ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D


BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

6.1 Peruntukkan Kawasan

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

3). Kembalinya fungsi utama seperti taman kota sebagai tempat hiburan

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan kendaraan (demand), belum tersedianya fasilitas transportasi yang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO JUDUL REDESAIN KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOTA SOREANG TUGAS AKHIR AAM MUHARAM ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

Transkripsi:

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

ABSTRAK Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta merupakan kawasan wisata yang sangat berpotensi. Di sana terdapat beberapa spot wisata yang merupakan ciri khas dari Kota Surakarta, seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Masjid Agung Kauman, Pasar Klewer, dan Kampung Batik Kauman. Lokasi spot-spot wisata tersebut berdekatan dan berada dalam satu lokasi. Masing-masing spot wisata menawarkan daya tarik yang berbeda. Pengunjung dapat sekaligus menikmati beberapa spot wisata sekaligus dalam satu kawasan. Potensi ini sayangnya tidak didukung dengan fasilitas ataupun sarana dan prasarana yang lengkap, khususnya bagi pejalan kaki. Pengunjung tidak mendapatkan kenyamanan maupun keamanan untuk berjalan kaki dari lokasi parkir menuju satu spot wisata ke spot wisata yang lain. Para pejalan kaki keanyakan tidak berjalan di trotoar dikarenakan trotoar rusak, kurang pohon peneduh, tidak terdapat sitting group tempat mereka beristirahat. Permasalahan lain yaitu keberadaan PKL yang tidak tertata. Tidak terdapat integrasi antara satu spot wisata yang satu dengan spot wisata yang lain juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan kawasan. Oleh karena itu memunculkan pertanyaan penelitian yang akan dikasji oleh penliti sebagai berikut: Bagaimanakah arahan penyediaan ruang pejalan kaki yang tepat untuk diterapkan di Kawasan Alun-alun lor Kota Surakarta? Penelitian ini bertujuan untuk memberikan arahan dalam penyediaan ruang bagi pejalan kaki di Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan serta mengintegrasikan spot-spot wisata yang ada sehingga dapat mengoptimalkan fungsinya sebagai kawasan wisata. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang ditunjang dengan kuesioner yang disebarkan kepada para pengunjung Kawasan Alun-alun Lor terutama para pejalan kaki dengan mengambil sampel 100 orang. Kuesioner tersebut digunakan untuk menunjang analisis-analisis yang digunakandengan harapan untuk mengetahui kebutuhan dan pendapat dari para responden. Adapun analisis yang dilakukan antara lain mulai dari analisis karakteristik fisik kawasan, aktivitas pendukung kawasan, karakteristik pejalan kaki, kondisi ruang pejalan kaki, fasilitas pendukung pejalan kaki, dan diakhiri dengan arahan penyediaan ruang untuk pejalan kaki. Dari hasil analisis yang dilakukan, penelitian ini memberikan beberapa arahan penyediaan ruang bagi pejalan kaki mulai dari keberadaan trotoar hingga fasilitas-fasilitas pendukungnya. Dimensi trotoar untuk beberapa spot berbeda,secara keseluruhan trotoar berdimensi 2,5 meter agar dapat dilalui secara berkelompok, khusus di dalam dan sebelah barat alun-alun trotoar berdimensi 4 meter. Trotoar di dalam area alun-alun dibuat untuk dapat mengintegrasikan antara satu spot wisata dengan spot wisata yang lain, dengan memaksimalkan alun-alun lor sebagai ruang publik dengan menyediakan ruang untuk pejalan kaki, baik itu trotoar, sitting group, tempat sampah, dan lampu penerangan. Trotoar ini juga memberikan kemudahan bagi pejalan kaki dalam pencapaiannya ke beberapa spot wisata yang ada di Kawasan Alunalun Lor. Permukaan trotoar perlu dibuat paving agar tidak terlalu licin terutama pada musim penghujan dan perlu diberikan warna dan corak yang khas bagi kawasan wisata. Pejalan kaki juga perlu ditunjang dengan fasilitas pendukung untuk menciptakan kenyamanan, seperti perlunya pohon peneduh yang ditanam di setiap sisi trotoar untuk memberikan keteduhan bagi pejalan kaki, lampu penerangan yang diletakkan tiap 15 meter guna memberi penerangan pada malam hari, dan sitting group sebagai tempat istirahat. Sitting group ini diletakkan pada sisi barat area alun-alun yang memiliki lebar trotoar 4 meter, serta di trotoar menuju Kampung Batik Kauman. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kawasan Alun-alun Lor merupakan kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ciri khas di Kota Surakarta. Oleh karena itu perlu dimaksimalkan dengan jalan memberikan penyediaan ruang bagi pejalan kaki yang nyaman dan aman. Kata kunci: arahan, ruang pejalan kaki, Kawasan Alun-alun lor

