1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun pengangkutan barang barang dan hasil dari sumber daya alam berupa batubara, minyak, kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Perkembangan kehidupan dan kebutuhan masyarakat menyebabkan kebutuhan transportasi menjadi berkembang pesat, hal ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, disamping itu kapal laut juga diperlukan para pengusaha khususnya yang bergerak dibidang perkapalan. Pengusaha perkapalan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas memerlukan penambahan armada kapal, untuk itu diperlukan dana yang sangat besar sehingga kadang kadang memerlukan pinjaman modal, salah satu sumber keuangan para pengusaha adalah fasilitas kredit pinjaman bank. Fasilitas pinjaman kredit yang diberikan oleh bank biasanya dalam bentuk kredit investasi yang merupakan suatu perjanjian pokok, dimana setiap perjanjian pokok tersebut selalu diikuti dengan perjanjian accesoir atau ikutan yaitu yang berupa adanya jaminan. Jaminan kredit merupakan jaminan ikutan (accesoir) bagi perjanjian pokoknya dimana perjanjian kredit tersebut hanya
2 akan timbul jika ada perjanjian pokoknya. Jaminan kredit tersebut berlaku atau baru dapat dilelang untuk melunasi hutang pokoknya ditambah dengan bunga dan ongkos ongkos manakala debitur cidera janji atau wanprestasi terhadap hutangnya, dan apabila debitur tidak mengalami wanprestasi maka dengan sendirinya jaminan tersebut tidak dilelang oleh pihak kreditur dan akan diambil debitur apabila telah melunasi hutangnya. Jaminan merupakan hal yang sangat pokok dalam suatu perjanjian kredit karena jaminan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bank dalam mencairkan kredit kepada debitur. Jaminan merupakan suatu bentuk perlindungan bagi bank selaku kreditur apabila terjadi masalah ataupun kemacetan pengembalian pembayaran cicilan kredit oleh pihak debitur, dengan adanya jaminan tersebut apabila debitur tetap tidak dapat menyelesaikan pembayaran kreditnya maka bank biasanya akan melakukan penjualan atau pun pengeksekusian terhadap jaminan tersebut dan mengambil pelunasannya. Jaminan dibagi menjadi dua yaitu jaminan umum yang diatur di dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi dua yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan kebendaan Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek kapal, dan Hipotek pesawat. Para pengusaha perkapalan biasanya memberikan jaminan kepada bank berupa kapal baik yang dimiliki pada saat itu maupun yang masih dipesan, dalam hal ini pemberian fasilitas pinjaman kredit dapat melalui bentuk
3 pinjaman dengan pembebanan jaminan khusus kebendaan yang berupa jaminan hipotek pada kapal laut. Pengertian kapal laut menurut Pasal 130 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu. Kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 M 3 (dua puluh meter kubik) isi kotor, dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut ketentuan yang akan ditetapkan dalam Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang mulai berlaku tanggal 7 Mei 2008 sebagai pengganti dari Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Pasal 354 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran tersebut menyatakan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran adalah Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan yang dinyatakan tetap berlaku, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 353 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dapat disimpulkan ketentuan mengenai pendaftaran kapal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan dan dari Peraturan Pemerintah tersebut mengenai tata cara dan pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Keputusan Menteri Perhubungan
