BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kebutuhan akan modal usaha dan investasi sebagai penunjang bisnis

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya masyarakat kota tapi juga masyarakat pedesaan, tetapi bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENGANTAR. sekaligus untuk menghadapi persaingan global. sarana transportasi yang ideal digunakan adalah transportasi darat baik bus

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

HIPOTIK KAPAL LAUT. Abdul Salam Fakultas Hukum Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

TINJAUAN TERHADAP RUU TENTANG HIPOTEK KAPAL *) Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M **)

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 168, (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889)

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT. dikembalikan oleh yang berutang. Begitu juga halnya dalam dunia perbankan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun pengangkutan barang barang dan hasil dari sumber daya alam berupa batubara, minyak, kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Perkembangan kehidupan dan kebutuhan masyarakat menyebabkan kebutuhan transportasi menjadi berkembang pesat, hal ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, disamping itu kapal laut juga diperlukan para pengusaha khususnya yang bergerak dibidang perkapalan. Pengusaha perkapalan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas memerlukan penambahan armada kapal, untuk itu diperlukan dana yang sangat besar sehingga kadang kadang memerlukan pinjaman modal, salah satu sumber keuangan para pengusaha adalah fasilitas kredit pinjaman bank. Fasilitas pinjaman kredit yang diberikan oleh bank biasanya dalam bentuk kredit investasi yang merupakan suatu perjanjian pokok, dimana setiap perjanjian pokok tersebut selalu diikuti dengan perjanjian accesoir atau ikutan yaitu yang berupa adanya jaminan. Jaminan kredit merupakan jaminan ikutan (accesoir) bagi perjanjian pokoknya dimana perjanjian kredit tersebut hanya

2 akan timbul jika ada perjanjian pokoknya. Jaminan kredit tersebut berlaku atau baru dapat dilelang untuk melunasi hutang pokoknya ditambah dengan bunga dan ongkos ongkos manakala debitur cidera janji atau wanprestasi terhadap hutangnya, dan apabila debitur tidak mengalami wanprestasi maka dengan sendirinya jaminan tersebut tidak dilelang oleh pihak kreditur dan akan diambil debitur apabila telah melunasi hutangnya. Jaminan merupakan hal yang sangat pokok dalam suatu perjanjian kredit karena jaminan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bank dalam mencairkan kredit kepada debitur. Jaminan merupakan suatu bentuk perlindungan bagi bank selaku kreditur apabila terjadi masalah ataupun kemacetan pengembalian pembayaran cicilan kredit oleh pihak debitur, dengan adanya jaminan tersebut apabila debitur tetap tidak dapat menyelesaikan pembayaran kreditnya maka bank biasanya akan melakukan penjualan atau pun pengeksekusian terhadap jaminan tersebut dan mengambil pelunasannya. Jaminan dibagi menjadi dua yaitu jaminan umum yang diatur di dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi dua yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan kebendaan Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek kapal, dan Hipotek pesawat. Para pengusaha perkapalan biasanya memberikan jaminan kepada bank berupa kapal baik yang dimiliki pada saat itu maupun yang masih dipesan, dalam hal ini pemberian fasilitas pinjaman kredit dapat melalui bentuk

3 pinjaman dengan pembebanan jaminan khusus kebendaan yang berupa jaminan hipotek pada kapal laut. Pengertian kapal laut menurut Pasal 130 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu. Kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 M 3 (dua puluh meter kubik) isi kotor, dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut ketentuan yang akan ditetapkan dalam Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang mulai berlaku tanggal 7 Mei 2008 sebagai pengganti dari Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Pasal 354 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran tersebut menyatakan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran adalah Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan yang dinyatakan tetap berlaku, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 353 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dapat disimpulkan ketentuan mengenai pendaftaran kapal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan dan dari Peraturan Pemerintah tersebut mengenai tata cara dan pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Keputusan Menteri Perhubungan

