BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang pernah dikenal melakukan swasembada beras namun pada pembangunan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa. Luas lahan untuk pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PENGANTAR AGRIBISNIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perdagangan antar wilayah, sehingga otomatis suatu daerah akan membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian, sejak dulu merupakan sektor ekonomi yang utama di negara negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang vital sekali. Hal ini antrara lain disebabkan oleh beberapa faktor berikut (Indranada 1980 dalam Mardikanto, 2007:1), yaitu (1) Sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu negara, (2) tekanan-tekanan demografis yang besar di negara-negara berkembang yang sering disertai dengan meningkatnya pendapatan dari sebagian penduduk menyebabkan kebutuhan tersebut terus meningkat. Jika kebutuhan ini tak dapat dipenuhi maka kekurangannya harus diimpor yang berarti akan mengurangi foreign-exchange yang dibutuhkan untuk input pembangunan, (3) sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain terutama sekali sektor industri. Faktor-faktor ini biasanya berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan mentah, (4) Sektor pertanian merupakan basis dari hubunganhubungan pasar yang penting yang dapat menciptakan spread-effect dalam proses pembangunan. Sektor ini dapat pula menciptakan forward dan backward linkage yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang tepat dapat memberi sumbangan yang besar untuk pembangunan., (5) Sektor ini merupakan sumber foreignexchange yang diperlukan untuk input pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar penduduk negara negara berkembang yang hidup di pedesaan. Salah satu sub sektor pertanian adalah hortikultura. Sub sektor hortikultura menjadi sorotan perekonomian pada saat ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya program pembangunan pertanian dari pemerintah untuk sub sektor hortikultura, salah satunya Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, selama periode tahun 2009-2013, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah mengalokasikan anggaran untuk pengadaan dan pendistribusian bibit tanaman buah-buahan sebanyak 80.400

2 batang. Bibit yang didistribusikan adalah durian (37.500 batang), diikuti jeruk (27.000 batang), sirsak (11.500 batang), strawberry (3.000 batang), salak (900 batang) dan jeruk nipis sebanyak 500 batang (Lampiran 1). Pengalokasian bibit buah-buahan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta progresif dalam gerakan pertumbuhan ekonomi daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014:30). Jeruk nipis merupakan salah satu komoditi Hortikultura yang menjadi sorotan pada saat ini. Selain dari pendistribusian bibit buah-buahan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah membuat sebuah Kebun Bibit Buah-Buahan Nagari (KBBN) yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan serta keterampilan petani yang telah biasa membudidayakan tanaman buah menjadi petani penangkar buah, untuk itu pada kelompok-kelompok tani sebanyak 62 kelompok tani difasilitasi dengan dana masing-masing kelompok sebesar Rp 20 juta yang akan dimanfaatkan untuk membuat sendiri bibit buah-buahan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, 2014:23). Daerah yang menjadi Kebun Bibit Buah-Buahan Nagari untuk buah jeruk nipis yaitu Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 2). Kebun bibit buah-buahan ini akan mempermudah mendapatkan bibit untuk dibudidayakan dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar daerah kebun bibit buah-buahan itu berada. Tanaman jeruk nipis mempunyai banyak kegunaan, tanaman ini cocok dijadikan tanaman hias sekaligus sebagai apotek hidup di pekarangan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, jeruk nipis banyak dijadikan tanaman hias dalam pot atau tanaman buah dalam pot. Bagian terpenting dari tanaman jeruk nipis adalah buahnya. Dalam kehidupan sehari-hari, buah jeruk nipis banyak digunakan dalam industri jamu, kosmetika, dan industri minuman. Air buah jeruk nipis mengandung vitamin C, zat besi, kalium, gula dan asam sitrat. Buah ini cocok dikonsumsi oleh segala usia (Rukmana, 2003:18). Dengan banyaknya kegunaan jeruk nipis ini memacu masyarakat untuk mengusahakan jeruk nipis ini karena banyak sektor yang akan memanfaatkan kegunaan dari jeruk nipis. Permintaan jeruk nipis di berbagai kota di Indonesia sangat beragam diantaranya adalah Jakarta lebih dari 1 ton per hari, di Purwokerto dan sekitarnya

