Peranan Gender di Industri Kopi

dokumen-dokumen yang mirip
Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN PERTANIAN 10/24/2007 ARTI PENTING SEKTOR PERTANIAN. PERTANIAN : Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Proyek TPSA Mengadakan Tiga Pelatihan tentang Analisis Gender dalam Perdagangan bagi Pejabat Kementerian Perdagangan Indonesia

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. GAMBARAN UMUM SL PHT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

GENDER PADA RANTAI NILAI GLOBAL

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Alang-alang dan Manusia

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN

Pembelajaran Pada Portofolio Pertanian Berkelanjutan (Community-Based Sustainable Agriculture)

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1.Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Bandeng di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Lestari Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal No. Resp.

Menganalisis lebih jauh jumlah angka BPS

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No pembangunan Pertanian perlu diberi Perlindungan dan Pemberdayaan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan hak dasar Setiap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2014

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN WATANG BACUKI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMEN-KP/2014 TENTANG

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA KE-36 TAHUN 2016, DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH TANGGAL 29 OKTOBER 2016

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Transkripsi:

Peranan Gender di Industri Kopi Gambaran Umum Lota Bertulfo Senior Gender Specialist TPSA Project Conference Board of Canada conferenceboard.ca

Peranan Gender di Rantai Nilai Penyediaan saprodi Jual beli Produksi Pengolahan Konsumsi Pembibitan Pengolah tingkat desa Pasar lokal Pengecer saprodi lokal Petani Pengumpul Pedagang lokal Peda gang regio nal Pasar regional Koperasi Pengekspor Pasar Ekspor 2

GENDER DIVISION OF LABOUR MEN Persiapan lahan Pengeringan Penanaman Roasting Pengumpul Pedagang Pemetikdibayar Pengepakan WOMEN Pemetik-tidak dibayar Pemilihan Training Exporters Penyuluh Pertanian Pelayanan pendanaan Pengumpul Pemasaran 3

Mengapa penting untuk mengetahui peranan gender pada produksi kopi? Karena laki-laki dan perempuan didalam satu keluarga mempunyai peran yang berbeda Mengetahui siapa mengerjakan apa dalam produksi kopi akan membantu untuk memastikan bahwa: upaya pembangunan kapasitas petani kopi, baik laki-laki maupun perempuan, (misal: penguasaan teknologi baru) dapat tepat sasaran training dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan petani (lakilaki/perempuan) training pengembangan kapasitas dalam penguasaan teknologi produksi akan lebih efektif, dan pada akhirnya akan membawa pada hasil produksi yang lebih baik 4

Peranan gender dalam produksi kopi Dalam pertanian kopi, semua anggota keluarga (ayah, ibu, anak lakilaki, anak perempuan) biasanya terlibat Laki-laki Persiapan lahan Pembenihan dan penyetekan Penanaman Pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyemprotan?) Pemanenan Pengeringan Pemilihan Pengepakan Penyimpanan Perempuan Penanaman Pemeliharaan tanaman Pemanenan Pengeringan Pemilihan 5

Pertimbangan gender dalam produksi kopi Karena perempuan berperan besar dalam kerja-kerja re-produktif (mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, memelihara anak, memelihara orang tua, anggota keluarga yang sakit), mereka tidak punya waktu banyak untuk melakukan peran produktif (pekerjaan yang mendapat bayaran). Melakukan tugas-tugas re-produktif dan produktif merupakan beban ganda bagi perempuan. Tidak semua petani laki-laki. Ada juga petani perempuan. Training yang berkaitan dengan teknologi produksi seringkali diberikan hanya kepada kepala keluarga. Perempuan kehilangan kesempatan dalam berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari training, padahal mereka juga memerlukan, karena sama-sama terlibat dalam produksi kopi seperti halnya la-laki. 6

Perempuan dan teknologi pertanian Petani perempuan cenderung lebih nyaman berkomunikasi dengan penyuluh perempuan. Mereka mungkin lebih sungkan dengan penyuluh laki-laki, dan segan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga menghambat proses pembelajaran penguasaan teknologi baru. Perempuan cenderung kurang percaya diri ketika mempelajari teknologi baru, tetapi begitu mereka mengetahui bagaimana cara penggunaannya, mereka cenderung lebih teliti ketika mengaplikasi. Agar training untuk meningkatkan kapasitas dalam teknologi pertanian lebih efektif, beberapa hal sehubungan dengan peran perempuan perlu dipertimbangkan: Pertimbangan fisik: mobilitas (apakah perempuan bisa pergi tanpa perlu dampingan); keamanan (transportasi ke tempat training, situasi tempat training, apakah aman) Pertimbangan logistik: akses ke lokasi training (apakah dekat rumah, transport tidak mahal, durasi traning, waktu training (malam atau siang, apakah training dilaksanakan pada jam-jam yang longgar dari tugas rumah tangga). 7

Gender dan perubahan iklim Perubahan iklim memberikan dampak yang lebih besar bagi mereka yang sumber hidupnya sangat tergantung pada sumberdaya alam, dan/atau mereka yang memiliki kapasitas lemah dalam menghadapi bencana alam seperti kekeringan, longsor, banjir, angin topan. Perempuan miskin menghadapi resiko yang lebih tinggi dan beban yang lebih berat dari dampak perubahan iklim. Keterbatasan perempuan dalam proses-proses pengambilan keputusan menghalangi mereka untuk berkontribusi dalam perencanaan/pembuatan kebijakan dan implementasi yang berhubungan dengan perubahan iklim. Padahal wanita bisa (dan melakukan) peran penting dalam me-respon perubahan iklim karena pengetahuan lokal dan kepemimpinan mereka, misalnya dalam pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan dan/ atau praktek-praktek berkelanjutan lainnya di tingkat rumah tangga dan masyarakat. Source: UN Framework Convention on Climate Change 8

Terima kasih conferenceboard.ca