4 Republik Indonesia Nomor PM 13 tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal. Berdasarkan rumusan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kapal yang berukuran paling sedikitnya 20 M 3 dan telah dibukukan dalam register kapal dapat diikat dengan hipotek. Pasal 1162 KUHPerdata menyatakan bahwa hipotek merupakan hak kebendaan atas barang tak bergerak milik debitur yang dipakai sebagai jaminan. Hipotek sebagai hak kebendaan hanya terbatas pada hak untuk mengambil penggantian dari benda tidak bergerak bersangkutan untuk pelunasan suatu perikatan saja. Kredit bermasalah merupakan kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi macet, sedangkan kredit macet merupakan kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (dua puluh satu) bulan, atau penyelesaian krdit telah diserahkan kepada pengadilan atau BUPLN atau telah diajukan ganti kerugian kepada perusahaan asuransi kredit, dengan demikian dikatakan bahwa kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum seluruhnya kredit macet. Dalam praktek perbankkan apabila terjadi kredit macet ataupun bermasalah upaya yang biasa dilakukan oleh bank adalah memberikan perpanjangan waktu pinjaman apabila memenuhi syarat (pinjaman masih berputar efektif, modal masih diperlukan), yang kedua yaitu penjadwalan

5 kembali dengan memberikan kesempatan kepada debitur untuk mengadakan konsolidasi usahanya dengan cara penjadwalan kembali kredit (perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali), yang ketiga yaitu penataan kembali kredit dengan menambahkan kembali jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh pinjaman menjadi penyertaan ke dalam perusahaan tersebut, dan yang ke empat adalah dengan cara eksekusi benda jaminan apabila cara cara lain sudah tidak dapat ditempuh. Jadi eksekusi jaminan baru dilakukan pada tahap akhir. Yahya Harahap berpendapat, 1 bahwa eksekusi pada kapal laut yang telah dibebani hipotek dapat dilakukan apabila debitur wanprestasi. Jaminan hipotek kapal setelah adanya perjanjian kredit dalam pembebanannya diikat dengan akta surat kuasa memasang hipotek yang dibuat oleh Notaris, kemudian pembebanan hipotek dengan surat kuasa memasang hipotek tersebut didaftarkan di kantor pelabuhan dimana kapal yang menjadi objek jaminan tersebut terdaftar, dan akan dikeluarkan grosse akta hipotek kapal yang mempunyai status sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka oleh karena itu dengan menggunakan grosse akta hipotek tersebut, pemegang hipotek dapat meminta bantuan pengadilan untuk melakukan eksekusi atas kapal yang dibebani hipotek tersebut. Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata mengatur bahwa pemegang hipotek mempunyai hak menjual 1 M. Yahya Harahap, 2010, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Ctk. Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm 233.

6 sendiri kapal yang dibebani hipotek dimaksud baik melalui lelang ataupun dibawah tangan. Pada prakteknya terdapat salah satu kasus pada perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran di Kota Rengat dimana perusahaan tersebut mengajukan kredit investasi terhadap Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat guna membiayai kapal yang akan dibeli oleh perusahaan pelayaran tersebut, dan perusahaan tersebut menyerahkan kapal lain yang telah dimilikinya untuk dijadikan jaminan dalam perjanjian kreditnya, pada pengembalian pinjaman terjadi hambatan, sehingga debitur atas persetujuan dari bank selaku kreditur memilih melakukan penjualan sendiri kapal yang dibebani hipotek dari perusahaan pelayaran tersebut secara dibawah tangan. Pada saat eksekusi kapal kendala yang dihadapi adalah keberadaan kapal yang sering berpindah pindah bahkan terkadang berlayar tidak dalam wilayah Republik Indonesia, hal ini sangatlah menyulitkan bagi kreditur untuk melakukan eksekusi terlebih dalam hal penjualan sendiri secara dibawah tangan, hal tersebut dipandang sangat berisiko terlebih terhadap perlindungan bagi pihak kreditur yaitu bank selaku pemegang dari jaminan tersebut, selain itu banyak orang yang tidak memahami mengenai kualitas suatu kapal, tanpa bantuan oleh penilai kapal yang terdaftar maka penentuan harga kapal biasanya hanya dapat diketahui oleh pihak yang berkompeten sehingga harganya kurang kompetetif, dimana hal ini berpengaruh terhadap jumlah uang yang di dapat dari hasil eksekusi kapal yang digunakan untuk pelunasan utang debitur.

