ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BANGUN DATAR SEGIEMPAT BERDASARKAN TINGKAT BERFIKIR VAN HIELE DI KELAS VII SMPN 3 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

TEORI BELAJAR VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 7 PADANG

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

BELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII SMP KARTIKA I-7 PADANG.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran...

ANALISIS KESALAHAN PEMAHAMAN DALAM MATERI SEGIEMPAT MENURUT TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE PADA SISWA SMP NEGERI 1 SUPPA KABUPATEN PINRANG.

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

Kisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1

TEORI BELAJAR VAN HIELE

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI A.

MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN SISWA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT MENGGUNAKAN BAHAN AJAR INTERAKTIF MATEMATIKA BERBASIS KONSTRUKTIVISME

E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD SABBIHISMA 01 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

DAFTAR ISI. HALAMAN KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

ANALISIS KESALAHAN SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DIKELAS VIII SMPN 3 X KOTO SINGKARAK

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP NEGERI 2 AMBARAWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT

LEVEL BERPIKIR SISWA SMP BERGAYA KOGNITIF REFLEKSIF DAN IMPULSIFMENURUT TEORI VAN HIELE PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG

2015 DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT UNTUK MENCAPAI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI PENGELOMPOKKAN PADA SISWA SMP

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

PENERAPAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 4 PAYAKUMBUH MATERI BANGUN RUANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Improved Math Student Learning Outcomes VII Class D SMP I Payung Sekaki through Active Learning Strategies Matching Card Type index

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK PERMAINAN SUCKER BALL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI SOS SMA NEGERI 1 LEMBAH GUMANTI

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII. Oleh: Erni Syofna*, Atus Amadi Putra**,Villia Anggraini.

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BELAJAR BERAWAL DARI PERTANYAAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG

SKRIPSI. Oleh : SITI NURAINI

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB III METODE PENELITIAN

TEORI VAN HIELE :TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERGAYA KOGNITIF REFLEKSIF DAN IMPULSIF PADA MATERI SEGIEMPAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 20 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PASAMAN. Oleh

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISIWA KELAS VIII SMPN 1 BATANG ANAI PADANG PARIAMAN

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh ADE ISLAMIATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

UNIT TEORI BELAJAR VAN HIELE. Purwoko PENDAHULUAN

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPEEVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH)TERHADAP HASIL BELAJAR IPASISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG ARTIKEL OLEH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE ROTASI REFLEKSI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE DISERTAI SPEED TEST TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN VI PADANG ABSTRACT

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA TUNANETRA DALAM MEMAHAMI KONSEP SEGITIGA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 BAYANG

PENGARUH TEKNIK CAWAN IKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BAYANG

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 KABUPATEN TEBO

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BANGUN DATAR SEGIEMPAT BERDASARKAN TINGKAT BERFIKIR VAN HIELE DI KELAS VII SMPN 3 PADANG Yulida Mirna 1, Mukhni 1, Zulfa Amrina 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta E-mail : yulidamirna@gmail.com Abstract This research is motivated by the teacher would teach a whole one by one waking flat quadrilateral by introducing a form through the props, then given the nature and formulation of the circumference as well as the broad flat wake quadrilateral to the student, the teacher is less guided the students in building his own knowledge in understanding the nature and formulation to determining the circumference and area flat quadrilateral, students are still difficult to understand the material flat quadrilateral unaccustomed to analyze their own problems. It is necessary to analyze the ability of students to understand the concept Flat quadrilateral based on Van Hiele levels of thinking and the factors that led to the achievement of students' ability to understand the concept of flat wake quadrilateral based on Van Hiele levels of thinking. This research is a descriptive study with the entire population of students of class VII SMPN 3 Padang. Proposive sampling using sampling and selected as the sample penelitiaan VII5 class. The research instrument is a test description, and interviews to 6 people. The results show the ability of students to understand the concept Flat quadrilateral based thinking Van Hiele levels that meet the Phase 1 (Visualization) 93.75%, which meets in Phase 2 (Analysis) 71.88%, which meets in Phase 3 (Informal Deduction ) 35.94%, which meets at Stage 4 (Deductions) 18.75%. And the factors that lead to the achievement of students' ability to understand the concept of flat wake quadrilateral based on Van Hiele levels of thinking. From the research results suggested that the mathematics teacher at SMPN 3 Padang apply learning geometry in accordance with the stages of Van Hiele geometry understanding. Keywords :Analytical ability of students, Understand the concept of a rectangular flat wake, The level of thinking Van Hiele.. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, karena banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diselesaikan dengan matematika. Oleh sebab itu, matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, serta ilmu yang abstrak dan deduktif. Sifat abstrak inilah yang sering menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar matematika, termasuk dalam memahami konsep. memahami konsep matematika dalam pembelajaran matematika sangat penting, agar tujuan pembelajaran tercapai dan proses pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran sebagai suatu sistem mempunyai komponen penting, yaitu guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa. Guru berperan 1

