BAB III PENUTUP. kesimpulan dari pembahasan mengenai perkembangan. Azhar di Kairo masa dinasti Fatimiyyah sampai dinasti Utsmaniyyah (

dokumen-dokumen yang mirip
Matakuliah : W0122 SEJARAH SENI RUPA 2 Tahun : 2009/2010. SENI RUPA TIMUR SENI ISLAM Pertemuan 12

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. oleh situasi politik di wilayah kerajaan-kerajaan yang didatangi (I G.N. Anom,

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

NO SK / KD INDIKATOR MATERI BOBOT 1 Menceritakan sejarah berdirinya Dinasty Al Ayyubiyah

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID,

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

BAB III ELABORASI TEMA

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

AKULTURASI BUDAYA PADA INTERIOR MASJID INDRAPURI DI ACEH BESAR

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

ISLAM DI MESIR. Nur Arfiyah Febriani. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At-Taqwa Rawa Lumbu Bekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masjid Agung Madani Islamic Center Pasir Pangaraian mulai dibangunan

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada perancangan Islamic Center di Kepanjen ini, konsep-konsep yang

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

ARSITEKTUR BYZANTIUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009

INKULTURASI BUDAYA : STUDI TENTANG PENERAPAN POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI DI TANJUNG PURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

BAB III KONSEP PERANCANGAN

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

MASJID CHENG HOO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

Matakuliah : Sejarah Seni Rupa 1 Tahun : Era Neolitikum Pertemuan 2

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

KAJIAN ARSITEKTUR GHOTIC

SEJARAH DAN ARSITEKTUR MASJID JAMI PITI MUHAMMAD CHENG HO DI DESA SELAGANGGENG ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan

Transkripsi:

106 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari pembahasan mengenai perkembangan arsitektur masjid Al- Azhar di Kairo masa dinasti Fatimiyyah sampai dinasti Utsmaniyyah (972 1987 M), yaitu sebagai berikut: 1. Perkembangan arsitektur masjid Al-Azhar masa Fatimiyyah sampai Utsmaniyyah (972 M 1987 M). a. Dinasti Fatimiyyah Masjid Al-Azhar yang dibangun pada masa Fatimiyyah tahun 972 M oleh Jawhar Ash-Shiqily< memiliki pola hypostyle. Beberapa peninggalan dinasti Fatimiyyah yang dapat terlihat sampai saat ini adalah mihrab utama, stucco di area shohn masjid Al-Azhar dan kubbah karya Al-Ha<fidz li-di<nilla<h yang meniru gaya arsitektur Tunisia. Tidak terdapat tempat wudhu di area masjid Al-Azhar pada masa Fatimiyyah. Hal tersebut dikarenakan kepercayaan pada masa itu bahwa suatu masjid tidak dianjurkan memiliki tempat wudhu. Masjid sebagai tempat ibadah dan dianggap suci, sehingga orang yang akan mendatanginya diharuskan telah bersuci sebelum datang ke masjid. 106

107 b. Dinasti Ayubiyyah Setelah dinasti Ayubiyyah merebut kekuasaan atas Mesir pada tahun 1171 M, Shala<huddi<n Al-Ayubi menutup pintu Al-Azhar secara total. Tidak terdapat aktivitas pembelajaran keilmuan maupun pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan kepemimpinan dinasti Ayubiyyah menganut faham fiqih Sunni dan ingin menghilangkan ajaran Syi ah. Terdapat alasan lain mengenai penutupan masjid Al- Azhar pada masa Ayubiyyah, yaitu adanya kepercayaan pada masa tersebut bahwa hanya ada satu masjid jami pada suatu kota. Mereka beranggapan bahwa hanya seorang sultan atau raja yang berhak memimpin sholat jum at di suatu kota. Tidak ada perkembangan arsitektur masjid Al-Azhar pada masa kepemimpinan dinasti Ayubiyyah karena penutupan total tersebut. c. Dinasti Mamluk Aktivitas masjid Al-Azhar dibuka kembali pada saat dinasti Mamluk menguasai wilayah Mesir pada tahun 1250 M. Kepemimpinan dinasti Mamluk menambahkan beberapa madrasa untuk tempat kajian, yaitu: Madrasa Thaibarsiyah, Madrasa Aqbugha<wiyah dan Madrasa Gawhar Al-Qanaqba i. Dinasti Mamluk menambahkan fasilitas tempat wudhu, sebuah mimbar kayu dan merenovasi mihrab masjid Al-Azhar setelah adanya gempa. Dinasti Mamluk memiliki seni pahat stalaktit yang dapat terlihat pada menara

