BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. atmadja (Agustiani, 2005:1) yang menyatakan bahwa Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. metode-metode pembelajaran agar peserta didik mampu mengembangkan potensipotensinya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkannya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan nilai. keragaman pendapat dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Pasal 20 Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Pengertian pendidikan menurut undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2013 pasal 1, Yakni: Sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia, serta keterampilan dirinya, masayarakat bangsa dan negara Pendidikan menjadi salah satu faktor utama dalam kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh pihak lain. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju dan berkembang. Tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran guru, siswa, masyarakat maupun lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari seksama terhadap suatu mata pelajaran. 1

2 Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen : Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan manakala pendidik tersebut dapat mengubah diri siswa. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. Serta pendidik juga harus bisa menumbuhkan sikap rasa percaya diri, mempunyai rasa ingin tahu, kerjasama, cinta tanah air, dan sebagainya. Di dalam proses pembelajaran aktifitas siswa lebih diutamakan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, aktifitas siswa salah satunya yaitu kerjasama. Kerjasama merupakan suatu kegiatan sekelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama (Roestiyah, 2008, hal. 15), dalam kerjasama ini biasanya terjadi interaksi antara anggota kelompok dan mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai bersama-sama. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar mengalami perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006, hal.30). Pada proses pembelajaran seorang guru bertugas menyiapkan situasi yang kondusif bagi siswa untuk memahami apa yang sedang dipelajari dengan memberi fakta, data, serta konsep. Menurut Hermansyah dalam Sumarmo (2003, hal.4), menerapkan berbagai strategi, metode, dan pendekatan yang tepat dengan kondisi siswa

3 dan materi itu sangat diperlukan karena jika pembelajaran digunakan membuat siswa tertarik, maka motivasi dan minat siswa akan meningkat, sehingga siswa menjadi senang untuk belajar lebih lanjut, dan pembelajaran pun lebih terarah. Selama ini proses pembelajaran belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. Pembelajaran masih berpusat pada guru, ceramah menjadi pilihan utama dalam menyampaikan materi, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa, guru terkadang dalam memilih model pembelajaran sering tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Penggunaan media yang kurang optimal menjadikan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Penggunaan buku teks sebagai sumber belajar pun kurang optimal karena minat baca siswa kurang, sehingga informasi yang diperoleh tidak diolah menjadi pengetahuan yang bermakna bagi mereka. Melihat keadaan di SDN Jati Satu menunjukkan sikap kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa dinilai masih kurang optimal. Dapat dideskripsikan bahwa dari 20 siswa, yang dapat memahami dan menyelesaikan soal-soal materi keanekaragaman suku bangsa dengan benar hanya 3 siswa, sedangkan 17 siswa lainnya kurang dapat memahami dan menyelesaikan soal-soal tentang materi tersebut. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pemahaman terhadap materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu belum dapat mencapai KKM nilai KKM yang harus dicapai adalah 70. Bedasarkan ulangan harian semester I dapat terlihat bahwa perincian nilai siswa sebagai berikut, nilai yang belum mencapai KKM nilai 30 = 2, nilai 40 = 4 orang, nilai 50 = 9 orang, nilai 60 = 2 orang, sedangkan nilai yang sudah mencapai KKM adalah nilai 70 = 3 orang.

4 Berdasarkan pengamatan peneliti, penyebab rendahnya pemahaman siswa kelas IV SDN Jati Satu pada mata pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar seringnya dilaksanakan dengan ceramah dan penugasan. Penyampaian materi ini, biasanya siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) saja, sehinggga sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya dan mengoptimalkan pemahamannya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif. Dari identifikasi masalah tersebut, maka penggunaan model pembelajaran terhadap pemahaman materi keanekaragaman suku bangsa merupakan masalah yang menonjol yang perlu segera diteliti karena akan sangat berpengaruh pada kerjasama dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat di tentukan oleh seorang guru yang melakukan transfer ilmu (knowladge transfer) melalui proses pembelajarannya, dalam hal ini strategi pembelajaran menjadi penting dalam proses pembelajaran tersebut. Dari kurangnya kerjasama dan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran maka diadakan penelitian yang mengatasi segala permasalahan dengan mencoba salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Arends dalam Abbas, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan percaya diri.