sebagai perencana dan pelaksana transfer ilmu dan nilai. Guru juga bertanggung jawab untuk menyesuaikan situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga perencanaan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan taraf berpikir anak akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Hal tersebut ditegaskan bahwa pembelajaran yang tidak memperhatikan tahap perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai dengan kemampuannya menyerap materi yang diberikan(dalam Suherman 2003, p.27). Pada tanggal 8 Januari 2016 dilakukan wawancara dengan salah seorang guru matematika yang mengajar di kelas VII, guru berpendapat, bahwa diantara aspekaspek yang ada dalam ruang lingkup mata pelajaran matematika, pembelajaran geometri merupakan materi yang sulit untuk dipahami siswa. Dalam mengajar materi geometri guru lebih memilih mengajarkan secara utuh satu persatu bangun datar segiempat dengan mengenalkan bentuk melalui alat peraga, kemudian diberikan sifat dan rumusan rumusan untuk menentukan keliling dan luas bangun datar segiempat kepada siswa. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa pembelajaran yang guru terapkan kurang sesuai dengan tahapan pemahaman geometri Van Hiele. Guru kurang menuntun siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dalam memahami sifat dan rumusan untuk menentukan keliling dan luas bangun datar segiempat, sehingga siswa masih sulit dalam memahami materi bangun datar segiempat karena tidak terbiasa menganalisis sendiri permasalahan. Kesulitan itu juga bisa disebabkan oleh lemahnya ingatan jangka panjang siswa. Siswa terbiasa menggunakan metode menghafal rumus, tanpa segiempat dengan baik dan benar. Secara umum masalah seperti ini tidak hanya terjadi pada materi geometri, namun pada materi lainnya siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika. Hal seperti ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kemampuan siswa dalam Van Hiele di kelas VII SMPN 3 Padang? Apakah faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam Van Hiele di kelas VII SMPN 3 Padang? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk menganalisis konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele di kelas VII SMPN 3 Padang.Untuk menganalisis faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam Van Hiele di kelas VII SMPN 3 Padang. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah Bagi siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam Van Hiele. Bagi guru sebagai bahan bagi guru untuk mengetahui tingkat kemampuan berfikir Van Hiele dalam segiempat pada siswa. Sehingga guru dapat memilih strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tahapan pemahaman geometri Van Hiele untuk 2

