BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

EFEKTIFITAS LINGKUNGAN TERAPETIK TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat


HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad),

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERILAKU KOPING ORANGTUA DENGAN KEJADIAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RSUD DR

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Angket untuk Riset Partisipan Perawat

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan

BAB I PENDAHULUAN.

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi atau sebagai suatu respon dari perasaan akan adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional (Stuart & Sunden, 2007). Anak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Kecemasan ini sendiri akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhannya terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang lingkungannya masih asing baginya. Kehadiran dan dukungan keluarga khususnya orang tua, sangat berperan dalam mengatasi ataupun meminimalisir kecemasan pada anak. Selain itu pengalaman dirawat pada anak dapat juga menimbulkan trauma psikologis. Apabila kecemasan tidak segera ditangani dan menjadi lebih buruk, maka dampak yang lebih besar dan nyata, yaitu anak akan menolak perawatan dan pengobatan. Kondisi seperti ini berpengaruh besar pada lama atau proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan dari anak sakit tersebut. 1

2 Tindakan invasif yang didapat anak selama hospitalisasi sering menimbulkan trauma berkepanjangan. Salah satu prosedur invasif yang dilakukan pada anak adalah terapi melalui intravena (infus intravena). Tindakan pemasangan infus merupakan prosedur yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan (Howel & Webster, 2002). Respon cemas yang ditunjukkan anak saat perawat melakukan tindakan invasif sangat bermacam-macam, yaitu seperti bertindak agresif, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal, membentak, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri dan tidak kooperatif (Gunarsa, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Solikhah (2013) menunjukan bahwa lingkungan terapeutik memberikan reaksi hospitalisasi yang positif ditunjukkan dengan angka signifikansi dari variabel reaksi hospitalisasi yang meliputi kecemasan anak. Hendaknya perawat ruang anak menerapkan lingkungan terapeutik sehingga dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif. Babakal dkk (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa beberapa orang tua yang menjaga anaknya di rumah sakit, sebagian mengatakan bahwa anaknya menangis ketika disuntik, dipasang infus dan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, apabila keesokan harinya perawat mendekatinya maka anak itu hanya menunduk dan enggan menatap wajah perawat, anak akan kembali beraktivitas saat perawat tersebut keluar dari ruang perawatan.

3 Rini (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecemasan anak sering muncul ketika perawat menghampiri anak. Anak tiba-tiba menangis saat melihat perawat, memanggil orang tuanya dan tampak gugup seolah menolak kehadiran perawat yang datang. Menurut Mulyono (2008), banyak aktivitas yang dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan kecemasan pada anak seperti terapi bermain, kehadiran orang tua selama prosedur anestesi, program persiapan perilaku, terapi musik, akupuntur dan penggunaan boneka. Menurut Christine (2010) menyebutkan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena dan sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan keluarga maka semakin tinggi respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Dukungan keluarga memiliki fungsi dapat menghilangkan perasaan-perasaan negatif, serta menimbulkan harga diri, penerimaan, serta kepercayaan terhadap diri sendiri. Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya dan dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2008). Rahmawati dan Murniasih (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara keluarga mendukung dengan tingkat kecemasan efek rawat inap usia anak pra-sekolah.

4 Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Maryam (2013) menunjukan bahwa seluruh responden saat dilakukan pemasangan infus selalu didampingi oleh keluarga yang didominasi oleh kehadiran ibu yaitu sebesar 78,6 %. Hal ini terkait dengan kedekatan ibu terhadap anak lebih dibanding ayah terhadap anak. Kedekatan ibu dengan anaknya saat dipasang infus merupakan suatu dukungan emosional yang mana memberikan suatu perhatian dan mendengarkan setiap keluhan yang disampaikan. Dengan adanya dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga maka akan memberikan ketenangan bagi anak dan membantu penguasaan emosi pada anak itu sendiri. Menurut Friedman (2005) bahwa dukungan emosional memberikan seseorang perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat. Casmirah (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan emosional yang diberikan pada anak hospitalisasi dapat menguatkan anak ketika dirawat di Rumah Sakit melalui kasih sayang, perhatian dan kehangatan. Peran orang tua pada saat pemasangan infus pada seorang anak dapat mengurangi kecemasan anak. Hasil dari penelitian yang telah di lakukan oleh Christine (2010) bahwa 18 (56,3%) orang anak mengalami tingkat respon kecemasan ringan, 12 (37,5%) orang anak mengalami tingkat respon kecemasan sedang, dan 2 (6,3%) orang anak mengalami tingkat respon kecemasan berat saat dilakukan

