitungkan secara cermat baik dari faktor eksternal maupun dari internal bank itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Pembiayaan bank syariah? 2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Pembiayaan bank syariah? 3. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Pembiayaan bank syariah?

8 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. b. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. c. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. 2. Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Bagi Praktisi a. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memerhatikan faktor yang dapat memengaruhi jumlah pembiayaan guna meningkatkan value perusahaan. Dan menjadi salah satu bahan masukan mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan dari bank syariah. b. Bagi investor, memberikan informasi mengenai faktor yang memengaruhi jumlah pembiayaan pada bank syariah, sehingga dapat membantu investor melakukan investasi secara bijak.

9 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya dan memberikan bukti empiris pada penelitian sebelumnya mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan di bank syariah.