BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan wujud gagasan seseorang, mengenai pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB IV ANALISIS A. Upaya Pencegahan Miras Melalui Shalat Bagi Masyarakat Bangetayu Wetan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat pesat, praktis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, panti asuhan maupun lembaga-lembaga lain yang notabene berada

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan didalam maupun diluar lingkungan. Perkembangan kepribadian seorang remaja mempunyai arti yang khusus namun juga memiliki tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, artinya remaja belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa tetapi juga sudah tidak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak (Monks dkk,1999). Proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan permasalahan-permasalahan bagi mereka sendiri dan juga mereka yang berada dekat dengan lingkungan hidupnya. Remaja memiliki problematika yang universal, misalnya kenakalan remaja, prostitusi, minuman keras, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain, salah satu masalah remaja yang menonjol akhir-akhir ini adalah penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba. Narkoba berpengaruh buruk tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga berpengaruh terhadap pribadi, keluarga dan masyarakat. Pengaruh narkoba terhadap pribadi dapat menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarga, pengguna narkoba tidak lagi menjaga kesopanan di rumah dan bahkan mereka melawan orang tua. Pengaruh narkoba terhadap masyarakat, pengguna narkoba sering menimbulkan dan membuat keonaran (Hadiman, 1996). Akhir -akhir ini sering terdengar di media massa peristiwa-peristiwa tentang perkembangan remaja yang kurang sehat baik kualitas maupun kuantitasnya. Peristiwa tersebut membuat masyarakat menjadi risau akibat tindakan para remaja yang dipandang kurang bertanggung jawab. Tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut antara lain: perkelahian antar pelajar, pencurian, perampasan yang terjadi pada bulan Juni 2002 di Jakarta yang disertai dengan kekerasan dan kerusakan sehingga menyebabkan dua pelajar meninggal dunia.

Peristiwa-peristiwa lain yang dapat ditemui yaitu isap ganja mahasiswa UMS dibekuk, seorang mahasiswi salah satu PTS di Solo dituntut empat tahun penjara karena memiliki lima butir pil ineks, tertangkapnya sekelompok remaja yang sedang mengadakan pesta sabu-sabu di Tawangmangu (Rif. Solo Pos 2004). Menurut Hadiman (1996) remaja merupakan generasi penerus yang dipersiapkan untuk mengisi dan memajuka n bangsa dan negara. Masa remaja adalah masa sebaik-baik untuk belajar, sebab masa ini merupakan masa untuk bersiap diri mencari bekal guna melanjutkan kehidupan di hari kemudian. Kenyataannya, remaja merupakan golongan yang paling rentan terhadap kecenderungan penyalahgunaan narkoba. Hal ini dikarenakan sifat remaja yang selalu ingin membuktikan keberanian, melepaskan diri dari kesepian dan menghindarkan diri dari berbagai masalah. Hasil survei Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Polri memperlihatkan bahwa pemakai narkotika di Indonesia yang terbanyak secara nasional berasal dari golongan pelajar, baik SLTP, SLTA, maupun mahasiswa yang jumlahnya mencapai 70%, sedangkan yang lulusan SD hanya 30% (Atmoko, 2003). Hal ini berarti bahwa remaja yang merupakan sumber daya manusia yang potensial menjadi tidak dapat berfungsi secara maksimal karena semakin meluasnya penggunaan narkoba. Yatim (1986) mengemukakan bahwa kecenderungan penyalahgunaan narkoba artinya suatu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menggunakan obat termasuk narkoba secara teratur yang pada akhirnya menyebabkan ketergantungan. Hal ini sesuai pendapat Andajaningsih (1995) yang mengemukakan bahwa penyalahgunaan obat adalah pemakaian obat diluar petunjuk dokter, jadi merupaka n pemakaian sendiri secara teratur dan berkala. Menurut Haditono (dalam Rachmawati, 2004) yang menjadi penyebab para remaja menggunakan narkoba karena sifat mereka yang selalu ingin tahu, tekanan dari lingkungan, pertentangan dengan orang tua, kurangnya pe ndidikan agama dalam keluarga dan menghindarkan diri dari berbagai persoalan dan masalah hidup. Globalisasi telah memberi dampak pada diri remaja, terutama dalam menumbuhkan pribadi remaja yang berakhlak. Terbukti dengan semakin