5 tindakan pemasangan infus. Hasil penelitian Casmirah (2011) juga menunjukan bahwa 70,6 % peran orangtua baik dan 70,6% anak prasekolah mengalami kecemasan sedang pada tindakn pemasangan infus. Hal tersebut menggambarkan bahwa seorang anak yang akan dipasang infus tentunya mengalami cemas sehingga membutuhkan adanya dukungan dari orang tua untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Berdasarkah hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di ruangan Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga terhadap 10 anak diperoleh data bahwa ada 5 anak yang menangis dan rewel ketika diberikan tindakan perawatan hanya didampingi oleh saudara (selain orang tuanya sendiri), 3 anak yang terlihat relatif tenang saat dilakukan tindakan keperawatan dengan didampingi oleh orang tuanya sendiri, 1 anak menolak saat dilakukan tindakan keperawatan dan meminta untuk dipanggil terlebih dahulu orang tuanya dan 1 anak yang menangis saat dilakukan tindakan keperawatan walaupun didampingi oleh orang tuanya sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Kecemasan Anak Saat Dipasang Infus yang Mendapat Dukungan Emosional Dari Keluarga Inti dan Bukan Dari Keluarga Inti. B. Rumusan Masalah Kecemasan merupakan suatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah dan tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Tindakan pemasangan infus merupakan prosedur

6 yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak. Kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infus dapat diatasi dengan dukungan emosional keluarga (pendampingan keluarga inti). Namun dalam kenyataannya tidak samua anak yang dilakukan pemasangan infus tidak didampingi anggota keluarga inti. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menjawab pertanyaan penelitian Bagaimana perbedaan kecemasan anak saat dipasang infus yang mendapat dukungan emosional dari keluarga inti dan bukan dari keluarga inti. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecemasan anak saat dipasang infus yang mendapat dukungan emosional dari keluarga inti dengan bukan dari keluarga inti. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui mediskripsikan karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin. b. Untuk mengetahui kecemasan anak saat dipasang infus yang mendapat pendampingan keluarga inti dan bukan keluarga inti. c. Untuk mengetahui perbedaan kecemasan anak saat dipasang infus yang mendapat dukungan emosional dari keluarga inti dan bukan dari keluarga inti.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Diharapkan penelitian ini memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tambahan bagi responden tentang hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak saat pemasangan infus. 2. Bagi Pihak Rumah Sakit Diharapkan peneltiian ini memberikan masukan dan refrensi tambahan bagi pihak rumah sakit tentang hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak pada saat pemasangan infus 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini memberikan refrensi tambahan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini. E. Penelitian terkait 1. Solikhah (2013) Solikhah meneliti tentang efektifitas lingkungan terapetik terhadap reaksi hospitalisasi pada anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasy eksperiment dengan desain cros sectional. Sampel 44 anak usia 1-13 tahun. Analisis data dengan independent t-test dan chi-square. Hasil penelitian diperoleh lingkungan terapetik efektif untuk meminimalkan reaksi hospitalisasi. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu meneliti tentang permaslahan anak yang sedang dirawat di ruamah sakit, sampel anak dan metode pendekatan yang digunakan adalah cros sectional.

8 Sedangkan untuk perbedaan dari penelitian ini yaitu variabel yang diteliti tentang efektifitas lingkungan terhadap reaksi hospitalisasi, metode penelitian yang digunakan quasy experiment dan analisis data dengan independent t-test dan chi-square. 2. Rahmawati dan Murniasih (2007) Rahmawati dan Murniasih meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Bangsal L RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan penelitian non eksperimental dengan rancangan korelasi penelitian dengan pendekatan cros sectional. Sampel yang digunakan 30 responden dengan menggunakan data primer adalah bentuk kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kecemasan pengamatan anak usia pra-sekolah. Untuk melengkapi data primer dari anak pra-sekolah digunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis, paramedis energi dan juga keluarga. Persamaan penelitian ini adalah vairabel bebas yang digunakan dukungan keluarga dan variabel terikat menggunakan tingkat kecemasan, sampel anak, pendekatan cross sectional dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah dukungan keluarga yang digunakan adalah keluarga inti dan bukan inti dan metode yang digunakan adalah survei.

9 3. Mariyam (2013) Maryam meneliti tentang tingkat nyeri anak usia 7-13 tahun saat dilakukan pemasangan infus di RSUD Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 7-13 tahun yang dibawa ke RSUD Kota Semarang dan dirawat di ruang Parikesit kelas II dan III. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel 28 anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui karakteristik anak dan lembar pengkajian tingkat nyeri yaitu Wong Bacer Faces Pain Rating Scale. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti tentang tindakan pemasangan infus pada anak, sampel yang digunakan anak dan penelitian dilakukan di Rumah Sakit. Sedangkan perbedaannya adalah variabel yang diteliti tingkat nyeri sedangkan peneliti tingkat kecemasan saat dipasang infus, desain penelitian yang digunakan diskriptif, teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dan skala yang digunakan adalah Wong Bacer Faces Pain Rating Scale. 4. Sari (2012) Sari meneliti tentang penggunaan bidai infus bergambar untuk meningkatkan perilaku adaptif anak (application of a pictorial parenteral splint of improve adaptive behavior or children). Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Postest Control Group Design. Besar sampel masing-masing kelompok 8 responden, menggunakan teknik

10 Purposive Sampling. Uji statistik menggunakan Wilcoxon dan Mann- Whitney dengan Î ± = 0,05. Persamaan penelitian ini adalah pemasangan infus, sampel penelitian ini adalah anak, sedangkan perbedaan penelitian ini menggunakan desain Pretest-Postest Control Group Design, teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling dan uji yang digunakan Wilcoxon.