BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah yang didakwa itu dapat dipersalahkan (Anonim,2009:271). Kebenaran materiil diperoleh melalui proses persidangan perkara pidana hal ini dipertegas oleh ketentuan pasal 183 KUHP alenia ke -4, hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal ini menjadi pedoman bagi hakim dalam menentukan keyakinannya, apakah terdakwa dapat dipidana atau tidak. Selain itu Pasal ini menentukan fungsi dari pada alat-alat bukti yang menjadi dasar keyakinan hakim. Di depan persidangan saling berhadapan antara Penuntut umum dengan Terdakwa. Penuntut umum berusaha semaksimal mungkin membuktikan kebenaran dakwaanya, di lain pihak terdakwa yang telah didakwa melakukan tindak pidana baik dirinya sendiri menghadapi persidangan sendiri atau melalui pendampingan penasehat hukumnya berupaya meringankan dakwaan Penuntut umum. Posisi hakim berada di tengah-tengah antara mereka, Hakim yang berada diposisi penengah memeriksa dengan seksama, seraya menjatuhkan putusannya setelah menilai kebenaran yang didapatkan di depan persidangan. Sebagaimana diketahui jangka waktu antara pemeriksaan di depan persidangan dengan terjadinya commit tindak to pidana user dalam kurun waktu yang cukup 1

2 lama. Kurun waktu yang lama menjadikan parapihak utama juga mereka yang menjadi saksi lupa atas peristiwa pidana yang pernah terjadi bagaimanapun daya ingat manusia memiliki keterbatasan. Atas dasar hal yang demikian ini untuk membantu hakim dalam memperoleh gambaran atas peristiwa yang pernah terjadi diadakan rekonstruksi (reka ulang). Mengingat betapa rumitnya proses pembuktian peristiwa pidana yang diperiksa oleh hakim maka para pihak diharapkan dalam menjalani proses persidangan hendaknya berkonsentrasi benar dalam setiap tahap pemeriksaan sesuai dengan kedudukan masing-masing. Atas dasar hal ini, maka kedudukan alat bukti memiliki peran yang sangat signifikan. Apabila ditilik dari urutanurutan pencantuman alat-alat bukti sebagaimana dirumusakan dalam pasal 184 KUHP, maka alat bukti keterangan saksi menduduki urutan pertama. Hal ini dapat diartikan bahwa alat bukti keterangan saksi menjadi titik berat utama dalam proses pembuktian di depan persidangan. Meskipun keterangan saksi merupakan titik berat bagi pembuktian perkara pidana di depan persidangan, akan tetapi hakim di depan persidangan tidak terikat penuh untuk menerima sebagaimana adanya. Hakim memiliki kewenangan penuh untuk memberikan penilaian terhadap kebenaran keterangan saksi yang dihadirkan di persidangan untuk dinilai kekuatannya sebagai alat bukti keterangan saksi. Pengertian sakasi di dalam hukum acara pidana meliputi saksi korban dan saksi atas perkara pidana yang terjadi. Penilaian hakim atas kebenaran kesaksian, baik keterangan yang diberikan oleh saksi korban maupun saksi peristiwa adalah sama. Dalam arti hakim harus mendapat keyakinan kebenaran keterangan yang telah di berikan oleh saksi di depan persidangan hal ini sesuai dengan kedudukan hakim yang Eer objective beoordeling van objective positive maksudnya segala jalanya harus diperhatikan oleh hakim baik dari sudut kepentingan masyarakat maupun dari sudut kepentingan terdakwa (Hari sasangka,lily Rosita 2003:5).

3 Berdasarkan penjabaran di atas maka penulis ingin menyusun penelitian hukum dengan judul TINJAUAN YURIDIS PENGABAIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN, PETUNJUK DAN BARANG BUKTI OLEH HAKIM SEBAGAI SANDARAN HUKUM PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PERUSAKAN BARANG MILIK ORANG LAIN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 45/PID/2011). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas maka perumusan masalah sangat penting untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas terkait dengan masalah yang diteliti, oleh karena itu dalam penelitian ini perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pengabaian keterangan saksi korban,petunjuk dan barang bukti oleh hakim sebagai sandaran hukum pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam perkara perusakan barang milik orang lain memenuhi kaedah pengajuan kasasi? 2. Bagaimanakah alasan hukum mahkamah agung dalam memeriksa dan memutus kasasi penuntut umum dalam perkara perusakan barang milik orang lain? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Tujuan diadakanya penelitian ini adalah :

4 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui sandaran hukum pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam perkara perusakan barang milik orang lain. b. Untuk mengetahui alasan hukum Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus kasasi penuntut umum dalam perkara perusakan barang milik orang lain 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk menyusun skripsi, sebagai persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada fakuultas hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam penelitian hukum dan pengembangan kerangka berfikir ilmiah. c. Untuk menerapkan teori yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah, khususnya dalam bidang Hukum Acara Pidana. D. Manfaat Penelitian Dapat kita ketahui bahwa bobot dari suatu penelitian juga di tentukan dari manfaatnya. dalam penulisan skripsi ini penulis mengharapkan manfaat dan kegunaan yang akan di peroleh sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan tentang konstruksi sandaran hukum pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam perkara perusakan barang milik orang lain. b. Dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang hukum acara pidana di Indonesia.

