BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. talas memiliki ukuran granula pati yang sangat kecil yaitu 1-4 µm. ukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Tepung tersebut digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue tradisional

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dibuat dengan menambahkan santan, gula merah, daun pandan dan. pisang.menurut Veranita (2012), bolu kukus adalah bolu yang berbahan

I. PENDAHULUAN. pembuatan makanan dapat menghemat devisa negara (Herlina, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang perlu mendapat perhatian, karena kekurangan. (prevalensi xeropthalmia <0,5%) (Hernawati, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus. Permasalahan kurang energi dan protein akan mengakibatkan status gizi anak kurang dan hal ini akan mengganggu keseimbangan zat gizi yang nantinya akan mempengaruhi masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan untuk mengatasi masalah gizi agar tercipta generasi penerus bangsa dengan kualitas yang baik. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyelenggarakan program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Makanan tambahan ini ditujukan untuk anak usia sekolah (7-9 tahun) yang berfungsi sebagai makanan selingan. Salah satu makanan tambahan yang dapat mengurangi permasalahan gizi adalah Bahan Makanan Campuran (BMC). BMC merupakan campuran beberapa bahan makanan dalam perbandingan tertentu yang dapat meningkatkan kadar dan nilai gizi masingmasing bahan dalam campuran tersebut, sehingga jika dimakan dalam jumlah yang cukup maka BMC dapat melengkapi kekurangan zat gizi yang terdapat dalam hidangan sehari-hari (Direktorat Gizi,1977). Bahan-bahan makanan yang akan digunakan dalam menyusun BMC ini adalah bahan makanan yang

mengandung tinggi energi dan protein. Hal ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan kekurangan energi dan protein pada anak sekolah usia 7-9 tahun. Selain menggunakan bahan tinggi energi dan protein, dalam penyusunan BMC akan memanfaatkan bahan pangan lokal. Hasil pertanian yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai produksi pangan dengan cara memberikan perlakuan yang baik pada saat pascapanen. Tujuan perlakuan ini adalah untuk menyiapkan hasil panen agar dapat disimpan untuk jangka waktu yang relatif lama tanpa mengalami kerusakan. Namun kenyataannya perlakuan pascapanen di Indonesia belum bisa dikatakan maksimal. Banyak bahan hasil pertanian terbuang sebelum diproses. Namun di sisi lain, kekurangan produksi pangan ditutup dengan melakukan impor bahan pangan. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan melakukan impor tepung gandum. Hal ini menyebabkan warga Indonesia menjadi tergantung dengan penggunaan tepung gandum. Hal ini terbukti pada data statistik konsumsi gandum di Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 sebanyak 4 juta ton dan 4,7 juta ton (Sekretariat Jendral Kementerian Pangan, 2012). Di sisi lain gandum yang merupakan bahan utama pembuatan tepung terigu tidak dapat di tanam di Indonesia, karena cuaca yang tidak cocok untuk ditanami gandum. Sebagai salah satu solusi dari impor tepung gandum adalah melalui diversifikasi pangan dengan memanfaatkan hasil pertanian lokal, mengingat melimpahnya hasil pertanian lokal. Pemanfaatan pangan lokal dapat dilakukan dengan cara pengembangan produk pangan lokal yang ada. Berbagai macam upaya untuk memenuhi bahan baku tepung yang berasal dari bahan lokal sebagai pengganti tepung terigu merupakan tantangan untuk

menurunkan nilai impor tepung terigu. Banyak bahan yang dapat dijadikan tepung, salah satunya adalah ubi jalar cilembu. Ubi jalar cilembu merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat. Ubi jalar cilembu merupakan kelompok ubi jalar yang memiliki potensi industri. Namun kenyataannya pengolahan ubi yang ada di pasaran masih sangat terbatas. Ubi jalar masih diolah secara tradisional, seperti keripik, kue dan makanan tradisional lainnya (Juanda dan Cahyono, 2000). Karena kandungan karbohidrat pada ubi jalar cilembu cukup banyak, maka ubi jenis ini dapat diolah dengan dijadikan tepung. Menurut Aini (2004) dalam Arief (2012), ubi jalar sangat cocok digunakan sebagai bahan baku tepung karena tanaman ubi jalar berumur pendek serta produksi per hektarnya relatif tinggi. Pengolahan ubi jalar cilembu menjadi tepung dimaksutkan agar masyarakat tidak tergantung dengan penggunaan tepung terigu. Selain ubi cilembu merupakan sumber karbohidrat, ubi cilembu juga merupakan bahan makanan sumber beta karoten yang tinggi sehingga bermanfaat untuk mencegah rabun senja. Selain ubi cilembu, penyusunan BMC juga menggunakan wortel. Wortel dipilih karena kandungan vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan adanya kandungan antioksidan karoten dapat memerangi radikal bebas karena polusi. Karoten merupakan provitamin A yang dapat dirubah menjadi vitamin A yang berfungsi mencegah terjadinya rabun senja. Bahan terakhir sebagai penyusun BMC adalah daging ayam. Daging ayam dipilih sebagai sumber protein hewani karena daging ayam memiliki tekstur yang halus dan lembut dibandingkan dengan daging yang lain, sehingga mudah untuk dicerna (Muchtadi dkk 2010).