3 mencapai 6 ton per bulan, di Malang dan Surabaya masing-masing tidak kurang dari 1 ton per minggu, sedangkan di Bali dan Kalimantan mencapai 10 ton per minggu. Golden Trully dan Hero Pasar Swalayan di kota-kota besar mempunyai daya serap minimal 1 ton per minggu (Rukmana, 2003:10). Peluang pasar jeruk nipis tidak hanya terbuka lebar di pasar domestik, tetapi juga pasar luar negeri. Negara-negara yang memesan jeruk nipis antara lain Belanda, Yugoslovia, Singapura, Taiwan, dan Inggris. Permintaan Singapura mencapai 1,5 Ton setiap 3 hari, Taiwan 5 ton per minggu, dan Inggris 20 ton perbulan, namun belum semua permintaan terpenuhi (Rukmana, 2003:11). Dari data diatas maka perlu tugas tataniaga dalam kasus ini. Salah satu tugas dari tataniaga adalah menyeimbangkan permintaan dengan jumlah yang tersedia (Sunyoto, 2012:25). Menurut (Sigit 1992 dalam Sunyoto 2012:25) kegiatan pemasaran itu luas, bukan sekedar menjual barang, melainkan segala aktivitas yang berhubungan dengan arus barang sejak dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Dalam kegiatan tataniaga ada beberapa kegiatan antara lain saluran distribusi, kebijakan produk, periklanan, seni menjual, promosi penjualan, penyimpanan dan pergudangan produk, transportasi, kuota, kebijaksanaan pelayanan, daerah penjualan, pengawasan penjualan dan organisasi penjualan. Tataniaga merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional (Tjiptono dkk, 2008:3). Aspek pemasaran merupakan aspek yang paling penting dalam sebuah bisnis yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker, eksportit, importir, atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau lemahnya kompetisi pasar yang sempurna, akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 1999:117).

4 B. Rumusan Masalah Provinsi Sumatera Barat merupakan urutan kelima dalam produksi buahbuahan jeruk yang umumnya digolongkan pada beberapa kelompok yaitu jeruk keprok, jeruk besar, jeruk nipis, jeruk siam, jeruk lemon (Badan Pusat Statistik 2014). Sumatera Barat telah melakukan berbagai program pembangunan pertanian untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan serta keterampilan petani. Untuk tanaman jeruk nipis Sumatera Barat telah membuat Kebun Buah-Buahan Nagari di berbagai daerah yaitu Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Sijunjung (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, 2014:23). Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah penghasil bibit jeruk nipis terbesar dalam program pembangunan pertanian yang dilakukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Dengan demikian daerah Tanah Datar akan mudah mendapatkan bibit jeruk nipis untuk diusahakan dan dibudidayakan oleh masyarakat. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan menurut Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar ada beberapa nagari yang memproduksi jeruk nipis pada saat ini yaitu Nagari Padang Ganting, Tanjung Emas, Sungai Tarab, Batipuh Selatan, Batipuh, Sungayang (Lampiran 3). Nagari Padang Ganting merupakan Nagari terbesar dalam produksi jeruk nipis di Kabupaten Tanah Datar. Nagari Padang Ganting terletak di kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumater Barat. Berdasarkan data yang di peroleh dari Kantor Kecamatan Padang Ganting, Nagari Padang Ganting memiliki luas daerah 33,25 Km 2. Luas lahan jeruk nipis di Nagari Padang Ganting seluas 101 ha, dengan tanaman yang menghasilkan seluas 85 ha, Tanaman yang belum menghasilkan 6 ha, dan yang tidak menghasilkan 10 ha. Dari sisi Geografisnya Nagari Padang Ganting memiliki ketinggian 450-550 meter dari Permukaan Laut dengan keadaan suhu rata-rata 30 o C. Nagari Padang Ganting memiliki relief alam perbukitan dan hamparan pertanian, dengan subtropisnya Nagari Padang Ganting memiliki hutan heterogen, namun sekarang hutan telah digarap dan dialihkan menjadi kebun dengan tanaman produktif seperti karet dan Jeruk Nipis.

