BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

KATA PENGANTAR. TEKNIK PENGOLAHA KELAPA SAWIT PERANCANGAN SCREW PRESS Page 1

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

DEFINISI. lipids are those substances which are

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa biji ditanam di kebun raya bogor, sementara sis1a benihnya ditanam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

4 Pembahasan Degumming

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Penentuan Kadar Minyak pada Ampas Hasil Pressan. - Sampel ampas yang keluar dari stasiun pressan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB II LANDASAN TEORI. alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesaia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukan diiukuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. (Yan Fauzi, 2004) 2.1.2 Tipe (Varietas) Kelapa Sawit Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal beberapa varietas antara lain : 1. Dura Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak dapat terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina. 2. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak banyak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil. 4. Macro carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm sedangkan daging buahnya tipis sekali. (Tim Penulis, 1997) 2.1.3 Pemanenan dan Transportasi Panen Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg tandan buah segar. Dengan kriteria panen ini, diharapkan kandungan minyak dalam tandan buah segar optimal dengan kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis. Kematangan ini ditandai oleh warna buah. Buah sawit berwarna hitam bila masih muda, dan berubah menjadi orange-merah pada saat matang. Buah di bagian dalam janjangan buah relatif gepeng, lebih kecil dan kurang berpigmen dibanding buah di bagian luar. Pada minggu-minggu terakhir proses pematangan buah, pada saat poduksi minyak meningkat, warna buah berubah dengan cepat dari kuning menjadi lebih kemerahan. Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen biasanya < 0,3%. Asam lemak bebas minyak yang diperoleh dari buah yang tetap

berada pada janjang sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1,2%. Sedangkan, asam lemak bebas brondolan biasanya sekitar 5,0%. Di lain pihak, sangat jarang diperoleh asam lemak bebas dibawah 2% pada crude palm oil hasil produksi perkebunan kelapa sawit, biasanya sekitar 3%. Peningkatan asam lemak bebas yang mencapai sekitar 20 kali ini terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah di tempat pemungutan, penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat transpor pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian buah ke lori. tandan buah segar yang memar juga akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang membantu mempercepat kenaikan asam lemak bebas oleh karena kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, di antara besi, yang menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak. Selain berpengaruh terhadap asam lemak bebas, kerusakan buah pada saat panen juga menurunkan daya pemucatan crude palm oil yang diperoleh. Warna dan inti juga menjadi lebih gelap pada buah yang rusah atau lewat matang.

Tabel 1. Kriteria Kematangan Buah Fraksi buah Kategori Persyaratan Jumlah brondolan Fraksi 00 (F-00) Fraksi 0 (F-0) Sangat mentah (afkir) 0.0% Maks 3.0% Tidak ada 1-12.5 buah luar Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Kurang matang Matang I Matang II F1+F2+F3 min 85% 12.5-25% buah luar 25-50% buah luar 50-75% buah luar Fraksi 4 Fraksi 5 Lewat matang Terlalu matang Maks 10% Maks 2.0% < 75% buah luar Buah dalam membrondol Brondolan Tandan kosong Buah busuk Panjang tangkai TBS Maks 10% 0.0% 0.0% Maks 2.5% (PPKS. Medan) 2.1.4. Standar Mutu Kelapa Sawit Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adlah titik cair dan kandungan gliserida, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. Standar mutu Special Pime Bleach (SPB) atau standar perusahaan, dibandingkan dengan mutu umum (ordinary), dapat dilihat dari tabel 2. Tabel 2. Standar Mutu SPB dan Ordinary Kandungan SPB Umum Asam lemak bebas 1-2 3-5 Kadar air (%) 0,1 0,1 Kotoran (%) 0,002 0,01 Besi (p.p.m) 10 10 Tembaga (p.p.m) 0,5 0,5 Bilangan Iod (p.p.m) 53 ± 1,5 45-56 Karotene (p.p.m) 500 500-700 Tokoferol (p.p.m) 800 400-600 ( Ketaren, 1986 ) 2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan yang terdapat pada pabrik minyak sawit adalah memproses buah kelapa sawit menjadi minyak. Pada proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi sangat memerlukan peralatan modern yang dapat menunjang mutu dari hasil pengolahan. Tujuan dari pengolahan kelapa sawit adalah untuk memperoleh