5 2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi para pihak yag terkait dan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan perimbangan yang menyangkut masalah ini. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian hukum (legal research) adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk menemukan koherensi, yaitu adakah aturan hukum yang sesuai dengan norma hukum dan adakah norma yang bersifat perintah atau larangan yang sesuai dengan prinsip hukum serta apakah tindakan seseorang tersebut sudah sesuai dengan norma hukum sehingga cukup disebut dengan penelitian yang bersifat normatif (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47-49). Pada penulisan hukum ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif karena ingin mengkaji masalah pengajuan kasasi atas dasar hakim tidak menerapkan hukum pembuktian dengan mengabaikan keterangan saksi, petunjuk dan barang bukti dalam perkara perusakan barang milik orang lain dalam putusan MA Nomor : 45 K / PID / 2011. 2. Sifat Penelitian Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai, keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-

6 rambu dalam melaksanakan aktivitas hukum (Peter Mahmud Marzuki,2005:22 ). Penelitian ini bersifat preskriptif yaitu dimaksudkan untuk memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Argumentasi di sini dilakukan untuk memberikan preskriptif atau penelitian mengenai benar atau penelitian mengenai benar atau salah menurut hukum terhadap fakta atau paristiwa hukum dari hasil penelitian tentang alasan pengajuan kasasi atas dasar hakim tidak menerapkan hukum pembuktian dengan mengabaikan keterangan saksi, petunjuk dan barang bukti dalam perkara perusakan barang milik orang lain dalam putusan MA Nomor : 45 K / PID / 2011. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seseorang peneliti untuk memanfaatkan hasil hasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu ilmu hukum lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa mengubah ilmu hukum sebagai ilmu normative. Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa pendekatan berikut ini ( Peter Mahmud Marzuki,2005: 93) : a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach) b. Pendekatan Kasus ( case approach ) c. Pendekatan Historis ( historical approach ) d. Pendekatan Perbandingan ( comparative approach ) e. Pendekatan Konseptual ( conceptual approach ) Adapun pendekatan yang dipakai dalam penulisan hukum ini adalah Pendekatan Kasus (case approach) dengan cara mengkaji putusan MA Nomor : 45K / PID/ 2011. Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan mempelajari penerapan norma-norma kaidah hukum yang dilakukan oleh praktek hukum. Misalnya mengenai commit kasus-kasus to user yang telah diputus dan putusan

7 tersebut telah memiliki kekuatan hukum tetap sebagaimana yang bisa dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. Jelas kasus-kasus yang terjadi bermakna empiris, namun dalam suatu penelitian normatif, kasus-kasus tersebut dipelajari untuk memperoleh gambaran terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam praktik hukum, serta menggunakan hasil anailisisnya untuk bahan masukan (input) dalam eksplanasi hukum (Johny Ibrahim, 2006:321 ). 4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum a. Jenis Bahan Hukum Dalam penelitian hukum pada dasarnya tidak mengenal adanya data, sehingga dalam penulisan hukum ini jenis bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder. b. Sumber Bahan Hukum 1) Sumber Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer terdiri dari peraturan-peraturan, catatan resmi, risalah dalam pembuatan Undang-Undang dan putusan hakim. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah: (a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang -Undang Hukum Pidana (KUHP) (c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (d) Undang Undang nomor 5 tahun 1991 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia (e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. (f) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

8 (g) Putusan Mahkamah Agung Nomor: 45K / PID. / 2011. 2) Sumber Bahan Hukum Sekunder Jenis bahan hukum yang secara langsung mendukung sumber hukum primer yang diperoleh dari literatur, peraturan perundangundangan dan dokumen-dokumen yang dalam hal ini berhubungan dengan obyek penelitian. Bahan Hukum sekunder adalah bahan yang diperoleh dari buku-buku teks, jurnal-jurnal hukum dan komentar atas putusan pengadilan yang berkaitan dengan alasan pengajuan kasasi atas dasar hakim tidak menerapkan hukum pembuktian dengan mengabaikan keterangan saksi, petunjuk dan barang bukti dalam perkara perusakan barang milik orang lain dalam putusan MA Nomor : 45 K / PID / 2011. 3) Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk memperoleh bahan hukum dalam penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang mendukung dan berkaitan dengan pemaparan penulisan hukum ini adalah studi dokumen (studi kepustakaan). Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunkan content analisys (Peter Mahmud Marzuki,2005:21). Studi dokumen ini berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen,laporan, arsip dan hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 5. Teknik Analisis Bahan Hukum Analisis bahan hukum merupakan tahapan yang dilalui peneliti dalam mengklasifikasi, menguraikan data yang diperoleh kemudian melalui proes pengolahan bahan hukum yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. commit Pada to user penelitian ini, menggunakan teknik

9 analisis silogisme deduktif. Dimana seperti pendapat Philipus M.Hadjon yang dikutip oleh Peter Mahmud Marzuki, bahwa penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor dan premis minor dari kedua premis tersebut yang kemudian ditarik suatu konklusi/kesimpulan (Peter Mahmud Marzuki, 2005:89-90). F. Sistematika Penulisan Hukum Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 ( empat) bab yang tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis membagi menjadi dua kategori yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori membahas mengenai tinjauan kepustakaan yang menjadi literature pendukung dalam pembahasan masalah penulisan hukum. Tinjauan pustaka dalam penulisan ini meliputi : tinjauan umum tentang pembuktian, tinjauan umum tentang upaya hukum, tinjauan umum tentang Upaya hukum,tinjauan umum tentang putusan hakim dan tinjauan umum tentang perusakan barang milik orang lain. Kerangka pemikiran membahas kerangka atau landasan yang penulis gunakan dalam penulisan hukum untuk memudahkan pemahaman alur berpikir.

10 BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan penbahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu : Bagaimana alasan hukum Mahkamah Agung menerima alasan kasasi Jaksa Penuntut Umum dalam kasus perusakan barang milik orang lain dan bagaimanakah alasan hukum Mahkamah Agung dalam memutus perkara perusakan barang milik orang lain. BAB IV :PENUTUP Pada bab ini diuraiakan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian ini yang tentu saja berpedoman pada hasil penelitian dan pembahasan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN