BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

dokumen-dokumen yang mirip
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. banyak digemari oleh siapa saja baik terutama anak-anak. Animasi merupakan

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sabang, Langsa, Lhokseumawe dan Subulussalam. generasi ke generasi berikutnya, yang kemudian menjadi sebuah identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB I PENDAHULUAN. ini dikenal juga dengan nama Dataran Tinggi Gayo. kontak satu dengan yang lain, karena tiadanya prasarana perhubungan yang baik

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Aceh Darussalam

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Tari Saman sebagai suatu tari tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok asal di daerah Aceh. Meraka biasa menyebut dirinya Ureueng Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g. T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia (Anonim, 2011). Provinsi-provinsi secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH. Oleh: Kabid Pengembangan Investasi. Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. 54 Dayah/BP/TPA. 205 Dayah/BP/TPA. 180 Dayah/BP/TPA. 127 Dayah/BP/TPA. 162 Dayah/BP/TPA.

PEMERINTAH ACEH RAPAT KONSOLIDASI PERKEMBANGAN REALISASI PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN BALI, 30 Januari-1 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tari Saman atau lebih dikenal dengan tarian seribu tangan merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah turun temurun menjadi kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh dan lebih khusus lagi masyarakat Gayo. Bercerita tentang Tari Saman terlebih dahulu mengetahui seluk beluk dan asal usulnya. Tari Saman merupakan warisan budaya Aceh yang sangat dibanggakan sampai saat ini, tidak hanya menjadi kebanggaan Aceh saja tetapi salah satu jenis tarian ini sudah menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun sangat ironisnya ketika masyarakat di luar Aceh hanya mengetahui bahwa Saman itu berasal dari Aceh secara umum. Mereka tidak mengerti secara spesifik dari mana Saman itu berasal, padahal Aceh sendiri terdiri berbagai macam suku serta berbeda adat istiadat satu sama lain. Seperti Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Singkil, dan yang lainnya di mana masih banyak kemajemukan dan perbedaan budaya adat dan bahasa. Pada dasarnya Saman berasal dari Gayo, khususnya dari dataran tinggi seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Namun kenapa Tarian Saman Gayo ini menjadi brand Pemerintah Provinsi Aceh tanpa ada keterlibatan masyarakat Gayo sendiri? Masalah ini perlu dikaji dan ditelaah bagaimana fenomena tersebut sampai terjadi. Lebih tragisnya lagi apabila dianalisa masalah di atas merupakan salah satu masalah eksternal apabila dilihat dengan kacamata masyarakat Gayo.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan memaparkan keberadaan suku Gayo di wilayah Republik Indonesia. Tanah Gayo dibagi ke dalam empat kelompok besar. Daerah ini satu sama lainnya dibatasi oleh sungai-sungai yang sudah merupakan batas alam, sehingga menyebabkan hubungan antar penduduk begitu sulit, akan tetapi harus diakui bahwa keseluruhan Tanah Gayo itu secara etnografis adalah satu (Hurgronje, 1996). Daerah yang merupakan wilayah tempat tinggal orang Gayo pada umumnya, terletak di tengah-tengah wilayah administratif yang kini disebut dengan Provinsi Aceh. Wilayah tempat tinggal suku bangsa Gayo ini dikenal juga dengan nama Dataran Tinggi Gayo. Dataran tinggi ini merupakan bagian dari rangkaian Bukit Barisan yang melintasi Pulau Sumatera. Lingkungan alam yang berbukit-bukit ini, rupanya telah menyebabkan orang-orang Gayo terbagi menjadi kelompok-kelompok itu sejak waktu yang relatif lama hampir tidak ada kontak satu dengan yang lain, karena tiadanya prasarana perhubungan yang baik (Melalatoa, 1982). Di tengah lingkungan alam yang sedemikian itu, orang Gayo yang menghuni dataran tinggi Gayo telah terbagi ke dalam lima Kabupaten yaitu : Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang (Ibrahim, 2007). Dari kelima Kabupaten tersebut hampir seluruh penduduknya merupakan suku bangsa Gayo kecuali di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, di sini terdapat dua kelompok orang Gayo yang jumlahnya sangat minoritas yaitu orang Gayo Serbajadi berlokasi di Kecamatan Lokop Serbajadi Kabupaten Aceh Timur serta orang Gayo Kalul berlokasi di Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Aceh

Tamiang. Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah berdiam suku bangsa Gayo yang meliputi kelompok orang Gayo Lut dan orang Gayo Deret, sedangkan Kabupaten Gayo Lues meliputi suku bangsa orang Gayo Lues. Dalam penelitian ini akan dikhususkan membahas Tari Saman di Kabupaten Gayo Lues yang sering disebut dengan Daerah Seribu Bukit, walaupun ada tautannya dengan kelompokkelompok orang Gayo lainnya. Sesuai dengan kesepakatan para tokoh adat Gayo bahwa asal Tari Saman adalah dari Kabupaten Gayo Lues yang dijuluki Daerah Seribu Bukit. Selain itu masih ada masalah lainnya baik dipandang dari sudut internal maupun eksternalnya. Secara umum masalah internal ada dua, pertama semakin terkikisnya budaya lokal Tari Saman sendiri, baik dilihat dari antusias masyarakat, nilai-nilai yang terkandung maupun hilangnya simbol-simbol fisik penunjang eksistensi kebudayaan Saman. Kedua Pemerintah Kabupaten Gayo Lues sendiri masih belum menemukan kejelasan asal usul keaslian Tari Saman ini berdasarkan fakta sejarah. Sedangkan masalah eksternal sendiri apabila ditinjau secara umum bisa dibagi menjadi dua permasalahan. Pertama terjadinya dominansi Pemerintah Provinsi terhadap kebudayaan asli Gayo yaitu Saman. Selama ini orang di luar Aceh hanya melihat Aceh sebagai entitas tunggal, bukan entitas jamak. Padahal, di Aceh tidak sebatas dihuni suku Aceh, tetapi ada suku Gayo, Singkil, Tamiang, Kluet, Aneuk Jameuk, Simelue, dan lain-lain dengan identitas dan simbol etnikhistoris-kultural yang berbeda satu sama lain. Meski secara tidak langsung, Pemerintah Provinsi jangan lagi melakukan klaim dan pembenaran historis-

kultural, terlebih terhadap suku Gayo. Kalau ini tetap terjadi, kemungkinan konflik sosial, horizontal, dan komunal akan terjadi di Aceh. Kedua akibat dari diskriminasi serta pencaplokan budaya di atas, Pemerintah Kabupaten Gayo Lues semakin sulit untuk membangun kembali nama baik budaya Saman baik di tingkat nasional maupun internasional. Apalagi seni Tari Saman (bukan Saman asli Gayo Lues) telah masuk ke dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggaran terbesar dengan 3000 orang penari di Banda Aceh tahun 2010 silam. Namun ironisnya, dari segi gerak, metode, penari dan pelaksaaan teknis lainnya sangat jauh dari keaslian Tari Saman yang asli. Hal ini tentunya akan menimbulkan konflik antar masyarakat Aceh sendiri. Mungkin di satu pihak kita sedikit bangga dengan mencuatnya nama Saman kembali sebagai entitas Aceh. Namun klaimisasi budaya oleh Pemerintah Provinsi di atas telah menyalahi semangat otonomi daerah sebagai salah satu keunggulan dalam kearifan budaya lokal masyarakat Gayo. Kemudian dari tinjauan politis juga, kita tidak tahu dengan perkembangan dalam pemekaran daerah nantinya. Contoh kasus dapat kita lihat Kabupaten Gayo Lues beserta enam Kabupaten/ Kotamadya telah berupaya memisahkan diri dari naungan Provinsi Aceh dengan membentuk Provinsi ALA (Aceh Louser Antara) terdiri dari Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Singkil dan Kotamadya Subulussalam. Walaupun gagal, untuk sementara keenam Kabupaten/ Kotamadya tersebut terus berjuang agar kesetaraan pembangunan serta marjinalisasi ekonomi dapat terhapuskan. Timbul sebuah pertanyaan di masa yang akan datang, kejelasan entitas Saman yang sangat dibanggakan ini menjadi