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.bagi peneliti menambah pengetahuan peneliti mengenai tingkat kemampuan berfikir Van Hiele dalam segiempat pada siswa. Dan sebagai bekal untuk mengajar dikemudian hari. Bagi sekolah sebagai bahan masukan dalam pengembangan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran matematika. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Tingkat Berfikir Geometri Menurut Van Hiele Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Di mana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori Van Hiele ini sendiri dikembangkan secara lebih luas oleh pasangan suami-istri Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele Geldof sekitar pada tahun 1957. Dalam teori ini terkandung tiga aspek yaitu eksistensi setiap level, karakteristik setiap level dan perpindahan dari level yang satu ke level yang lain. Tingkat berpikir Van Hiele akan dilalui siswa secara berurutan. Dengan demikian siswa harus melewati suatu tingkat dengan matang sebelum menuju tingkat berikutnya. Kecepatan berpindah dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya lebih banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran daripada umur dan kematangan. Menurut Suherman (2003), Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri, yaitu: tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi yang akan diuraikan sebagai berikut : a. Tahap Pengenalan (Visualisasi) Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Sebagai contoh, jika pada seorang anak diperlihatkan suatu kubus, ia belum mengetahui sifat-sifat atau keteraturan yang dimiliki oleh kubus tersebut. Ia belum menyadari bahwa kubus mempunyai sisi-sisi yang merupakan bujursangkar, bahwa sisinya ada 6 buah, rusuknya ada 12 dan lain-lain. b. Tahap Analisis Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamatinya. Ia mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu. Misalnya disaat ia mengamati persegi panjang, ia telah mengetahui bahwa terdapat 2 pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. Dalam tahap ini anak belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Misal, anak belum mengetahui bahwa bujursangkar adalah persegi panjang, bahwa bujursangkar adalah belah ketupat dan sebagainya. c. Tahap Pengurutan (Deduksi Informal) Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melaksanakan penarikan kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berfikir deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Satu hal yang perlu diketahui adalah anak pada tahap ini sudah mulai mampu mengurutkan. Misalnya ia sudah mengenali bahwa bujur sangkar adalah jajar genjang, bahwa belah ketupat adalahlayanglayang. Demikian pula dalam pengenalan benda-benda ruang, anakanak memahami bahwa kubus adalah 3

balok juga, dengan keistimewahannya, yaitu bahwa semua sisinya berbentuk bujursangkar. Pola pikir anak pada tahap ini masih belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu sama panjang. Anak mungkin belum memahami bahwa belah ketupat dapat dibentuk dari dua segitiga yang kongruen. d. Tahap Deduksi Dalam tahap ini anak telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari halhal yang bersifat umum menuju halhal yang bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefenisikan, di samping unsurunsur yang didefenisikan. Misalnya anak sudah mulai memahami dalil, aksioma atau postulat yang digunakan dalam pembuktian. e. Tahap Akurasi Dalam tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prnsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misal, ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma atau postulatpostulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap berfikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena itu tidak menherankan jika beberapa anak masih bel;um sampai pada tahap ini. (p. 51-52). METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah seluruh siswa kelas VII di SMPN 3 Padang tahun pelajaran 2015/2016. Kelas VII di sekolah ini berjumlah lima kelas dengan jumlah anggota populasi sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VII SMPN 3 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016 Kelas Jumlah Siswa VII.1 36 VII.2 36 VII.3 35 VII.4 36 VII.5 34 Total 176 Sumber: Wakil Kurikulum SMPN 3 Padang Pemilihan kelas sampel yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa: Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti. (p.300). Salah satu pertimbangan untuk memilih kelas sampel adalah kelas yang rata-rata yang paling tinggi, yaitu kelas VII 5 dengan rata-rata 63,38. Pada saat penelitian hanya dilakukan wawancara kepada 6 orang, yaitu 2 orang dari kemampuan tinggi, 2 orang dari kemampuan sedang, dan 2 orang dari kemampuan rendah. Untuk mendapatkan sampel wawancara berdasarkan kemampuan, maka dihitung menggunakan rumus deviasi. Menurut Arikunto (2013) Langkah-langkah dalam mengelompokkn siswa menjadi 3 kelompok adalah sebagai berikut: a) Menjumlahkan skor semua siswa b) Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi Standar atau Standar Deviasi). Mean ( = 4

