Gambar 4.15 Layar Preview

dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Bina Nusantara. Jurusan Ilmu Komputer Program Studi Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dapat diketahui hasil sinyal Wi-Fi. 1. Pergerakan penumpang Terminal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : SUSILO KELAS : 22 NIM : TANGGAL : 10 JUNI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak dibangun untuk mendukung proses bisnis, maka dibutuhkan pengolahan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MEMBUAT HOTSPOT DENGAN ROUTERBOARD MIKROTIK 750

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN ROBOT MOBILE BERBASIS IP (Internet Protocol) MELALUI JARINGAN WIFI. Oleh: Gama Wardhana ( )

MEMBUAT JARINGAN WIFI ACCESS POINT-REPEATER WDS MENGGUNAKAN TP-LINK TL-WA801ND

Pembuatan Jaringan Internet Wireless Pada Kawasan Rt.07/Rw.04 Kel.kalibata Menggunakan Gateway Server ClearOS. Ahmad Thantowi

TASK 1 JARINGAN KOMPUTER

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. penggunaan bandwidth. Solusi yang sering dilakukan adalah

Membangun Jaringan Wireless Local Area Network (WLAN)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Akses Remote Database via Internet

Praktek Mikrotik (Routing & Access Point)

Dukungan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB XIII. Wireless LAN dan Hotspot

DAFTAR PUSTAKA. [1] Zam,Efvy Zam (2009). Panduan Lengkap Membuat Jaringan Wireless: Jakarta :

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pemanfaatan jaringan di kantor di Departemen Pekerjaan Umum Bidang Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

Mengenal Mikrotik Router

JARINGAN KOMPUTER. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Sistem Jaringan Komputer LAN dengan mikrotik RouterBoard 750. Achmad Muharyadi

Dalam konfigurasi Wireless Distribution System (WDS) setiap. mikrotik wireless dikonfigurasi sama dan saling terhubung yang sedikit

Internet, Intranet, Ekstranet

Konfigurasi Mikrotik Sebagai Router Gateway Internet

9/6/2014. Dua komputer atau lebih dapat dikatakan terinterkoneksi apabila komputer-komputer tersebut dapat saling bertukar informasi.

Pengelolaan Jaringan Sekolah

DIAGRAM SITASI PAPER NAMA : DINAR AGUSTINA NIM :

Jaringan LAN padawarnet MAGNET. Npm : Jurusan : Manajemen Informatika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang II. Definisi Acces Point III. Fungsi Acces Point

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

SEKILAS WIRELESS LAN

BAB IX JARINGAN KOMPUTER

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA

PERANCANGAN SISTEM Perancangan Topologi Jaringan Komputer VPN bebasis L2TP dan IPSec

BAB IV PEMBAHASAN Teknik Pengkabelan Twisted Pair

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 SEKILAS JARINGAN DANA PENSIUN PERTAMINA

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM

Jaringan Wireless Ad Hoc

ROUTER SEDERHANA DENGAN MIKROTIK OS Bebas Widada 2)

Komunikasi dan Jaringan

SISTEM PENGENDALI DAN PENGAWAS PENGGUNAAN LISTRIK PADA GEDUNG BERTINGKAT BERBASIS WEB

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu jaringan idealnya dapat menghubungkan antartitik secara any to any.

Jaringan Wireless. Komponen utama pembangun jaringan wireless. 1. PC Personal Computer)

Instalasi Jaringan Extended Service Set (ESS)

Analisis Kelemahan Keamanan pada Jaringan Wireless Aji Supriyanto

InSSIDer. Noviatur Rohmah Penegretian SSID dan inssider. Lisensi Dokumen:

PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC

DESAIN DAN IMPLEMENTASI AUTENTIKASI JARINGAN HOTSPOT MENGGUNAKAN PFSENSE DAN RADIUS SERVER

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Processor Intel Core 2 GHz

Akses Remote Database via Internet

Software Wireless Tool InSSIDer untuk Monitoring Sinyal Wireless

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA (LKM)

PERCOBAAN VII Komunikasi Data WLAN Indoor

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang sangat cepat khususnya perkembangan dunia

Fungsi Acces Point. 12:01 Network

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

Hasil Wawancara dengan PT. Buana Centra Swakarsa. Q : Apakah proses bisnis perusahaan ini dibantu oleh jaringan komputer?

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

PENGATURAN BANDWIDTH DI PT. IFORTE SOLUSI INFOTEK DENGAN MIKROTIK ROUTER BOARD 951Ui-2HnD

Pengertian Access Point Apa Fungsi Access Point?