7 Pembebanan jaminan hipotek kapal setelah adanya jaminan kredit kemudian diikat dengan akta surat kuasa memasang hipotek oleh Notaris di Kota Rengat, setelah itu pembebanan hipotek kapal di daftarkan ke Kantor Pelabuhan Batam dimana kapal tersebut terdaftar, kemudian oleh Pejabat Pendaftaran dan Pencatat balik Nama Kapal akan dikeluarkan grosse akta, dimana grosse akta tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan keputusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Grosse akta tersebut dipegang oleh kreditur sebagai pemegang jaminan hipotek sehingga pada dasarnya jika debitur wanprestasi maka kreditur dengan sendirinya dapat mengeksekusi benda jaminan tersebut (Pasal 1178 ayat (2) KUHperdata), akan tetapi pada kenyataannya dalam praktek pihak yang mengeksekusi adalah dari debitur sendiri, dengan adanya hal - hal tersebut diatas maka menjadi hal yang menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Mengapa penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang timbul pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat dilakukan melalui penjualan dibawah tangan, sekalipun objek kapal tersebut tidak ada ditempat?

8 2. Apakah penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang dilakukan secara penjualan dibawah tangan oleh debitur tersebut telah memberikan perlindungan hukum terhadap bank sebagai pemegang jaminan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui alasan mengapa penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat yang dilakukan melalui penjualan di bawah tangan, sekalipun objek kapal tidak ada ditempat. 2. Untuk mengetahui apakah penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal yang dilakukan secara penjualan dibawah tangan oleh debitur tersebut telah memberikan perlindungan hukum terhadap bank sebagai pemegang jaminan D. Kegunaan Penelitian Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan bagi ilmu pengetahuan maupun pembangunan masyarakat luas, dengan kata lain penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan akademik maupun kegunaan praktis, yaitu sebagai berikut:

9 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang jaminan Hipotek kapal. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan serta masukkan bagi Notaris pada khususnya dalam pembuatan akta surat kuasa memasang Hipotek (SKMH) dan saran - saran hukumnya agar tidak menimbulkan hal hal yang merugikan bagi salah satu pihak. E. Keaslian Penelitian Kegiatan penelusuran dan Penelitian kepustakaan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan seksama, ternyata yang telah melakukan penelitian dan penulisan tentang Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hipotek Kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat, sejauh ini tidak diketemukan, akan tetapi terhadap pembebanan jaminan Hipotek kapal telah ada yang melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Yahya Junaedi SE. Pembebanan Kapal Sebagai Jaminan Kredit Di Kota Surabaya. 2 Tulisan ini membahas mengenai alasan - alasan beberapa bank di Kota Surabaya yang tidak mau memberikan kredit dengan Jaminan Kapal. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan 2 Yahya Junaedi, 2010, Pembebanan Kapal Sebagai Jaminan Kredit Di Kota Surabaya, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

10 yang dilakukan oleh penulis sekarang ini membahas mengenai Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hipotek Kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat. 2. Putri Kartini Karlina. Kajian Tentang Hipotek Kapal Laut Sebagai Jaminan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Investasi Antara PT. PSAP Dengan Bank Penjamin. 3 Tulisan ini membahas mengenai pengeksekusian penjualan kapal secara lelang dan perlindungan hukum bagi bank dalam hal debitur mengalami wanprestasi. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan yang dilakukan oleh penulis sekarang ini pengeksekusian penjualan kapal dilakukan secara dibawah tangan dan perlindungan hukum bagi bank karena pengeksekusian tersebut dilakukan oleh debitur. 3. Tuti Muhajji. Kapal Laut Sebagai Jaminan Hipotek Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cab Makassar. 4 Tulisan ini membahas mengenai alasan bank bersedia menerima kapal laut sebagai jaminan hipotek kapal dalam pemberian kredit kepada debitur dan perlindungan hukum bagi bank dalam hal debitur wanprestasi. Letak perbedaan dengan penulis terdahulu yaitu pada penulisan yang dilakukan sekarang ini membahas mengenai alasan bank mau melakukan 3 Putri Kartini Karlina, 2010, Kajian Tentang Hipotek Kapal Laut Sebagai Jaminan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Investasi Antara PT. PSAP dengan Bank Penjamin, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4 Tutti Muhajji, 2003, Kapal Laut Sebagai Jaminan Hipotek Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk Cabang Makassar, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

11 penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal secara dibawah tangan, dan perlindungan hukum bagi bank karena pengeksekusian jaminan hipotek kapal secara dibawah tangan tersebut dilakukan oleh debitur. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, karena dalam hal ini penulis melakukan penelitian mengenai Penyelesaian kredit macet dengan jaminan hipotek kapal pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Rengat sehingga oleh karenanya penulis beranggapan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang asli.