4 Republik Indonesia Nomor PM 13 tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal. Berdasarkan rumusan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kapal yang berukuran paling sedikitnya 20 M 3 dan telah dibukukan dalam register kapal dapat diikat dengan hipotek. Pasal 1162 KUHPerdata menyatakan bahwa hipotek merupakan hak kebendaan atas barang tak bergerak milik debitur yang dipakai sebagai jaminan. Hipotek sebagai hak kebendaan hanya terbatas pada hak untuk mengambil penggantian dari benda tidak bergerak bersangkutan untuk pelunasan suatu perikatan saja. Kredit bermasalah merupakan kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi macet, sedangkan kredit macet merupakan kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (dua puluh satu) bulan, atau penyelesaian krdit telah diserahkan kepada pengadilan atau BUPLN atau telah diajukan ganti kerugian kepada perusahaan asuransi kredit, dengan demikian dikatakan bahwa kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum seluruhnya kredit macet. Dalam praktek perbankkan apabila terjadi kredit macet ataupun bermasalah upaya yang biasa dilakukan oleh bank adalah memberikan perpanjangan waktu pinjaman apabila memenuhi syarat (pinjaman masih berputar efektif, modal masih diperlukan), yang kedua yaitu penjadwalan
5 kembali dengan memberikan kesempatan kepada debitur untuk mengadakan konsolidasi usahanya dengan cara penjadwalan kembali kredit (perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali), yang ketiga yaitu penataan kembali kredit dengan menambahkan kembali jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh pinjaman menjadi penyertaan ke dalam perusahaan tersebut, dan yang ke empat adalah dengan cara eksekusi benda jaminan apabila cara cara lain sudah tidak dapat ditempuh. Jadi eksekusi jaminan baru dilakukan pada tahap akhir. Yahya Harahap berpendapat, 1 bahwa eksekusi pada kapal laut yang telah dibebani hipotek dapat dilakukan apabila debitur wanprestasi. Jaminan hipotek kapal setelah adanya perjanjian kredit dalam pembebanannya diikat dengan akta surat kuasa memasang hipotek yang dibuat oleh Notaris, kemudian pembebanan hipotek dengan surat kuasa memasang hipotek tersebut didaftarkan di kantor pelabuhan dimana kapal yang menjadi objek jaminan tersebut terdaftar, dan akan dikeluarkan grosse akta hipotek kapal yang mempunyai status sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka oleh karena itu dengan menggunakan grosse akta hipotek tersebut, pemegang hipotek dapat meminta bantuan pengadilan untuk melakukan eksekusi atas kapal yang dibebani hipotek tersebut. Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata mengatur bahwa pemegang hipotek mempunyai hak menjual 1 M. Yahya Harahap, 2010, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Ctk. Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm 233.
6 sendiri kapal yang dibebani hipotek dimaksud baik melalui lelang ataupun dibawah tangan. Pada prakteknya terdapat salah satu kasus pada perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran di Kota Rengat dimana perusahaan tersebut mengajukan kredit investasi terhadap Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat guna membiayai kapal yang akan dibeli oleh perusahaan pelayaran tersebut, dan perusahaan tersebut menyerahkan kapal lain yang telah dimilikinya untuk dijadikan jaminan dalam perjanjian kreditnya, pada pengembalian pinjaman terjadi hambatan, sehingga debitur atas persetujuan dari bank selaku kreditur memilih melakukan penjualan sendiri kapal yang dibebani hipotek dari perusahaan pelayaran tersebut secara dibawah tangan. Pada saat eksekusi kapal kendala yang dihadapi adalah keberadaan kapal yang sering berpindah pindah bahkan terkadang berlayar tidak dalam wilayah Republik Indonesia, hal ini sangatlah menyulitkan bagi kreditur untuk melakukan eksekusi terlebih dalam hal penjualan sendiri secara dibawah tangan, hal tersebut dipandang sangat berisiko terlebih terhadap perlindungan bagi pihak kreditur yaitu bank selaku pemegang dari jaminan tersebut, selain itu banyak orang yang tidak memahami mengenai kualitas suatu kapal, tanpa bantuan oleh penilai kapal yang terdaftar maka penentuan harga kapal biasanya hanya dapat diketahui oleh pihak yang berkompeten sehingga harganya kurang kompetetif, dimana hal ini berpengaruh terhadap jumlah uang yang di dapat dari hasil eksekusi kapal yang digunakan untuk pelunasan utang debitur.