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dapat mengimplementasikan rancangan ini secara langsung, maka digunakan simulator

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

A I S Y A T U L K A R I M A

CARA MENJALANKAN PROGRAM

MEMBUAT JARINGAN INTERNET GATEWAY UNTUK JARINGAN WIRED DAN WIRELESS MENGGUNAKAN MIKROTIK 750RB DAN ACCESSPOINT TP-LINK TL-WA801ND

Percobaan 4 Jaringan Hybrid: Kabel dan Nirkabel

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

SETTING MIKROTIK SEBAGAI HOTSPOT DAN WEB PROXY

INSTALASI LAN JARINGAN KOMPUTER BANDUNG, 2013

Laporan Pratikum Instalasi Jaringan Komputer Jaringan Nirkabel

ANALISA KINERJA IMPLEMENTASI WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM PADA PERANGKAT ACCESS POINT G MENGGUNAKAN OPENWRT

SIMULASI APLIKASI MIKROTIK ROUTER DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 4 JARINGAN HYBRID

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ulang sebuah skema baru. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari berbagai

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

PERANCANGAN DAN SIMULASI RT/RW WIRELESS NET DENGAN ROUTER MIKROTIK

Cara Setting IP Address DHCP di

Choirul Amri. I. Pendahuluan.

BAB IV PEMBAHASAN. Memasuki Tahun 2010, PT.TELKOM juga memasuki porpolio bisnis

Resume. Pelatihan Membuat PC Router Menggunakan ClearOS. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah. Lab. Hardware

Transkripsi:

105 Gambar 4.15 Layar Preview Halaman ini berisi gambar boarding pass yang dicetak. Dengan menekan tombol finish maka user telah selesai menggunakan layanan electronic check-in.

106 4.4 Hasil dan Evaluasi Pengukuran Pengukuran dari hasil rancangan sistem electronic check-in dilakukan pada Lab Litbang Sistem Komputer dengan asumsi keadaan jaringan yang kami buat ideal dengan jaringan Garuda Indonesia pada bandara. Khusus untuk pengukuran coverage area kami lakukan langsung di bandara International Soekarno-Hatta. Evaluasi pengukuran dilakukan terhadap sistem yang dirancang dengan didukung oleh komponen-komponen dasar dari sistem electronic check-in ini. Jarinngan Local Area Network (LAN) yang digunakan merupakan jaringan yang aktif. Evaluasi yang dilakukan pada sistem ini terbagi atas 6 bagian utama, yaitu evaluasi sistem electronic check-in, evaluasi titik coverage jaringan nirkabel, evaluasi kinerja jaringan, evaluasi keamanan jaringan, perencanaan kapasitas bandwidth, dan evaluasi aplikasi electronic check-in. 4.4.1 Evaluasi Sistem Electronic Check-In Dalam evaluasi ini kami membandingkan sistem kami dengan sistem sejenis dan melakukan simulasi kinerja sistem kami terhadap sistem checkin yang sedang berjalan. 4.4.1.1 Perbandingan Dengan Sistem Sejenis Dari hasil pengamatan di lapangan kami menemukan sistem sejenis yaitu Lufthansa Self Check-In System. Untuk mengevaluasi sistem maka kami membandingkannya dengan sistem yang dimiliki oleh Lufthansa tersebut.

107 Tabel 4.3 Perbandingan dengan Lufthansa Self Check-In System Elektronik Check-In Nirkabel Input Data KodeBooking, PilihanNama, PilihanSeat Lufthansa Self Check-In System KodeBooking, PilihanSeat PilihanNama, Media Input Keyboard Smart Card Reader Output Data Report ke Airline Database Report ke Airline Database Output Fisik Ada, Kertas Boarding Pass Tidak Ada Media Akses Wireless 802.11b Kabel Ethernet Mobilitas Fleksibel Ya, karena tidak memerlukan Tidak, karena diperlukan instalasi instalasi secara fisik secara fisik Berbasis Web Ya Ya Bahasa Pemograman ASP.NET Java Tampilan baik pada Internet Exploler 5.5 atau versi Semua Browser Browser yang lebih tinggi Perlu Aplikasi Ya, Hanya di Server yaitu.net Ya, Di Client dan Server yaitu Pendukung Web Browser Framework Java Virtual Machine Dirancang melakukan bagasi Dirancang melakukan keimigrasian dapat Tidak proses dapat Tidak proses Dirancang dapat Tidak melakukan pembayaran pajak bandara, fiskal,dll Memungkinkan selama masih dalam jangkauan AP Tidak Memungkinkan Ya Tidak Ya Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sistem check-in yang dirancang memiliki keunggulan dari segi mobilitas dan fleksibiltas. Output fisik yang dihasilkan sistem electronic check-in juga masih berupa kertas boarding pass sebab proses gate pada bandara-bandara di seluruh indonesia masih divalidasi secara manual dengan menggunakan boarding pass. Hal ini berbeda dengan kondisi bandara di Jerman (negara asal dari airline Lufthansa) yang proses gate-nya sudah dilakukan secara otomatis