Standar Deviasi ( ) ( ) c) Menentukan batas-batas kelompok. 1) Kelompok atas Semua kelas/ siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi keatas. 2) Kelompok sedang Semua kelas/ siswa yang mempunyai skor antara dan. 3) Kelompok kurang Semua kelompok kelas/ siswa yang mempunyai skor dan yang kurang dari itu. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Data primer yaitu data yang bersumber dari siswa kelas sampel dan data sekunder yaitu data yang bersumber dari wakil kurikulum. Dalam melaksanakan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap pelaksanaannya. Tahap tersebut yaitu tahap persiapan (sebelum melakukan penelitian), tahap pelaksanaan (saat diadakan tes diagnostik dan wawancara) dan tahap penyelesaian (pengolahan data yang telah diperoleh). Secara rinci, tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut: Tahap persiapan Adapun persiapan yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian adalah: a. Menetapkan tempat penelitian yaitu SMPN 3 Padang b. Menetapkan jadwal penelitian yang akan dilaksanakan di semester genap. c. Mengurus surat izin penelitian pada tanggal 8 April 2016 d. Menelaah kurikulum dan membuat kisi-kisi soal untuk tes uji coa pada lampiran V halaman 87 pada submateri bangun datar segiempat. e. Membuat soal uji coba tes uji coba pada lampiran VI halaman 89, pedoman jawabnya pada lampiran VIII halaman 98, dan lembar jawabannya pada lampiran IX halaman 107. f. Membuat rubrik pedoman penskoran soal uji coba tes pada lampiran VII halaman 92 g. Menentukan sekolah tempat uji coba, yaitu SMPN 24 Padang. h. Menetapkan jadwal uji coba soal tes i. Melakukan uji coba tes disalah satu kelas pada sekolah tempat uji coba yang telah ditentukan, yaitu pada tanggal 26 April 2016. Untuk daftar nama siswa kelas uji coba dapat dilihat pada lampiran X halaman 109 j. Memeriksa jawaban uji coba tes yang telah dikerjakan oleh siswa. Tabulasi skor siswa dapat dilihat pada lampiran. k. Melakukan analisis soal tes yang terdiri dari tingkat kesukaran, daya pembeda, dan uji reliabilitas tes. l. Melakukan revisi terhadap kisi-kisi tes pada lampiran XVI halaman 122, soal tes tertulis pada lampiran XVII halaman 124, rubrik penilaiannya pada lampiran XVIII halaman halaman 127, pedoman jawaban tes pada lampiran XIX halaman 133, dan lembar jawabannya pada lampiran XX halaman 142. m. Membuat pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran XXVII halaman 157. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, yang dilakukan peneliti adalah: a. Menetapkan jadwal pelaksanaan tes pada kelas sampel. 5

b. Melaksanakan tes sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, yaitu pada tanggal 3 Mei 2016 c. Memeriksa jawaban hasil tes masingmasing siswa dan mengidentifikasi konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele. d. Menetapkan jadwal wawancara. e. Melaksanakan wawancara untuk mengidentifikasi kemampuan siswa dalam Van Hiele di kelas VII SMPN 3 Padang, yaitu pada tanggal 13 Mei 2016. f. Menganalisis semua data dan informasi yang diperoleh setelah penelitian dilakukan. Tahap penyelesaian Pada tahap penyelesaian ini, disimpulkan hasil penelitian yang telah diperoleh, kemudian mengelompokkan pencapaian kemampuan siswa dalam Van Hiele dari hasil tes yang telah dilakukan. Untuk menguatkan hasil pengelompokkan kemampuan siswa berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele melalui wawancara yang telah di lakukan dengan mengetahui faktor yang menyebabkan kemampuan siswa terhadap tahap tertentu. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan wawancara. Tes Sudaryono (2013) menyatakan tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. (p. 63). Tujuan dilakukan tes dalam penelitian ini adalah untuk melihat kesalahan dan kesulitan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Bentuk tes yang diberikan pada penelitian ini adalah berupa uraian sehingga, bisa dilihat kemampuan siswa dalam Van Hiele. Tes yang diberikan harus valid dan reliabel. a. Menentukan Validitas Tes Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Validitas yang akan digunakan adalah validitas isi yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) bahwa: Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini sering disebut kurikuler. (p. 82). Soal yang diberikan adalah soal yang berbentuk uraian dan validitasnya adalah validitas isi. Validitas isi ini dapat di lihat dari silabus, kisi-kisi soal uji coba yang di buat sesuai materi yang diajarkan di sekolah. Tes yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai. Langkah-langkah yang dilakukan untuk valliditas isi tes adalah: 1) Menyusun kisi-kisi soal tes. 2) Menyusun butir tes. 3) Meminta pertimbangan para ahli tentang butir tes. 4) Merumuskan skor. b. Menentukan Reliabilitas Tes Reliabilitas tes adalah ukuran tetapan alat penelitian dalam mengukur sesuatu yang diukur. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2013) bahwa : Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes 6