Disamping itu, daging ayam memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain dan daging ayam ini akan memberikan rasa yang gurih. Campuran tepung ubi cilembu, wortel dan daging ayam akan memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga sesuai untuk mengurangi permasalahan kurang energi dan protein pada anak usia 7-9 tahun. Pencampuran ketiga bahan ini berupa tepung yang nantinya diolah menjadi produk olahan. Tepung BMC akan lebih cocok diolah menjadi biskuit, karena kandungan gluten dalam campuran tepung ubi cilembu, wortel dan daging ayam sangat kecil. Pada pembuatan biskuit kering tidak perlu banyak membutuhkan pengembang (Edward, 2007). Biskuit merupakan makanan ringan yang sudah dikenal dan digemari oleh masyarakat terutama di kalangan anak usia sekolah. Biskuit BMC ini nantinya akan dianalisa zat gizinya melalui uji proksimat, yang terdiri dari uji protein, uji lemak, uji karbohidrat, uji air dan abu (Hui, 2006). Analisa proksimat menjadi penting karena dalam pengujian ini akan memberikan informasi mengenai kandungan utama dari makanan yang diuji. Pengujian proksimat juga akan memberikan informasi mengenai nilai gizi yang ada dalam makanan karena nilai gizi merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kualitas makanan. Selain dilakukan pengujian proksimat, dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji daya terima konsumen. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui daya terima sasaran terhadap produk BMC. Biskuit yang akan dibuat dengan menggunakan campuran tepung ubi jalar cilembu, wortel dan daging ayam diharapkan dapat memiliki kualitas

yang lebih baik dibandingkan dengan biskuit pada umumnya serta lebih memiliki rasa, kenampakan, aroma yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang, maka akan dilakukan penelitian tentang kadar proksimat dan daya terima pada biskuit BMC. Selain itu belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya, oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit BMC Berbahan Dasar Ubi Cilembu, Wortel dan Daging Ayam untuk Anak Usia Sekolah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan daya terima pada olahan biskuit dengan variasi tepung BMC 2. Berapa besar kadar karbohidrat, protein, lemak, air dan abu pada olahan biskuit BMC yang terpilih pada uji daya terima C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan uji daya terima dan nilai gizi pada biskuit yang terpilih pada uji daya terima. Tujuan Khusus penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perbedaan daya terima pada olahan biskuit dengan variasi tepung BMC 2. Mengetahui kadar karbohidrat, protein, lemak, air dan abu pada olahan biskuit BMC yang terpilih pada uji daya terima.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Meningkatkan pemahaman mengenali analisi zat gizi pada makanan dan kaitannya terhadap kemampuan penerapan ilmu gizi b. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan uji organoleptik terhadap produk makanan c. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan pengembangan sumberdaya pangan lokal. 2. Bagi Masyarakat a. Menambah wawasan mengenai pengembangan pangan lokal. 3. Bagi Pemerintah a. Mendukung upaya peningkatan penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal. b. Memberikan pertimbangan untuk mengambil kebijkan dalam pengembangan sumberdaya pangan lokal. E. Keaslian Penelitian 1. Rustanti dkk. (2012), meneliti mengenai daya terima dan kandungan zat gizi biskuit sebagai makanan pendamping ASI dengan substitusi tepung labu kuning (Cucurbita moshchata) dan tepung ikan patin (Pangasus spp). Perbandingan substitusi tepung labu kuning dan tepung ikan patin (1:3, 1:1, 3:1) dengan 3 ulangan. Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan tepung labu kuning dan tepung ikan patin yang disubstitusikan pada biskuit bayi berpengaruh nyata pada kadar lemak, protein, air, karbohidrat dan

betakaroten, tetapi tidak berpengaruh nyata pada daya terima yang meliputi warna, rasa, tekstur, aroma, kadar abu dan serta total. Persamaan dengan penelitian adalah sama-sama meneliti proksimat dan daya terima dari biskuit. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini juga meneliti mengenai kadar beta karoten dan serat total. 2. Winoko (2014), meneliti mengenai perbedaan daya terima dan komposisi zat gizi pada biskuit yang terbuat dari campuran tepung tempe, tepung terigu, dan tepung ubi kuning dengan perbandingan yang bervariasi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan daya terima antara biskuit biasa dengan biskuit yang terbuat dari campuran tepung tempe, tepung terigu dan tepung ubi kuning. Namun pada penelitian ini hanya diukur nilai gizi pada biskuit yang terbuat dari campuran tepung tempe, tepung terigu dan tepung ubi kuning. Sehingga tidak diketahui perbedaannya dengan biskuit biasa. Persamaan dengan penelitian ini adalah produk olahan dan bahan produk yaitu dibuat menjadi biskuit dan dibuat dari beberapa campuran bahan makanan yang dibuat menjadi tepung. Selain itu penelitian ini meneliti mengenai kadar protein, lemak, karbohidrat, air, abu dan daya terima. Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini menguji kadar beta karoten dan panelis yang digunakan adalah panelis agak terlatih. 3. Romlah(2011), meneliti mengenai pengendalian mutu cake mocaf ubi jalar ungu. Cake mocaf ubi jalar ungu akan dibagi menjadi tiga variasi, dimana ketiga cake ini akan diuji daya terima terlebih dahulu kemudian cake yang

disukai akan diuji proksimat dan akan dilakukan Hazard Analysis Critical Point (HACCP). Hasil dari penelitian ini adalah dari uji kesukaan dengan menggunakan panelis tidak terlatih cake A merupakan variasi yang paling disukai. Persamaan dengan penelitian ini adalah produk yang diuji proksimat hanya satu buah variasi. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini menyertakan pengujian proksimat pada tepung ubi ungu dan menyertakan pengujian terhadap pengendalian mutu. 4. Khasanah(2007) mengkaji mengenai produk kue semprit dengan substitusi tepung ubi jalar putih. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan tingkat kesukaan kue semprit, sehingga dipilih semprit dengan substitusi ubi jalar 100% untuk diuji serat dan proksimat. Pemilihan vasriasi tersebut dikarenakan kue semprit dengan substitusi 100% mengandung serat kasar yang paling tinggi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menguji proksimat pada satu produk yang telah diuji daya terima. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menguji kandungan serat pada kue semprit.