5 Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based Learning (PBL) memfokuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa serta peserta didik dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Problem Based Learning (PBL) menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan autentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisa dan mendefinisikan masalah itu, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan) membuat inferessi, dan membuat kesimpulan. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa, karena pada umumnya PBL digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sehingga dalam proses belajar mengajar aktifitas tidak hanya didominasi oleh guru, siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada akhirnya diharapkan materi keanekaragaman suku bangsa yang diajarkan oleh pendidik dapat dipahami dan siswa dapat mengingatnya dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa perlu adanya penelitian guna pengembangan metode dalam penyampaian materi pembelajaran di kelas. Oleh

6 karena itu, penulis mengajukan judul mengenai Penggunaan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPS Materi Keanekaragaman Suku Bangsa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Jati Satu Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2016/2017) sehingga kerjasama dan hasil belajar siswa dapat meningkat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang terjadi dalam pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa antara lain: Kerjasama dan hasil belajar Siswa kelas IV di SD Negeri Jati Satu rendah karena guru dalam pembelajaran terlalu monoton atau menggunakan cara yang itu-itu saja dalam mata pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa. Sikap kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Jati Satu perlu ditingkatkan karena rendahnya kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Jati Satu. Faktor yang mempengaruhi kerjasama dan hasil belajar siswa yang rendah adalah faktor guru yang monoton dalam mengajar, Siswa yang kurang motivasi dan aktivitas dalam belajar, kurangnya pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata, siswa yang kurang puas untuk menemukan pengetahuan baru dan kurangnya evaluasi sendiri pada siswa baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. Dengan cara menerapkan Model Problem Based Learning kerjasama dan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri Jati Satu akan meningkat.

7 Guru harus memahami betul model Problem Based Learning ini agar guru mampu mengimplementasikannya, dan menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. C. Rumusan Masalah Kesulitan siswa dalam dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa disebabkan kurangnya kerjasama dan pemahaman siswa dalam belajar dikarenakan kurang kreatifnya guru dalam cara mengajar sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai KKM. Hal ini berdampak pada siswa dan mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah ini dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah Umum Apakah penggunaan model Problem Based Learning dapat menumbuhkan sikap kerjasama dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu? 2. Rumusan Masalah Khusus a. Bagaimana penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk menumbuhkan sikap kerjasama dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu? b. Bagaimana penggunaan model Problem Based Learning untuk menumbuhkan sikap kerjasama dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati?

8 c. Apakah dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat menumbuhkan sikap kerjasama dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu? d. Apakah dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu? D. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang muncul perlu dibatasi supaya pembahasan tidak terlalu umum. Pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa yang rendah dan masih dibawah KKM. 2. Kerjasama siswa dalam belajar berkelompok rendah. 3. Guru belum terampil dalam membuat Rencana Pelaksananan Pembelajaran. 4. Guru belum terampil dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi. 5. Guru belum terbiasa menggunakan model Problem Based Learning. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan umum dari penelitian ini adalah ingin meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa kelas IV SDN Jati Satu Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat melalui model Problem Based Learning.

9 2. Tujuan Khusus a. Ingin mengetahui penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk menumbuhkan sikap kerjasama dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu. b. Ingin mengetahui penggunaan model Problem Based Learning untuk menumbuhkan sikap kerjasama dan meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati? c. Ingin mengetahui penggunaan model Problem Based Learning dapat menumbuhkan sikap kerjasama dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu. d. Ingin mengetahui penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa pada siswa kelas IV SDN Jati Satu. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini akan berguna untuk menambah wawasan keilmuan pada peneliti dan secara langusng maupun tidak langsung akan memberikan penguatan teori terhadap upaya meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa melalui model Problem Based Learning. Adapun manfaat penelitian secara khusus yaitu: 1. Manfaaat bagi guru, yaitu: a. Mengembangkan potensi guru dalam merancang dan menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning.