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca (Nazarudin, 1994:83). Kualitas ruang publik terutama di kota-kota besar di Indonesia saat ini cenderung menurun dan dirasa kurang memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Berbagai upaya pemerintah untuk mengembalikan fungsi ruang publik mulai tampak dengan adanya isu global warming. Sebagai contoh, Pemerintah DKI Jakarta yang mengubah Stadion Menteng menjadi ruang terbuka publik yang hijau dan menarik, demikian pula dengan Kota Semarang yang memiliki beberapa ruang terbuka publik seperti Kawasan Simpang Lima yang terletak di pusat kota. Selain itu terdapat Kawasan Tugu Muda yang saat ini diubah menjadi ruang terbuka yang nyaman dilengkapi dengan taman, air mancur dan lampu yang menarik sehingga menjadikannya sebagai salah satu ruang terbuka publik yang dimanfaatkan oleh warga Kota Semarang. Salah satu aspek penting yang berkaitan dengan ruang publik adalah fasilitas untuk pejalan kaki. Pejalan kaki merupakan pengguna jalan yang membutuhkan ruang tersediri untuk memperoleh faktor keamanan. Selain faktor keamanan, pejalan kaki juga membutuhkan faktor kenyamanan yang ditunjang dengan fasilitas-fasilitas pendukung. Fasilitas pejalan kaki tidak hanya berupa trotoar, tetapi juga dilengkapi dengan taman, pohon peneduh, lampu, bangku, tempat sampah, dan lain-lain. Saat ini fasilitas pejalan kaki masih sangat minim dan kurang diperhatikan, sehingga memberikan kondisi ketidaknyamanan bagi para pejalan kaki. selain tidak nyaman, ketidakamanan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Kawasan Alun-alun Lor yang terletak di Kota Surakarta merupakan salah satu kawasan ruang publik sekaligus kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan (RDTRK Kota Surakarta). Hal ini dikaitkan dengan keberadaan Kawasan Alun-alun Lor yang dikelilingi dengan bangunan-bangunan bersejarah dan memiliki nilai arsitektur tinggi. Bangunan-bangunan tersebut antara lain bangunan Kraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung yang masih berfungsi hingga sekarang, serta keberadaan Kampung Kauman yang terkenal sebagai salah satu sentra batik. Selain itu juga terdapat Pasar Klewer yang terkenal sebagai salah satu sentra distributor batik dan makanan-makanan khas Kota Surakarta. Keberadaan Pasar Klewer dan Kampung Batik Kauman menjadi faktor penghidup Kawasan Alun-alun Lor tersebut. Pengunjung tidak hanya dapat menikmati bangunan keraton dan masjid yang memiliki nilai arsitektur dan sejarah yang tinggi, 1