108 Aqbugha<wiyyah, menara Qaytbay, menara Al-Ghuri dan muqarnas pada pintu utama masjid Al-Azhar. Dinasti Mamluk juga menambahkan sebuah masrabiya di area shohn masjid. d. Dinasti Utsmaniyyah Sultan Katkhuda< memperluas area utama ruang sholat masjid Al- Azhar pada tahun 1752 M. Sultan Katkhuda< juga memperluas riwaq Al-Atra<k di bagian kanan masjid Al-Azhar. Setelah penjajahan Prancis, Sultan Abba<s Hilmi< II membangun riwaq Abbas II. Dinasti Utsmaniyyah menambahkan mimbar dan mihrab baru pada masjid Al- Azhar setelah adanya perluasan ruang utama. Dinasti Mamluk juga mewariskan dua buah menara rucing, kubbah utama dan ba<b al- Muzayini<n atau pintu utama masjid Al-Azhar. 2. Bentuk, motif dan karakteristik ornamen yang digunakan masjid Al-Azhar pada masa Fatimiyyah sampai Utsmaniyyah. Masing-masing dinasti atau kepemimpinan mewariskan bentuk dan motif hias yang khas pada masjid Al-Azhar di Kairo. Berikut kesimpulan mengenai bentuk ciri khas masing-masing dinasti: a. Dinasti Fatimiyyah Dinasti Fatimiyyah memiliki ciri khas bentuk arsitektur, yaitu bentuk Keel-Arche. Keel-arche merupakan bentuk arsitektural yang berwujud seperti model bagian depan kapal yang terbalik. Dinasti Fatimiyyah juga mewariskan motif hias dengan pola pohon

109 palem. Pola tersebut dapat terlihat pada stucco di area shohn sebagai warisan dinasti Fatimiyyah. b. Dinasti Ayubiyyah Dinasti Ayubiyyah yang telah menutup seluruh aktivitas masjid Al-Azhar pada saat itu juga mewariskan bentuk konsep baru pada bangunan masjid Al-Azhar. Masrabiya yang dibangun oleh Sultan Qaytbay pada masa Mamluk, sebenarnya merupakan konsep yang dirancang pada masa Ayubiyyah. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur masrabiya tersebut merupakan warisan ide seni dari dinasti Ayubiyyah. c. Dinasti Mamluk Dinasti Mamluk mewariskan pola stalaktit atau muqarnas yang berbentuk pahatan batu dengan detail yang sangat sulit. Ciri khas dinasti Mamluk tersebut dapat terlihat pada menara-menara peninggalan Mamluk dan muqarnas pada pintu utama masjid Al- Azhar warisan dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk memiliki ciri ragam hias yang detail dan sulit. d. Dinasti Utsmaniyyah Dinasti Utsmaniyyah mewariskan desain yang sangat sederhana namun memiliki unsur seni yang tinggi. Desain sederhana tersebut dapat terlihat pada motif menara dan kubbah

110 warisan Utsmaniyyah. Menara dan kubbah tersebut hanya memiliki motif rektilinear berupa garis vertikal. Dinasti Utsmaniyyah juga memiliki ciri khas penggunaan motif gambar pohon cemara. Motif tersebut dapat terlihat pada ba<b al-muzayini<n atau pintu utama masjid Al-Azhar warisan Utsmaniyyah. Berikut tabel kesimpulan perkembangan arsitektur masjid Al-Azhar di Kairo pada masa dinasti Fatimiyyah sampai dinasti Utsmaniyyah yang fokus pada enam unsur utama arsitektur masjid: Periode Ruang Utama Mimbar Mihrab Tempat Wudhu Kubbah/ Menara Hiasan Keterangan Fatimiyyah Syi ah Ismailiyyah Ayubiyyah Non Aktif Mamluk Fiqih Sunni Utsmaniyyah Kejayaan keilmuan Masing-masing dinasti memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan masjid Al-Azhar pada bidang seni arsitektur, pemerintahan, keilmuan hingga aspek religi yang diajarkan kepada masyarakat Mesir pada masa tersebut.

111 B. Saran Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masjid Al-Azhar merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga di wilayah Mesir. Perkembangan arsitektur dan pemilihan bentuk atau motif hias masjid Al-Azhar merupakan pengaruh dari kekuasaan masing-masing dinasti. Penelitian ini mendukung salah satu teori budaya material yang dimaknai berdasarkan perspektif Karl Marx (Marxisme). Teori kebudayaan material menurut perspektif Marxisme beranggapan bahwa simbol-simbol yang terdapat dalam kebudayaan materi merupakan hasil proses dominasi dari penguasa dan bersifat dialektik (Sulasman, 2013: 49). Kajian mengenai peninggalan budaya material atau artefak kawasan Timur Tengah tidak terlalu banyak dibahas oleh peneliti di Indonesia. Saran penulis pada peneliti yang lain, yaitu: Pertama, diharapkan bagi para peneliti lain untuk dapat melanjutkan penelitian mengenai masjid Al-Azhar yang memfokuskan pada peninggalan salah satu dinasti. Kedua, para peneliti lain dapat melanjutkan penelitian mengenai masjid Al-Azhar yang memfokuskan pada pembahasan makna filosofis bentuk peninggalan masing-masing dinasti pada masjid Al-Azhar. Ketiga, para peneliti lain dapat memilih objek artefak atau peninggalan material lain yang berada di wilayah Timur Tengah dan mengalami perubahan pada masing-masing kekuasaan. Keempat, para peneliti lain dapat menggunakan metode komparatif, untuk membandingkan antara bangunan peninggalan masa Ottoman yang berada di Mesir dan Turki.