10 b. Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di Sekolah Dasar. c. Menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan karakteristik siswa Sekolah Dasar. 2. Manfaat bagi siswa, yaitu: a. Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman suku bangsa. b. Hasil penelitian ini akan memberikan suatu pengalaman yang nyata dan bermakna dalam kegiatan pembelajaran. 3. Manfaat bagi peneliti, yaitu: a. Mendapat pengalaman dalam merancang dan melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran. b. Mengetahui permasalahan yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran. c. Berguna bagi peneliti sebagai calon guru yang kelak akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. G. Kerangka Pemikiran Dalam kegiatan belajar mengajar harus menggunakan pendekatan scientific yang tidak mudah di implementasikan, dewasa ini guru belum cakap dalam membuat RPP dengan baik, siswa memiliki sikap kerjasama, rasa percaya diri, cinta tanah air, rasa ingin tahu yang rendah dan hasil belajar yang kurang optimal. Dalam beberapa model pembelajaran, penulis memilih model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa begitu pula kemampuan guru dalam membuat RPP dan penerapan model Problem Based Learning akan meningkat.

11 Dalam model Problem Based Learning terdapat kelebihan dari model PBL berdasarkan Pendapat Arends, Pada esensinya pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Untuk memperoleh informasi dan mengembangkan konsep-konsep sains, siswa belajar tentang bagaimana membangun kerangka masalah, mencermati, mengumpulkan data dan menyusun fakta, menganalisis data dan menyusun argumentasi terkait pemecahan masalah, kemudian memecahkan masalah baik secara kelompok maupun individual. Dari kegiatan siklus I, dan siklus II diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Kondisi akhir diduga melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa. Secara konseptual mengenai kerangka pemikiran atau paradigma penelitian dalam penelitian sebagaimana tampak pada diagram dibawah ini:

12 Gambar 1.1 Kerangka Berpikir KONDISI AWAL Guru kurang cakap dalam membuat RPP dengan baik dalam pembelajaran IPS materi Keanekaragaman Suku Bangsa SD Negeri Jati Satu Kerjasama dan hasil belajar siswa yang kurang optimal atau tidak memenuhi KKM TINDAKAN KONDISI AKHIR Siklus I: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi Kegiatan KBM Pembelajaran 1 dan 2 Siklus II: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi Kegiatan KBM Pembelajaran 3 dan 4 melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pembelajaran IPS materi keanekaragaman suku bangsa Sumber: Fajar Hidayat 2016:13 H. Asumsi Asumsi merupakan sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk sementara sebelum ada kepastian. Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Sesuatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur. Bahwa hujan diawali dengan awan tebal dan langit mendung, hal ini bukanlah merupakan suatu kebetulan tetapi memang polanya sudah demikian. Kejadian ini akan berulang dengan pola yang sama. Alam merupakan suatu sistem yang teratur yang tunduk kepada hukum-hukum tertentu. Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris.

13 1. Asumsi pertama menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokkan beberapa objek yang serupa ke dalam satu golongan. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap objek-objek yang ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang keilmuan yang mula-mula sekali berkembang. Konsep ilmu yang lebih lanjut seperti konsep perbandingan (komparatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya taksonomi yang baik. 2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak mungkin dilakukan bila objek selalu berubah-ubah tiap waktu. Walaupun begitu tidak mungkin kita menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab alam perjalanan waktu tiap benda akan mengalami perubahan. Oleh sebab itu ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk tiap benda. 3. Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama. Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh

14 suatu kejadian yang lain. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y, melainkan mengatakan X mempunyai kemungkinan (peluang) yang besar untuk mengakibatkan terjadinya Y. Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). (Sumber: http://erwindahapsari.blogspot.co.id /2012/06 /asumsi.html) Menurut pengertian diatas, peneliti berasumsi bahwa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dengan alasan sebagai berikut, bahwa dengan menggunakan model Problem Based Learning diharapkan siswa lebih fokus pada pembelajaran IPS, sehingga hasil belajar peserta didik lebih meningkat hingga membuat prestasi pembelajaran pun meningkat. I. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah dugaan/pernyataan sementara yang diungkapkan secara deklaratif/yang menjadi jawaban dari sebuah permasalahan. Pernyataan tersebut diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa di uji secara empiris. Hipotesis merupakan identik dari perkiraan atau prediksi. Dari sebuah hipotesis maka akan menimbulkan suatu prediksi, karena prediksi adalah hasil yang diharapkan diperoleh dari hipotesis. Hipotesis dapat diketahui jika telah melakukan suatu percobaan sehingga mengetahui hasilnya. Salah satu langkah dalam penelitian menggunakan metodo ilmiah adalah hipotesis. Seorang ilmuan/peneliti haruslah mempunyai kemampuan untuk memprediksi suatu permasalahan. (Sumber: http: //www. temukanpengertian. com/ 2013/06/pengertian-hipotesis.html)

15 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Dengan penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IV pada materi keanekaragaman suku bangsa. J. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut : 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Syaiful Sagala (2009, hal. 61) pembelajaran adalah Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru, sedangkan belajar oleh siswa. 2. Pengertian model Problem Based Learning Menurut Riyanto (2009, hal. 288) Problem Based Learning (PBL) memfokuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan model pembelajaran Problem Based Learning adalah menekankan keaktifan siswa serta siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah.

16 3. Pengertian Kerjasama Menurut Johnson, dkk (dalam Saputra 2005, hal. 50) bahwa pembelajaran kerjasama dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur termasuk di dalam struktur adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Untuk mencapai efektifitas dan produktifitas sebuah kelompok atau tim kerja, diperlukan suasana yang solid dan kondusif untuk memungkinkan terjadinya kerjasama di antara sesama anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok. 4. Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2002, hal. 30) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau pelatihan, perubahan yang terjadi dapat diamati melalui beberapa aspek berikut: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosia, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam individu akibat dari usaha yang dilakukan atau interaksi individu dengan lingkungannya. Hasil individu dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan secara bertahap selama proses belajar mengajar itu berlangsung. Evaluasi dapat dilakukan pada awal pelajaran, selama pelajaran berlangsung atau pada akhir pelajaran. Evaluasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar biasanya menggunakan suatu tes.

17 K. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Batasan Masalah e. Tujuan Penelitian f. Manfaat Penelitian g. Kerangka Pemikiran atau Diagram/Skema Paradigma Penelitian h. Asumsi i. Hipotesis Tindakan j. Definisi Operasional k. Struktur Organisasi Skripsi 2. Bab II Kajian Teoritis a. Kajian Teori. b. Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran yang Diteliti. 3. Bab III Metode Penelitian a. Setting Penelitian (tempat penelitian). b. Subjek Penelitian. c. Metode Penelitian. d. Desain Penelitian. e. Tahap Pelaksanaan PTK. f. Rancangan Pengumpulan Data.

18 g. Pengembangan Instrumen Penelitian. h. Rancangan Analisis Data. i. Indikator Keberhasilan (proses dan output) 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian (Mendeskripsikan hasil dan temuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan atau pertanyaan penelitian yang diterapkan) b. Pembahasan Penelitian (Membahas tentang hasil dan temuan penelitian yang hasilnya sudah disajikan pada bagian a sesuai dengan teori yang sudah ditemukan di Bab II) 5. Bab V Simpulan dan Saran a. Simpulan b. Saran