7 Pembebanan jaminan hipotek kapal setelah adanya jaminan kredit kemudian diikat dengan akta surat kuasa memasang hipotek oleh Notaris di Kota Rengat, setelah itu pembebanan hipotek kapal di daftarkan ke Kantor Pelabuhan Batam dimana kapal tersebut terdaftar, kemudian oleh Pejabat Pendaftaran dan Pencatat balik Nama Kapal akan dikeluarkan grosse akta, dimana grosse akta tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan keputusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Grosse akta tersebut dipegang oleh kreditur sebagai pemegang jaminan hipotek sehingga pada dasarnya jika debitur wanprestasi maka kreditur dengan sendirinya dapat mengeksekusi benda jaminan tersebut (Pasal 1178 ayat (2) KUHperdata), akan tetapi pada kenyataannya dalam praktek pihak yang mengeksekusi adalah dari debitur sendiri, dengan adanya hal - hal tersebut diatas maka menjadi hal yang menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Mengapa penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang timbul pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat dilakukan melalui penjualan dibawah tangan, sekalipun objek kapal tersebut tidak ada ditempat?
8 2. Apakah penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang dilakukan secara penjualan dibawah tangan oleh debitur tersebut telah memberikan perlindungan hukum terhadap bank sebagai pemegang jaminan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui alasan mengapa penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat yang dilakukan melalui penjualan di bawah tangan, sekalipun objek kapal tidak ada ditempat. 2. Untuk mengetahui apakah penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang dilakukan secara penjualan dibawah tangan oleh debitur tersebut telah memberikan perlindungan hukum terhadap bank sebagai pemegang jaminan D. Kegunaan Penelitian Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan bagi ilmu pengetahuan maupun pembangunan masyarakat luas, dengan kata lain penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan akademik maupun kegunaan praktis, yaitu sebagai berikut:
9 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang jaminan Hipotek kapal. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan serta masukkan bagi Notaris pada khususnya dalam pembuatan akta surat kuasa memasang Hipotek (SKMH) dan saran - saran hukumnya agar tidak menimbulkan hal hal yang merugikan bagi salah satu pihak. E. Keaslian Penelitian Kegiatan penelusuran dan Penelitian kepustakaan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan seksama, ternyata yang telah melakukan penelitian dan penulisan tentang Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hipotek Kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat, sejauh ini tidak diketemukan, akan tetapi terhadap pembebanan jaminan Hipotek kapal telah ada yang melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Yahya Junaedi SE. Pembebanan Kapal Sebagai Jaminan Kredit Di Kota Surabaya. 2 Tulisan ini membahas mengenai alasan - alasan beberapa bank di Kota Surabaya yang tidak mau memberikan kredit dengan Jaminan Kapal. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan 2 Yahya Junaedi, 2010, Pembebanan Kapal Sebagai Jaminan Kredit Di Kota Surabaya, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
10 yang dilakukan oleh penulis sekarang ini membahas mengenai Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hipotek Kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat. 2. Putri Kartini Karlina. Kajian Tentang Hipotek Kapal Laut Sebagai Jaminan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Investasi Antara PT. PSAP Dengan Bank Penjamin. 3 Tulisan ini membahas mengenai pengeksekusian penjualan kapal secara lelang dan perlindungan hukum bagi bank dalam hal debitur mengalami wanprestasi. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan yang dilakukan oleh penulis sekarang ini pengeksekusian penjualan kapal dilakukan secara dibawah tangan dan perlindungan hukum bagi bank karena pengeksekusian tersebut dilakukan oleh debitur. 3. Tuti Muhajji. Kapal Laut Sebagai Jaminan Hipotek Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cab Makassar. 4 Tulisan ini membahas mengenai alasan bank bersedia menerima kapal laut sebagai jaminan hipotek kapal dalam pemberian kredit kepada debitur dan perlindungan hukum bagi bank dalam hal debitur wanprestasi. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan yang dilakukan sekarang ini membahas mengenai alasan bank mau melakukan 3 Putri Kartini Karlina, 2010, Kajian Tentang Hipotek Kapal Laut Sebagai Jaminan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Investasi Antara PT. PSAP dengan Bank Penjamin, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4 Tutti Muhajji, 2003, Kapal Laut Sebagai Jaminan Hipotek Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk Cabang Makassar, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11 penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal secara dibawah tangan, dan perlindungan hukum bagi bank karena pengeksekusian jaminan hipotek kapal secara dibawah tangan tersebut dilakukan oleh debitur. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, karena dalam hal ini penulis melakukan penelitian mengenai Penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat sehingga oleh karenanya penulis beranggapan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang asli.