2 pengunjung juga dapat berbelanja pakaian-pakaian maupun makanan khas dari Kota Surakarta di Pasar Klewer dan Kampung Batik Kauman. Berbagai keistimewaan yang dimiliki Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta tersebut mestinya dipertahankan sehingga dapat menjadi identitas Kota Surakarta yang sangat berharga dan memiliki nilai sejarah. Namun kondisi Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta saat ini sangat memprihatinkan. Pengembangan berbagai potensi wisata yang berada dalam satu kawasan yaitu di Kawasan Alun-alun Lor tersebut dirasa masih belum optimal dan masih belum terintegrasi satu sama lain. Sebagai ruang publik dan kawasan wisata, Kawasan Alun-alun Lor tidak memiliki fasilitas pendukung ruang bagi para pejalan kaki. Hal ini dikarenakan trotoar yang semestinya mejadi tempat bagi pejalan kaki, berubah fungsinya sebagai tempat berjualan bagi para pedagang kaki lima. Selain itu pada lokasi-lokasi tertentu di dalam Kawasan Alun-alun Lor tidak terdapat fasilitas bagi pejalan kaki. Padahal lokasi parkir kendaraan relatif jauh dan mengharuskan pengunjung untuk berjalan kaki. Kondisi lalu lintas di sekitar kawasan tidak teratur dan lalu lintas pejalan kaki dengan kendaraan bermotor bercampur sehingga seringkali menimbulkan kemacetan. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kakipun menjadi kurang karena harus berebut jalan dengan becak, angkutan umum dan kendaraan pribadi. Alun-alun Lor yang menjadi salah satu ruang publik juga telah dipagari oleh pihak Keraton, sehingga hal ini mematikan fungsi ruang terbuka tersebut. Alun-alun Lor tersebut ditutup dengan alasan agar tidak digunakan sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima. Di satu sisi hal ini menyelesaikan masalah sehingga alun-alun tidak kotor dan rusak, namun di sisi lain menimbulkan masalah baru karena para pedagang kaki lima tidak memiliki wadah atau ruang sehingga mereka berjualan di pinggir jalan. Berbagai permasalahan di atas mengakibatkan kurang optimalnya Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta sebagai salah satu ruang publik, dan kawasan wisata. Penutupan Alun-Alun Lor oleh pihak Keraton menimbulkan permasalahan yaitu matinya ruang publik dan tidak adanya ruang bagi pedagang kaki lima. Hal ini menimbulkan perdebatan antara pihak Keraton dengan para stakeholder. Melihat potensi wisata dan permasalahan di atas,maka dibutuhkan adanya peningkatan dan pengelolaan kawasan wisata dan ruang publik tersebut. Dalam hal ini penulis fokus terhadap penyediaan fasilitas pejalan kaki yang terintegrasi dari satu point wisata ke point wisata yang lain di Kawasan Alun-alun Lor Kota Surakarta. Penulis berusaha untuk mewadahi aktivitas pengunjung Kawasan Alun-alun Lor terutama pejalan kaki dengan memberikan arahan penyediaan fasilitas pejalan kaki yang ideal dan dapat mengintegrasikan Kawasan Alun-alun Lor tersebut sebagai kawasan wisata di Kota Surakarta yang memiliki ciri khas. Diharapkan hal tersebut dapat memaksimalkan potensi wisata yang ada di

3 kawasan tersebut dan menciptakan ruang publik yang teratur, aman dan nyaman untuk para pengunjung lokal maupun dari mancanegara. Melalui tugas akhir ini penulis merumuskan arahan penyediaan fasilitas pejalan kaki yang disusun melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Sehingga menghasilkan output yang diharapkan dapat memaksimalkan potensi wisata yang ada di kawasan tersebut dan menciptakan ruang publik yang teratur, aman dan nyaman untuk para pejalan kaki di kawasan tersebut (pengunjung lokal maupun dari mancanegara). 1.2 Perumusan Masalah Sebagai lokasi awal terbentuknya Kota Surakarta, Kawasan Alun-alun lor ini merupakan Ruang terbuka publik yang sangat menarik dan mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari masih eksisnya Keraton Kasunanan Surakarta, keberadaan Pasar Klewer dan Kampung Batik Kauman sebagai daya tarik perdagangan, dan Masjid Agung yang kesemuanya merupakan bangunan-bangunan bersejarah dan berpotensi sebagai kawasan wisata. Potensi tersebut masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Masingmasing point wisata tidak terintegrasi satu sama lain. Permasalahan yang utama adalah kurangnya fasilitas bagi pengunjung terutama bagi pejalan kaki yang kesulitan mengakses dari satu spot wisata ke spot wisata lainnya dalam lingkup area Alun-alun Lor Kota Surakarta. Fasilitas pejalan kaki seperti pohon peneduh, sitting group, trotoar, lampu penerangan untuk malam hari dirasa masih sangat kurang. Bercampurnya arus pejalan kaki dengan kendaraan bermotor diakibatkan oleh minimnya fasilitas trotoar. Kondisi tersebut sangat tidak aman bagi para pejalan kaki. Terlebih kenyamanan pengunjung juga kurang. Ruang publik, dalam hal ini alun-alun, saat ini tidak berfungsi optimal. Bahkan Alun-Alun Lor yang sedianya ditutup guna menghindari para pedagang kaki lima berjualan di dalamnya, kini digunakan sebagai area parkir di salah satu sisinya. Dari keseluruhan permasalahan di atas, muaranya dapat menyebabkan kurang optimalnya Kawasan Alun-Alun Lor s\surakarta sebagai kawasan wisata. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Penjelasan mengenai perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.1. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan sebuah pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: Bagaimanakah arahan penyediaan ruang pejalan kaki yang tepat untuk diterapkan di Kawasan Alun-alun lor Kota Surakarta?