BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

dokumen-dokumen yang mirip
TITIK ARIYANI HALIMAH A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

YUNICA ANGGRAENI A

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menyatakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bercitarasa tinggi, serta teknik penyajiannya yang benar. Dan Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki 4 (empat) kompetensi, yakni kompetensi membaca, menulis, menyimak, dan

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IV MI AL MUHAJIRIEN JAKAPERMAI KECAMATAN BEKASI BARAT

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI

berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup dan terampil dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

Nunuk Jarwati SD Negeri Sirapan 01 Madiun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

PEMBELAJARAN MENEMUKAN NILAI-NILAI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (C T L)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah ini sudah lama dicoba di atasi

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. itu, matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai sekolah dasar sampai

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Itulah yang terjadi pada umumnya di sekolah-sekolah di Indonesia, sehingga hasil belajar siswa masih dikategorikan rendah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pembelajaran yang berorientasi pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membekali anak memecahkan persoalan baik jangka panjang maupun jangka pendek dalam kehidupannya. Agar siswa mudah menerima dan mengaplikasikan pelajaran yang disampaikan oleh guru maka diperlukan suatu pendekatan dalam mengajar karena penggunaan pendekatan dalam mengajar merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan minat belajar dan penopang keberhasilan mengajar guru Karya sastra muncul dari pengalaman hidup manusia baik pengalaman diri sendiri; pengalamannya dalam berhubungan dengan orang lain, keluaraga, dan masyarakat sebagai manusia yang berbudaya; maupun pengalaman iman dengan yang transedens (Illahi). Menurut Rahmanto, ada tiga jenis dorongan manusia 1

2 yang menyebabkan penulisan karya sastra, yaitu dorongan religius, sosial dan personal (1999:13-14). Cerita pendek sebagai salah satu bentuk karya sastra mengungkap berbagai realita dinamika kehidupan. Cerita pendek adalah karya sastra yang mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsi mengenai kehidupan, menimbulkan hempasan dalam pikiran pembaca, dan mengandung perincian dan insiden-insiden yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. Sebagai karya sastra berbentuk prosa, cerita pendek bersifat rekaan fiktif yang isinya tentang penggalan kisah seorang tokoh dalam kehidupannya di satu situasi serta ceritanya relatif pendek. Cerita pendek harus mampu menggugah minat orang untuk membacanya, memberi kearifan hidup, sehingga mampu menggerakkan pembaca untuk menjalani hidup yang lebih baik. Dengan demikian pembelajaran cerpen di sekolah sangat menunjang pendidikan. Lembaga pendidikan formal, dalam hal ini sekolah melalui kurikulumnya memberikan peluang kepada siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan menulis cerita pendek. Hal tersebut dapat dilihat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, dengan standar kompetensi : mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai bentuk tulisan sastra melalui menulis puisi, cerpen dan menciptakan karya sastra. Namun demikian, bukti di lapangan menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih dangkal. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya karya sastra yang dihasilkan oleh para siswa. Tidak berminatnya siswa dalam

3 belajar sasta, jikapun ada siswa yang tertarik dengan sastra mereka kesulitan untuk memulai berkarya. Faktor yang melatar belakangi hal tersebut di atas, diantaranya, pertama, karena terbatasnya waktu yang disediakan kurikulum untuk latihan keterampilan menulis. Kedua, bahan-bahan untuk pembelajaran sastra relatif kurang. Ketiga, guru tidak kreatif mengemas model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk membangkitkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Bagian paling sulit dalam manulis adalah mengetahui apa yang akan ditulis, yaitu apa temanya, dan bagaimana memulainya Purba (2008:59), Guru sebagai penunjuk jalan bagi siswa yang sedang mulai mencintai sastra, oleh karena itu guru sastra harus mengetahui secara jelas liku-liku jalan dan menguasai benar berbagai obyek yang menjadi perhatian siswa. Berkenaan dengan rendahnya kemampuan menulis para siswa pada saat ini, Tarigan dalam Barnas memberikan komentar bahwa pengajaran menulis belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kemampuan menulis siswa masih sangat kurang dan mereka belum mampu menuangkan ide dan pikirannya secara sempurna. (www.wodpress.com,diakses 29-06-2009). Demikian juga dengan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Menulis bukanlah sebuah kerangka ilmu yang bisa diceramahkan begitu saja. Karakteristiknya sebagai sebuah keterampilan membuatnya menjadi pengetahuan individual yang harus dipraktikkan. Rendahnya keterampilan menulis cerpen siswa kemungkinan disebabkan karena pola pembelajaran yang monoton, sehingga siswa bosan untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian

4 guru atau pengajar harus menggunakan metode mengajar yang baik sebagai alat untuk menyampaikan materi agar proses belajar tidak monoton sehingga siswa lebih kreatif. Rusyana pernah melakukan penelitian mengenai guru dalam mengajarkan sastra. Dari hasil penelitiannya Rusyana dalam Sarumpaet (2008:112) menyimpulkan bahwa, Sekitar 41 % guru kurang mengetahui bagaimana cara mengajarkan sastra. Pendekatan Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa secara bersama-sama. Hal ini disebabkan karena dalam pendekatan ini siswa dituntut aktif (belajar internal), yaitu kemauan belajar siswa dituntut dari kesadarannya sendiri, sehingga akan membawanya senang terhadap belajar dan tidak menganggapnya sebagai beban. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal ini guru ingin mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen dari pengalaman mereka berdasarkan peristiwa gempa bumi di Aceh, karena aceh tenggara pernah mengalami gempa bumi yang cukup dasyat. Pembelajaran ini juga melibatkan tujuh komponen utama yaitu kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), pemodelan (modeling), penilain sebenarnya (authentic assessment), masyarakat belajar (learning commmunity), refleksi (reflection).

5 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti sekolah menengah atas untuk meneliti bagaimana cara untuk menghindari hal-hal yang dapat terjadi di atas, serta agar tercapai tujuan pengajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai sebuah model pembelajaran yang merangsang kreativitas siswa karena itu penulis membuat judul Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Oleh Siswa Kelas X Sma Negeri 2 Lawe Sigala-Gala Aceh Tenggara Tahun Pembelajaran 2008/2009. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang terperinci akan memudahkan penelitian terutama dari segi kemampuannya. Identifikasi masalah yang jelas akan menjadikan penelitian menjadi semakin terarah. Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang dapat di identifikasi, masalah tersebut ialah bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen, apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dan apakah memilih pendekatan dalam belajar berpengaruh kepada kemampuan siswa dalam menulis cerpen. C. Pembatasan Masalah Dalam suatu penelitian setiap masalah dibatasi atau difokuskan, karena apabila suatu permasalahan tidak ada penyempitan pembatasan masalahnya maka akan mendapat masalah dari luar dan mempersulit dalam pemecahan

6 masalahnya.hal ini disebabkan karena terlalu luasnya masalah yang akan dikerjakan. Oleh karena itu dengan keterbatasan kemampuan dana dan waktu yang dimiliki oleh peneliti maka penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Siswa Menulis Cerpen. Dan adapun cerpen yang akan di tulis siwa adalah cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lawe Sigala-Gala Aceh Tenggara Tahun Pembelajaran 2008/2009 D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara sebelum menggunakan pendekatan kontekstual oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Lawe Sigala- Gala Aceh Tenggara? 2. Bagaimanakah kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara sesudah menggunakan pendekatan kontekstual oleh Siswa kelas X SMA Negeri 2 Lawe Sigala-Gala Aceh Tenggara? 3. Sejauh mana pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di

7 Aceh Tenggara oleh Siswa kelas X SMA Negeri 2 Lawe Sigala-Gala Aceh Tenggra? E. Tujuan penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, penelitian ini di lakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara sebelum menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas X SMU Negeri 2 Lawe Sigala-gala Aceh Tenggara Tahun Pembelajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara sesudah menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas X SMU Negeri 2 Lawe Sigala-gala Aceh Tenggara Tahun Pembelajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman dari peristiwa gempa bumi di Aceh Tenggara kelas X SMU Negeri 2 Lawe Sigala-Gala Aceh Tenggara Tahun Pembelajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian Pada hakikatnya penelitian mempunyai manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk perkembangan ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi orang yang membacanya.

8 Sesuai dengan judul yang diangkat penulis, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembacanya. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi guru bahasa Indonesia khususnya bagi guru pemula sebagai modal mengajar di sekolah agar siswa tidak bosan. 2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru bahasa indonesia sebagai bahan masukan dan pengembangan wawasan metode pengajaran yang baru. 3. Membantu meningkatkan kwalitas pada sekolah yang bersangkutan. 4. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan literatur dalam pendidikan 5. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual dalam belajar dan secara khusus untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual dalam menulis cerpen