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.(p. 100). Sebelum menentukan reliabilitas tes terlebih dahulu melakukan uji coba tes, setelah itu menganalisis butir soal tes untuk melihat tingkat kesukaran dan daya pembeda. Wawancara Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam Van Hiele. Pertanyaan dalam wawancara mengacu pada kemampuan siswa dalam segiempat, yaitu mengapa siswa hanya mampu sampai tahap atau level tertentu berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele. Dalam pelaksanaannya wawancara dilakukan langsung kepada subjek wawancara yaitu dua siswa yang telah ditentukan berdasarkan kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Jadi, dalam melaksanakan wawancara peneliti akan mengajukan pertanyaan yang ada pada pedoman wawancara dan berusaha melaksanakan wawancara dengan kondisi santai dan tidak kaku. Ketika wawancara berlangsung, maka penulis akan mengambil data dari hasil wawancara dengan cara mencatat informasi yang diperoleh dan mendengarkan dengan teliti. Wawancara akan direkam untuk dijadikan bukti penelitian. Untuk menentukan persentase klasifikasi kemampuan siswa dalam memahami bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: = persentase yang kemampuan siswa yang memenuhi tahap x dalam memahami konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfiki Van Hiele melalui hasil wawancara yang telah direduksikan kemudian disajikan melalui tabel secara lebih jelas tiap butir soal. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tes dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 03 Mei 2016 yang diikuti oleh 32 siswa dari kelas sampel, yaitu kelas VII 5. Saat tes dilaksanakan ada 2 siswa yang berhalangan hadir. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tes diagnostik ini adalah 2 40 menit (2 jam pelajaran). Hasil tes dideskripsikan dalam bentuk persentase kemampuan siswa dalam Van Hielendiperoleh siswa yang memenuhi pada Tahap 1 (Visualisasi) 93,75%, yang memenuhi pada Tahap 2 (Analisis) 71,88%, yang memenuhi pada Tahap 3 (Deduksi Informal) 35,94%, dan yang memenuhi pada Tahap 4 (Deduksi) 18,75%. Siswa dianggap memenuhi suatu tahap apabila berada pada skala 2 dan 3, sedangkan tidak memenuhi suatu tahap apabila berada pada skala 0 dan 1 berdasarkan rubrik penilaian kemampuan siswa berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik berikut: 7