minyaknya dengan kadar dan rendemen yang tinggi, sehingga kehilangan minyak dapat ditekan dengan sekecil mungkin. Teknik-teknik pengolahan kelapa sawit semakin hari semakin berkembang, dimana pada setiap proses pengolahan kehilangan minyak masih sering terjadi terutama pada proses pengempaan yaitu minyak yang terikut pada ampas. Pada dasarnya pengolahan buah kelapa sawit tujuannya adalah pengutipan minyak dari buahnya, disamping itu juga pengutipan inti dari bijinya yang diolah untuk menghasilkan minyak inti sawit. Dengan semakin meningkatnya teknologi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan minyak, maka perusahaan yang mengolah kelapa sawit semakin meningkatkan produksi dan mutu dengan penekanan biaya pengolahan yang sekecilkecilnya. Proses pengolahan kelapa sawit sehingga sehingga menghasilkan bahan setengah jadi mempunyai beberapa tahapan pengolahan yaitu : Stasiun Pemeriksaan/Penerimaan Buah (Loading Ramp). Stasiun Perebusan (Sterilizer). Stasiun Penebahan (Thresher). Stasiun Pencacahan (Digester). Stasiun Pengepresan (Presser). Stasiun Pengutipan Minyak (Clarifikasi). Stasiun Pengutipan Inti (Kernel). (PTPN III, 2002)

2.3 Lemak dan Minyak 2.3.1. Sifat Lemak dan Minyak Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak hampir sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar. (Yazid et al,) Lemak dan minyak mempunyai sifat antara lain: 1. Kelarutan Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Lemak dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida. 2. Pengaruh Panas Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan nyata pada tiga titik suhu (a). Titik cair Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik cair. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 30 0 C dan 40 0 C. Titik cair untuk lemak adalah di bawah suhu udara biasa. (b). Titik asap Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap dengan bau karakteristik menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak mulai berasap

pada suhu di atas 200 0 C. Umumnya, minyak nabati mempunyai titik asap lebih tinggi daripada lemak hewani. Titik asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak yang sesuai untuk keperluan menggoreng. (c). Titik nyala Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala. 3. Plastisasi Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisasi lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masingmasing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu, sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis. Rentangan suhu di mana lemak menunjukkan watak plastis dikenal sebagai rentangan suhu plastis plastic range lemak tersebut. 4. Ketengikan Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada proses ketengikan, yaitu oksidasi dan hidrolisis. (a) Oksidasi Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen dari udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul trigliserida dan dapat terbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa tengik yang tidak sedap. Reaksi ini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-logam dalam konsentrasi amat kecil, khususnya tembaga.

5. Saponifikasi Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses ini dikenal sebagai saponifikasi. (Gaman et al, 1981) 2.3.2 Reaksi Lemak dan Minyak Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi, hidrogenasi dan esterifikasi. 1. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan kerusakan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut. 2. Oksidasi Proses oksidasi dapat berlansung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukkan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. 3. Hidrogenasi Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak.

Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya. Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/kecepatan suatu reaksi dan diperoleh kembali di akhir reaksi. (Mulyono HAM, 2006). Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal komplek antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam bebas, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam bebas dapat terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh. 4. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yand disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap. (Ketaren S, 1986)