5 Menurut Asrizal sebagai salah satu tokoh masyarakat Padang Ganting dalam berapa tahun ini, masyarakat Nagari Padang Ganting sudah mulai mengembangkan buah jeruk nipis. Menurut Badan Penyuluhan Kecamatan Padang Ganting setiap minggu pemasaran jeruk nipis tersebut dibawa sampai ke luar daerah. Produksi jeruk nipis di saat memasuki usia produktif bisa menghasilkan sebanyak 41 kg pebatang setiap periode panen dengan jumlah batang 19.150 batang. Jika dikalkulasikan produksi jeruk nipis di Nagari Padang Ganting sebanyak 785.150 kg permusim panen (Lampiran 4). Hasil survei yang dilakukan diketahui dalam tataniaga jeruk nipis ini, hasil produksi jeruk nipis ini dibawa ke pasar terdekat yaitu pasar di Kota Batu Sangkar dan juga dibawa langsung ke pasar jeruk nipis yang ada di Kota Pekanbaru, Kota Jambi. Pemasaran jeruk nipis mempunyai saluran yang panjang sehingga mempengaruhi pendapatan yang diterima petani. Selain itu, harga jeruk nipis yang tidak stabil juga akan mempengaruhi pendapatan yang diterima petani. Harga jeruk nipis yang diterima oleh petani pada bulan Januari 2016 dengan kisaran harga terendah mencapai Rp.4.000,-/kg hingga mencapai Rp.6.000,-/kg. Harga ini terus berubah seiring dengan perubahan kondisi penawaran pedagang dan permintaan konsumen. Selain itu, harga jeruk nipis dipasaran pada bulan Januari harga terendah adalah Rp.12.000,-/kg hingga mencapai Rp.20.000,-/kg. Dengan demikian maka didapatkan selisih harga terendah sebesar Rp.8.000,-/kg. Dalam penentuan harga jeruk nipis, petani memiliki posisi yang lemah dalam penentuan harga. Hal ini dikarenakan jumlah petani dan jumlah pedagang pengumpul tidak seimbang. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Penyuluhan Kecamatan jumlah petani di Nagari Padang Ganting sebanyak 186 orang, dan jumlah pedagang pengumpul sebanyak 20 orang. Jumlah ini akan membuat posisi petani lemah dalam sistem penentuan harga. Di Nagari Padang Ganting, petani tidak tergabung dalam kelompok tani dan juga koperasi. Kelompok tani dan juga koperasi sangat bermanfaat dalam meningkatkan posisi petani dalam sistem penentuan harga. Tataniaga jeruk nipis di Nagari Padang Ganting sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga yang terlibat, seperti pedagang pengumpul, pedagang besar/agen dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga ini akan menentukan

6 mekanisme pasar. Pedagang pengumpul berperan sebagai penyedia dan penyalur jeruk nipis yang dijual kepada pedagang besar/agen. Pedagang besar/agen berperan sebagai penyedia dan penyalur jeruk nipis yang dijual baik kepada pedagang pengecer, maupun konsumen, sedangkan pedagang pengecer berperan sebagai penyedia jeruk nipis yang dijual kepada konsumen. Berdasarkan uraian diatas maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi tataniaga jeruk nipis di Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar? 2. Bagaimana struktur, perilaku dan keragaan (Structure, Conduct, and Performance/ SCP) tataniaga jeruk nipis di kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah datar. Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian denhgan judul Analisis Tataniaga Jeruk Nipis yang Berasal Dari Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan saluran tataniaga dan fungsi tataniaga jeruk nipis di Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar. 2. Menganalisis struktur, perilaku, dan keragaan (SCP) tataniaga Jeruk Nipis di Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak pihak terkait diantaranya : 1. Bagi Petani Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk petani mengarahkan keputusan-keputusan petani dalam menghasilkan produk, serta bagaimana menjualnya, sehingga dapat membantu petani jeruk nipis dalam memperoleh informasi dalam memasarkan hasil produksinya.

7 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi pengambilan keputusan bagi aparatur pertanian, agar menciptakan iklim dengan kebijaksanaankebijaksanaan yang menjamin terlaksananya dengan baik kegiatan operasionil tataniaga. 3. Bagi Akademis Dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya terhadap pengembangan tataniaga untuk berbagai komoditi pertanian, khususnya untuk tanaman Hortikultura guna mencapai pengembangan sektor pertanian untuk meningkatkan perekonomian bagi masyarakat tani.