100 80 60 40 20 0 Tidak Memenuhi Memenuhi Gambar 1. Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Siswa Berdasarkan Tingkat Berfikir Van Hiele Selain hasil tes juga ada hasil wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara rinci kemampuan siswa berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele dalam menyelesaikan soal dengan materi bangun datar segiempat. Pemilihan subjek untuk wawancara digunakan teknik dengan mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kemampuan tinggi, kelompok kemampuan sedang, dan kelompok kemampuan rendah berdasarkan hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan tes yang telah diberikan. Jumlah siswa yang diwawancarai adalah 6 orang, yaitu 2 orang dari kemampuan tinggi, 2 orang dari kemampuan sedang, dan 2 orang dari kemampuan rendah. Berdasarkan hasil tanggapan sampel secara lisan terhadap pertanyaan dalam wawancara dapat diketahui faktor penyebab kemampuan siswa pada tahap tertentu berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele. Dari 6 orang sampel wawancara, 1 orang yang mencapai Tahap 1 (Visualisasi), 2 orang yang mencapai Tahap 2 (Analisis), 1 orang yang mencapai Tahap 3 (Deduksi Informal), dan 2 orang yang mencapai Tahap 3 (Deduksi). Siswa dikatakan mencapai Tahap 1(Visualisasi), karena siswa tersebut mengetahui semua bentuk bangun datar segiempat, akan tetapi siswa belum mengetahui pengertian dari suatu bentuk geometri bangun datar segiempat berdasarkan sifat yang dimilikinya, siswa belum dapat menggambarkan suatu bentuk bangun datar apabila diberikan beberapa sifat karakteristik suatu bangun, siswa tidak memahami persamaan dan berbedaan yang terkait antara suatu bangun datar segiempat dengan bangun datar segiempat lainnya, termasuk dalam menyimpulkan hubungan kedua bangun. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan secara deduktif, sehingga siswa tidak dapat memahami pentingnya menarik kesimpulan secara deduktif dan tidak dapat memahami konsep keliling dan luas. Siswa dikatakan mencapai Tahap 2 (Analisis), karena siswa mengetahui semua bentuk geometri bangun datar segiempat, siswa mengetahui pengertian dari suatu bentuk geometri bangun datar segiempat berdasarkan sifat yang dimilikinya, siswa dapat menggambarkan suatu bentuk bangun datar apabila diberikan beberapa sifat karakteristik suatu bangun, akan tetapi siswa tidak memahami persamaan dan berbedaan yang terkait antara suatu bangun datar segiempat dengan bangun datar segiempat lainnya. Siswa juga tidak dapat menyimpulkan hubungan kedua bangun, sehingga siswa tidak dapat memahami pentingnya menarik kesimpulan secara deduktif dan tidak dapat memahami konsep keliling dan luas. Siswa dikatakan mencapai Tahap 3 (Deduksi Informal), karena siswa mengetahui semua bentuk geometri bangun datar segiempat, siswa mengetahui pengertian dari suatu bentuk geometri bangun datar segiempat berdasarkan sifat yang dimilikinya, siswa 8

dapat menggambarkan suatu bentuk bangun datar apabila diberikan beberapa sifat karakteristik suatu bangun, siswa memahami persamaan dan berbedaan yang terkait antara suatu bangun datar segiempat dengan bangun datar segiempat lainnya, termasuk dalam menyimpulkan hubungan kedua bangun. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan secara deduktif, sehingga siswa tidak dapat memahami pentingnya menarik kesimpulan secara deduktif dan tidak dapat memahami konsep keliling dan luas. Siswa dikatakan mencapai Tahap 4 (Deduksi), karena siswa mengetahui semua bentuk geometri bangun datar segiempat, siswa mengetahui pengertian dari suatu bentuk geometri bangun datar segiempat berdasarkan sifat yang dimilikinya, siswa dapat menggambarkan suatu bentuk bangun datar apabila diberikan beberapa sifat karakteristik suatu bangun, siswa memahami persamaan dan berbedaan yang terkait antara suatu bangun datar segiempat dengan bangun datar segiempat lainnya, termasuk dalam menyimpulkan hubungan kedua bangun. Siswa dapat menarik kesimpulan secara deduktif, dan siswa dapat memahami pentingnya menarik kesimpulan secara deduktif dan tidak dapat memahami konsep keliling dan luas. Kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena pembelajaran yang tidak memperhatikan tahap perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai dengan kemampuannya menyerap materi yang diberikan. Ketika siswa pada Pada Tahap 1 ( Visualisasi) kemampuannya baru mengetahui bentuk geometri bangun datar segiempat, siswa tidak memahami pengertian dan sifat yang dimiliki oleh suatu bangun, atau sebaliknya siswa pada tahap ini tidak bisa menggambarkan suatu bangun datar segiempat apabila diberikan beberapa karakteristik sifat yang dimiliki oleh suatu bangun. Jika siswa tersebut dapat mengetahui suatu sifat yang dimiliki oleh suatu bangun, maka siswa tersebut pasti menggunakan metode menghafal bukan memahami suatu konsep geometri bangun datar segiempat. Dalam teori Van Hiele jika siswa tersebut hanya mampu mengerjakan soal pada Tahap 2 (Analisis), maka siswa tersebut tidak akan bisa mengerjakan soal pada tahap selanjutnya, seperti Tahap 3 (Deduksi Informal) dan Tahap 4 (Deduksi). Faktor yang menyebabkan pencapaian konsep bangun datar segiempat pada Tahap 1 (Visualisasi) 93,75% adalah kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakannya, padahal siswa mampu mengenal bentuk geometri bangun datar segiempat. Faktor yang menyebabkan pencapaian konsep bangun datar segiempat pada Tahap 2 (Analisis) 71,88% adalah siswa tidak mampu menyimpulkan pegertian bangun datar segiempat berdasarkan sifatsifat yang dimiliki bangun. Siswa tidak mampu dan tidak teliti dalam membuat sketsa gambar yang sesuai dengan sifatsifat yang diketahui. Siswa tidak mampu dan tidak teliti dalam menganalisis karakteristik-karakteristik yang dimiliki bangun datar segiempat. Siswa tidak mampu mengerjakan soal yang diberikan karena tidak memahami sifat persegi panjang yang memiliki diagonal-diagonal yang sama panjang. Faktor yang menyebabkan pencapaian konsep bangun datar segiempat pada Tahap 3 (Deduksi Informal) 35,94% adalah siswa tidak mempu dan tidak teliti 9