108 dengan menggunakan smart card. Begitu juga dengan proses bagasi yang sudah diotomatisasi menggunakan barcode dan RFID. Karena mengunakan bahasa pemograman java maka tampilan web dari sistem Check-In Lufthansa baik pada semua browser tetapi client memerlukan instalasi Java Virtual Machine, berbeda dengan ASP.NET yang tidak memerlukan instalasi apapun di client. Di Jerman, pembayaran airport tax, fiskal, dll dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit sehingga Lufthansa mengintegrasikan fitur ini ke dalam sistemnya. Pembayaran airport tax, fiskal, dll dilakukan dengan credit card reader dalam sistem Lufthansa. Sedangkan di Indonesia proses pembayaran airport tax dan fiskal masih menggunakan uang tunai. 4.4.1.2 Simulasi Hipotetis Kinerja Check-in Nirkabel Terhadap Antrian Untuk dapat mengevaluasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh sistem elektronik check-in yang dibuat dibandingkan dengan check-in yang sedang berjalan dalam mengurangi antrian diperlukan percobaan di bandara secara langsung, tetapi karena kendala perizinan tidak memungkinkan hal ini dapat dilakukan. Oleh karena itu kami melakukan simulasi secara hipotesis yang dapat menggambarkan secara umum, dengan beberapa asumsi antara lain: 1. Rata-rata waktu check-in adalah 1 menit per orang, baik untuk check-in nirkabel maupun check-in yang sedang berjalan. 2. Luas counter area check-in untuk satu jurusan penerbangan adalah lebar 4 meter, yang hanya dapat menampung 2 counter.

109 3. Dipasang 10 check-in nirkabel counter di sekitar area counter jurusan penerbangan tersebut 4. Calon penumpang sudah familiar dengan peralatan komputer seperti pada mesin ATM. 5. Jumlah kapasitas pesawat 150 penumpang (Boeing 737-400). 6. Penumpang datang bersamaan waktunya. Perbandingan waktu antrian adalah sebagai berikut: Sistem check-in yang sedang berjalan: 150penumpang 1menit 2counter = 75menit Sistem check nirkabel: 150penumpang 1menit 10counter = 15menit Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa antrian dapat berkurang sangat significant dengan menambah jumlah counter tanpa menambah besar area check-in. Penambahan atau pengurangan jumlah check-in nirkabel dapat disesuaikan dengan keperluan. 4.4.2 Evaluasi Coverage Jaringan Nirkabel Evaluasi coverage dilakukan dengan mengukur besar sinyal di beberapa titik yang dirancang untuk ditempatkan access point pada Terminal E dan F lantai 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Langkah-langkah percobaan pengukuran ini adalah sebagai berikut:

110 a) Menempatkan Acces Point di titik-titik yang sesuai dengan perancangan. b) Pengukuran sinyal ini dilakukan dengan cara membawa Notebook mengelilingi Terminal E dan F Lantai 2 Bandara International Soekarno-Hatta. Pengukuran dilakukan menggunakan Intel Pro Set, dibawah ini adalah contoh gambar hasil pengukuran Gambar 4.16 Contoh Statistic Hasil Pengukuran c) Mencatat besar nilai link quality dan signal strength pada titik-titik lokasi yang ditunjukkan pada peta di bawah ini:

111 Gambar 4.17 Peta Trial Coverage Area Access Point 1 Gambar 4.18 Peta Trial Coverage Area Access Point 2

112 Hasil pengukuran sinyal untuk mengetahui seberapa besar coverage area dari Access Point yang dipasang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Trial Coverage Access Point 1 Point Signal Quality(%) Signal Strength (%) a1 0 0 a2 20 0 a3 60 36 a4 80 51 a5 20 0 a6 0 0 Access Point 2 Point Signal Quality(%) Signal Strength (%) b1 0 0 b2 20 0 b3 60 34 b4 80 51 b5 60 32 b6 20 0 b7 0 0 Dari hasil pengukuran diatas daerah yang seharusnya dapat dicover oleh acces point tidak tercover. Hal ini disebabkan oleh interferensi dari dua buah access point yang

113 ada di terminal E dan F. Kesimpulan ini didapat setelah melakukan scanning access point semua access point yang terdapat di terminal E dan F. Gambar 4.19 Hasil Scanning Hasil scanning diatas dengan menggunakan Intel Pro Set memperlihatkan bahwa dalam area yang akan dicover sudah terdapat dua buah access point lain. Kedua Access Point tersebut menggunakan channel 1 dan 6. Hal ini jelas mempengaruhi pengukuran yang juga memakai channel 1 untuk access point 1 dan channel 6 untuk access point 2 karena adanya interferensi dari kedua access point tersebut. Untuk mengatasi masalah ini maka harus dilakukan mekanisme pengaturan channel di terminal E dan F. 4.4.3 Evaluasi Kinerja Jaringan Kinerja jaringan di evaluasi dengan cara membandingkan waktu respon dari Web Server dan DNS Server tanpa menggunakan RRAS. Selain itu juga dibandingkan media akses melalui wireless dengan media akses melalui kabel.