meningkatnya perilaku remaja yang cenderung jauh dari nilai-nilai agama. Remaja dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral yang menyebabkan remaja bingung untuk memilih mana yang baik untuk dirinya. Hal ini nampak jelas pada remaja yang hidup di kota -kota besar yang mencoba mengembangkan diri kearah kehidupan yang disangka maju dan modern. Kontradiksi dalam kehidupan generasi itu menuntun proses perkembangan remaja kearah yang salah yang menyebabkan remaja kehilangan pegangan dan menimbulkan dampak negatif, seperti minuman keras, penyalahgunaan narkoba, prostitusi dan perilaku menyimpang lainnya (Hurlock, 1990). Oleh karena itu kehadiran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan arah sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlak guna membentuk generasi remaja yang berakhlak. Akhlak mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagi anggota masyarakat dan bangsa, sebab hancur dan sejahteranya suatu bangsa dan masyarakat tergantung pada akhlaknya. Apabila lahir batinnya baik, maka akan baik pula akhlaknya akan tetapi apabila lahir batinnya buruk, maka akan rusak pula akhlaknya. Manusia hidup sebagai makhluk sosial, sehingga perlu berinteraksi antara individu satu dengan individu lainnya, maka akhlak mempunyai kedudukan terpenting dalam menjaga hubungan tersebut agar terarah ke hal-hal yang positif (Shalichati, 2005). Menurut Sunardi (2001), akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situsional, tetapi akhlak yang benar -benar memiliki nilai-nilai mutlak, yaitu nilai-nilai yang baik dan buruk, berlaku kapan dan dimana saja dalam segala aspek kehidupan tidak dibatasi oleh waktu, yang merupakan cermin dari keadaan jiwa dan sekaligus gerak-gerik perilaku atau tindakan manusia. Manusia akan dinilai dan dipandang berakhlak mulia apabila jiwa dan tindakannya sesuai dengan norma -norma ataupun kaidah agama yang berlaku. Demikian pula sebaliknya, manusia akan dinilai berakhlak rendah atau buruk apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan pada perbuatan-perbuatan yang dipandang tercela, karena bertentangan atau melanggar norma -norma ataupun kaidah-kaidah agama yang berlaku.

Menjadikan akhlak seseorang lebih baik dibutuhkan pembinaan melalui pendidikan, sebab pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang akan datang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab (Sholih, 2003). Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama bagi anak memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada ana k. Setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar membekali pengetahuan tentang agama dan melatih ketrampilan anak dalam melaksanakan ibadah. Pendidikan agama jauh mencakup atau membahas tentang pembinaan sikap dan akhlak yang disertai dengan pembiasan-pembiasan dan latihan yang sesuai. Pembiasan-pembiasan dan latihan-latihan itu sangat penting dalam pembentukan pribadi akhlak dan agama anak, sehingga anak memiliki pengetahuan, penghayatan dan keimanan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, manusia dan dengan lingkungan (Poedjono, 2001). Pendidikan akhlak pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga pada khususnya. Semakin banyak pendidikan dan pengalaman yang bersifat agama, akan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, perilaku dan cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran dan remaja memiliki pribadi yang berakhlak (Daradjat, 1978). Pendidikan akhlak yang diberikan orang tua sejak dini akan memberikan pondasi kejiwaan anak dengan nilai keimanan yang akan membentuk kematangan psikologis, biologis terutama dalam mengendalikan tingkah laku untuk berbuat keji dan mungkar atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Apabila anak dibesarkan tanpa bimbingan dan pendidikan akhlak sejak dini, akan menjadikan anak mudah berperilaku ke hal-hal yang bertentangan dengan normanorma atau nilai-nilai agama maupun budaya, dan hanya menurut i hawa nafsunya.

Hal itu tidak akan terjadi apabila dalam keluarga, anak diberikan pendidikan akhlak sejak dini. Pendidikan akhlak yang diberikan keluarga akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan emosi dan perilaku disaat remaja kelak. Sebaliknya dengan tidak adanya pendidikan akhlak dalam keluarga akan menyebabkan terjadinya krisis spiritual dan akhlak pada diri remaja, sehingga remaja memiliki jiwa yang rapuh dan mudah terpengaruh ke hal-hal yang negatif seperti penyalahgunaan narkoba (Sunardi, 2001). Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara persepsi intensitas pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan narkoba. Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis menga dakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Persepsi Intensitas Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan antara intensitas pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kecenderungan perilaku penyalahgunaan narkoba. 2. Mengetahui tingkat pendidikan akhlak dalam keluarga. 3. Mengetahui tingkat kecenderungan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja. 4. Mengetahui peranan intensitas pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada remaja. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharpkan dapat bermanfaat bagi :

1. Orang tua, sebagai informasi bagi orang tua tentang pentingnya intensitas pendidikan akhlak bagi anak agar tidak terjadi kecenderungan penyalahgunaan narkoba. 2. Subjek penelitian, memberikan informasi khususnya terkait dengan hubungan intensitas pendidikan akhlak dengan kecenderungan penyalahgunaan narkoba sehingga dapat digunakan subjek sebagai acuan dalam menjalani tugas perkembangan pada masa remaja dengan baik. 3. Bidang psikologi dan peneliti lain, dapat memberikan informasi dan pengembangan wawasannya berkaitan dengan pendidikan akhlak dan kecenderungan penyalahgunaan narkoba.