2.4 Proses-Proses pada Stasiun pengepresan 2.4.1 Pelumatan Buah (Digester) Buah yang masuk ke dalam ketel aduk (digester) yang dilengkapi dengan pisau pengincang dan termometer disebut sebagai Material Pressing Digester (MPD), diaduk dan dilumat pada suhu stabil sedemikian rupa sehingga besar daging buah sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik jika isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinyu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektivitas pelumatan. Suhu massa digester harus dipertahankan 90-95 0 C. Untuk menjaga suhu pada kondisi ini, digester dilengkapi dengan steam jacket yang dipanaskan dengan uap bebas, tetapi jika steam jacket tidak dapat menaikkan suhu 90-95 0 C, dipakai uap baru langsung melalui injector. 2.4.2 Pengempaan Buah (Screw Press) Massa yang keluar dari digester dibawa ke kempa ulir (screw press) untuk dikempa atau diperas menghasilkan minyak dan ampas. Alat ini bekerja dengan cara putar dan tekan terdiri dari 2 jenis, yakni single pressing dan double pressing. Pengempaan dilakukan pada tekanan cone 30-50 bar dengan menggunakan air pengencer bersuhu 90-95 0 C sebanyak 15-20% dari tandan buah segar. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk mempermudah pemisihan biji dan serat.

2.4.3 Pemecahan Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyor) Ampas kempa yang masih bercampur biji berbentuk gumpalan-gumpalan dibawa ke Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk dipecahkan. Alat ini terdiri dari pedal yang diikat pada poros yang berputar, kemiringan pedal diatur sehingga pemecahan gumpalan-gumpalan terjadi dengan sempurna, sambil mendorongnya perlahan-lahan menuju depericarper dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar. 2.4.4 Pemisahan Ampas dan Biji Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji, serta membersihkan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari kolom pemisah (separating colom) dan drum penyemir (polishing drum). Ampas dan biji dari pemecah ampas kempa (Cake Breaker Conveyor) masuk kedalam kolom isapan blower, dimana ampas kering dengan berat jenis lebih kecil masuk kedalam siklon ampas yang selanjutnya masuk ke dalam conveyor bahan bakar untuk digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh ke bawah dan diantar oleh conveyor dalam drum penyemir. 2.5 Peremasan Pada Stasiun Pressan (Kempa) Tujuan umum pengempa adalah meremas minyak sebanyak mungkin dari remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Sedangkan tujuan yang lainnya adalah memisahkan minyak dari serabut dan biji dan memudahkan pemisahan serabut dan biji pada proses depericarper. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Press cake harus keluar merata disekitar konus. 2. Tekanan hidrolik pada akumulator 50-60 kg/cm 2. 3. Pada akhir pengoperasian ataupun terjadi gangguan/kerusakan, sehingga screw press harus berhenti untuk yang lama, screw press harus dikosongkan. 4. Tekanan kempa yang terlalu tinggi, mengakibatkan kadar inti pecah bertambah dan kerugian inti bertambah. 5. Tekanan kempa terlalu rendah, mengakibatkan : - cake basah - kerugian minyak pada ampas dan biji tidak sempurna dan proses pengolahan biji mengalami kesulitan. - Bahan bakar ampas basah, sehingga pembakaran dalam ketel uap (boiler) tidak sempurna. 6. Kebersihan alat-alat dilakukan setiap hari. 7. Pembersihan menyeluruh dan pemeriksaan dilaksanakan setiap hari. ( PTPN II, 1985 ) 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi a.tipe Screw Press Terdapat tiga tipe jenis screw press yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas

adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekanan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah berkurang, yang sering menganggu dalam pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan. Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh karena itu dengan pengoprasian perlu diperhatikan yang lebih intensif. Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak dilengkapi dengan feed screw. Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampua press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft b. Tekanan Kerja Screw Press Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan dengan mengatur cone, hal ini menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

1. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah. 2. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi. 3. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis seperti screw, cylindre press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis. c. Air Pengencer Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap : a. Kandungan air cake Kandungan air cake yang tinggi dapat memyebabkan proses : 1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam Cake Breaker Conveyor (CBC), hal ini dapat menyebabkan beban Cake Breaker Conveyor (CBC) yang terlalu berat. 2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler. 3. Pemeraman biji yang berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih lama dan dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

b. Penurunan Kapasitas Jumlah aair pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa screw press yaitu 50-70% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton tandan buah segar/jam maka air tang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 m 3. ( Naibaho, 1996 )