hak dan milik siapa? Oleh karena itu perlu kejelasan kepemilikan dari saat ini sehingga akan mempermudah menjawab permasalahan di masa yang akan datang. Melihat masalah-masalah di atas, Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gayo Lues semakin gelisah dan takut akan kehilangan simbol kesenian yang dari dulu dibanggakan ini. Tari Saman adalah salah satu cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan Nasional. Oleh karena itu beberapa tahun ini Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terus berupaya membangun kembali kejayaan kesenian ini dengan meningkatkan kekuatan internal dan mengekspose ke kancah Internasional serta berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. Hasilnya pada mulai tahun 2010 usaha tersebut telah mendapat antusias dari organisasi dunia bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Tari Saman yang berasal dari Provinsi Aceh telah diakui dan dikukuhkan oleh organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), sebagai warisan budaya dunia tidak benda (intangible heritage) pada 24 November 2011 yang lalu di Bali. Untuk mendapatkan pengakuan ini perlu proses verifikasi yang panjang, dan ke masa depan kita targetkan warisan dunia milik Indonesia yang diakui UNESCO akan semakin banyak. Indonesia memiliki beragam budaya dan tempat wisata yang menyebar keseluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke. Beragam budaya tersebut merupakan salah satu kekayaan alam yang menjadikan Indonesia menjadi salah

satu negara kaya di dunia. Karena parawisata adalah salah satu bidang yang dapat menyumbangkan devisa untuk negara. Berkaitan dengan hal tersebut dilihat Tari Saman yang telah diakui dan dikukuhkan oleh organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), sebagai warisan budaya dunia tidak benda (Intangible Heritage) dapat dijadikan sebagai ikon budaya Kabupaten Gayo Lues. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan berbagai permasalahan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana eksistensi Tari Saman sebagai ikon budaya Kabupaten Gayo Lues dikaitkan dengan pembangunan pariwisata di Kabupaten Gayo Lues? Untuk membantu mempermudah pembahasan rumusan masalah yang telah diungkap di atas, maka akan diejawantahkan rumusan tersebut ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Kebijakan dan program apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam melakukan pelestarian Tari Saman? 2. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam upaya menjadikan Tari Saman sebagai ikon budaya di Kabupaten Gayo Lues? 3. Bagaimana potensi Tari Saman dalam mendukung pembangunan daerah terutama di bidang pariwisata? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan dalam bentuk deskriptif tentang kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam mengembangkan pembangunan pariwisata. 2. Untuk menjelaskan keterlibatan masyarakat dalam upaya menjadikan Tari Saman sebagai ikon budaya di Kabupaten Gayo Lues? 3. Untuk menjelaskan potensi Tari Saman dalam mendukung pembangunan daerah terutama di bidang pariwisata. 1.4. Manfaat Penelitian Sementara itu, manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep pengembangan budaya khususnya dalam memahami pelestarian warisan budaya tak benda (Intangible Heritage) terkait dengan upaya pembangunan pariwisata daerah. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada teori pembangunan sosial budaya yang mungkin bisa dirujuk untuk kajiankajian ilmiah selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam membangun pelestarian Tari Saman sebagai warisan asli budaya bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Gayo Lues pada khususnya agar lebih mencintai budaya bangsa sendiri dari pada budaya bangsa lain.

b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan oleh Pemerintah Daerah lain dalam mengembangkan kebudayaan daerahnya terutama kesenian berupa tarian untuk memperoleh pengakuan dunia Internasional sebagai bagian dari proses pembangunan pariwisata daerah. c. Hasil penelitian tentang Tari Saman ini dapat dimanfaatkan untuk sarana memajukan kebudayaan nasional bangsa Indonesia serta mempertinggi derajat kemanusian bangsa Indonesia di mata dunia Internasional.