dalam mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara bangun jajargenjang dan belah ketupat. Siswa tidak mampu dan tidak teliti dalam menganalisis hubungan yang terkait antara bangun datar segiempat dengan bangun datar segiempat lainnya. Faktor yang menyebabkan pencapaian konsep bangun datar segiempat pada Tahap 4 (Deduksi) 18,75% adalah siswa tidak mampu menganalisis penurunan rumus luas trapesium. Siswa tidak mampu menganalisis penyelesaian masalah geometri bangun datar segiempat, yaitu untuk mengetahui ubin yang dibutuhkan lantai berbentuk persegi panjang, apabila yang diketahui hanya keliling, panjang dan lebar dalam x satuan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Persentase pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele dari total keseluruhan soal tes yang telah diberikan, yaitu: a. Kemampuan siswa dalam segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele yang memenuhi pada Tahap 1 (Visualisasi) 93,75%. b. Kemampuan siswa dalam segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele yang memenuhi pencapaian pada Tahap 2 (Analisis) 71,88%. c. Kemampuan siswa dalam segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele yang memenuhi pencapaian pada Tahap 3 (Deduksi Informal) 35,94%. d. Kemampuan siswa dalam segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele yang memenuhi pencapaian pada Tahap 4 (Deduksi) 18,75%. 2. Faktor yang menyebabkan pencapaian konsep bangun datar segiempat berdasarkan tingkat berfikir Van Hiele, diantaranya: a. Faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat pada Tahap 1 (Visualisasi) adalah siswa tidak teliti dalam mengerjakannya, padahal siswa mampu mengenal bentuk geometri bangun datar segiempat. b. Faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat pada Tahap 2 (Analisis) adalah siswa tidak mampu memahami sifat-sifat pada bangun datar segiempat, contohnya pada bangun persegi dan persegi panjang. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan sifat-sifat pada bangun datar segiempat. Siswa tidak teliti dalam memahami soal, dan menganlisis bentuk bangun datar segiempat yang memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. c. Faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat pada Tahap 3 (Deduksi Informal) adalah siswa tidak mampu dan tidak teliti dalam memhami perbedaan dan 10

persamaan antara sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun datar segiempat, serta menyimpulkan hubungan yang terkait antara bangun bangun tersebut. d. Faktor yang menyebabkan pencapaian kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar segiempat pada Tahap 4 (Deduksi) adalah siswa tidak mampu menganalisis penurunan rumusan luas trapesium dan menganalisis langkah penyelesaian masalah dalam soal cerita untuk membuatnya ke dalam model matematika. Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian: 1. Guru Matematika SMPN 3 Padang diharapkan dapat merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan pemahaman geometri Van Hiele. 2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bangun datar segiempat, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran yang sesuai dengan tahapan pemahaman geometri Van Hiele. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudaryono. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica. 11