114 Ping Web Server 200 180 160 140 Round Trip Time (ms) 120 100 80 via RRAS (Wireless) Direct (Wireless) via RRAS (Cable) Direct (Cable) 60 40 20 0 10 30 50 80 100 300 500 800 1000 3000 5000 8000 10000 30000 50000 60000 65500 Data (bytes) Gambar 4.20 Evaluasi Kinerja Web Server Waktu respon Web Server terhadap mobile counter diukur dengan menggunakan perintah ping. Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada grafik diatas. Terlihat pada grafik bahwa semakin besar data maka waktu respon akan semakin lama. Waktu respon Web Server melalui RRAS tidak jauh berbeda dengan koneksi langsung tanpa menggunakan RRAS, tetapi waktu respon Web Server apabila diakses dengan menggunakan media wireless sangat jauh lebih lama dibanding dengan menggunakan media kabel. Disamping itu waktu respon dengan menggunakan media wireless lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan media wireless.

115 Ping DNS & DHCP Server 200 180 160 140 Round Trip Time (ms) 120 100 80 via RRAS (Wireless) Direct (Wireless) via RRAS (Cable) Direct (Cable) 60 40 20 0 10 30 50 80 100 300 500 800 1000 3000 5000 8000 10000 30000 50000 60000 65500 Data (bytes) Gambar 4.21 Evaluasi Kinerja DNS dan DHCP Server Hasil pengukuran terhadap DNS dan DHCP Server juga tidak jauh berbeda dengan hasil pengukuran terhadap Web Server. 4.4.4 Evaluasi Keamanan Jaringan Firewall pada RRAS Server diaktifkan agar lalu lintas data yang diteruskan oleh RRAS Server hanya data VPN.

116 Gambar 4.22 Scanning Port sebelum Firewall diaktifkan Dari gambar diatas dapat dilihat sebelum firewall diaktifkan banyak port yang terbuka. Hal ini sangat berbahaya karena port yang terbuka tersebut dapat dijadikan celah untuk masuk oleh penyusup.

117 Gambar 4.23 Scanning Port setelah Firewall diaktifkan Setelah Firewall diaktifkan port yang dibuka hanya satu yaitu port yang dipergunakan untuk melewatkan lalu lintas data VPN. Dari gambar diatas terlihat bahwa port yang dibuka ialah port 1723 untuk lalu lintas data VPN tipe PPTP. 4.4.5 Perencanaan Kapasitas Bandwidth Dari hasil analisa menggunakan Ethereal-Network Protocol Analyzer didapat bahwa tiap detiknya satu buah user menggunakan bandwith rata-rata sebesar 0,263 Mbps.

118 Gambar 4.24 Kapasitas Bandwidth Maka secara matematis dapat dihitung total user yang dapat mengakses sistem secara simultan adalah 11 Mbps 0,263 Mbps = 41 11 Mbps didapat dari jumlah bandwidth maksimal 802.11b Jadi dapat dikatakan bahwa sistem dapat menangani 41 user yang mengakses sistem secara simultan. Jumlah ini cukup untuk mengantisipasi penambahan mobile counter sewaktu waktu puncak. 4.4.6 Evaluasi Aplikasi Electronic Check-In Pada aplikasi electronic check-in ini kami melakukan evaluasi terhadap penanganan error yang sering terjadi pada saat implementasi, evaluasi user interface dan respon pengguna. Evaluasi respon pengguna dilakukan dengan tujuan sebagai bahan masukan untuk mengetahui tingkat keefektifan dari aplikasi yang dibuat, selain itu juga untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi didalamnya. Sehingga hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyempurnakan sistem electronic check-in ini dan untuk tahap perkembangan berikutnya.

119 4.4.6.1 Evaluasi Penanganan Error pada Aplikasi Penangangan error yang di evaluasi adalah penanganan error pada proses otentikasi, proses agreement, dan proses seating. Proses Otentikasi Proses Otentikasi pada sistem ini adalah dengan menggunakan nomor booking yang didapat penumpang pada saat pembelian tiket. Terkadang terjadi kesalahan yang dilakukan penumpang pada proses otentikasi, seperti belum memasukkan nomor booking, salah memasukkan nomor booking, dan melakukan check-in lebih dari satu kali. Jika nomor booking belum ditulis ke dalam kolom booking number maka akan keluar tulisan seperti pada gambar berikut. Gambar 4.25 Layar Check-In Pesan Error 1