I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut BPS (2006), sampai tahun 2005 sektor pertanian menyumbang 14,54 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha serta menyerap 44,04 persen tenaga kerja dari 94,9 juta angkatan kerja nasional. Tabel. 1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2002-2005 Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 Sektor Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan 114 981,5 119 164,8 122 611,7 125 757,5 b. Tanaman Perkebunan 37 073,3 38 693,9 39 548,0 40 429,9 c. Peternakan dan hasilnya 29 430,5 30 647,0 31 672,5 32 581,2 d. Kehutanan 17 125,4 17 213,7 17 333,8 16 981,9 e. Perikanan 33 002,8 34 667,9 37 056,8 38 640,8 Total Sektor Pertanian 231 613,5 240 387,3 248 222,8 254 391,3 Pertambangan dan penggalian 169 932,0 167 603,8 160 100,4 162 642,0 Industri Pengolahan 419 387,8 441 754,9 469 952,4 491 699,5 Listrik, Gas, dan Air 9 868,2 10 349,2 10 889,8 11 596,6 Kontruksi 84 469,8 89 621,8 96 333,6 103 403,8 Perdagangan, Hotel dan Restoran 243 266,6 256 516,6 271 104,9 294 396,3 Pengangkutan dan Komunikasi 76 173,1 85 458,4 96 896,7 109 467,1 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 131 523,0 140 374,4 151 187,8 161 959,6 Jasa-jasa 138 982,4 145 104,9 152 137,3 159 990,7 Produk Domestik Bruto 1 505 216,4 1 557 171,3 1 656 825,7 1 749 546,9 Sumber: BPS, 2006 Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan hasil-hasilnya. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian terutama

dalam penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap produk domestik bruto. Pada tahun 2005, pendapatan nasional dari sub sektor perkebunan atas dasar harga konstan sebesar 40.429,9 miliar rupiah yaitu menyumbang sebesar 2,31 persen terhadap PDB atau sebesar 15,89 persen terhadap sektor pertanian. Komoditi teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditi sub sektor perkebunan yang penting karena khasiatnya yang sangat baik untuk kesehatan. Bagi Indonesia teh selain bermanfaat untuk kesehatan juga merupakan salah satu penghasil devisa yang diandalkan. Komoditi ini menjadi salah satu usaha andalan pemerintah karena memberikan kontribusi ekspor cukup besar diantara komoditi pertanian lainnya. Menurut data BPS tahun 2005, komoditi teh turut menyumbang devisa negara sebesar US$ 48 juta. Selain itu teh juga berperan dalam penyedia lapangan kerja dan pelestarian lingkungan. Tabel 2. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Tahun 2001 2005 (dlm juta US$) Komoditi 2001 2002 2003 2004 2005 Getah Karet 7,5 6,8 12,3 14,7 6,4 Kopi 182,5 218,8 251 281,5 497,7 Udang 940,1 840,4 852,7 824,0 846,9 Teh 94,6 98,1 91,8 64,8 48,0 Rempah-rempah 174,2 188,1 186,3 153,7 138,0 Tembakau 80,8 66,5 44,5 45,6 62,9 Biji Coklat 276,5 521,3 410,4 370,2 468,2 Ikan 358,8 377,6 424,1 470,7 480,5 Biji-bijian 5,2 9,7 11,8 23,2 31,1 Mutiara 25,1 11,4 17,2 5,9 7,2 Damar 17,9 22,5 20,8 16,8 15,4 Sayur-sayuran 29,9 33,2 33,2 29,9 28,7 Buah-buahan 31,7 45,8 54,1 61,4 62,7 Lainnya 213,7 130,2 116 133,7 132,6 Total 2.438,5 2.570,4 2.526,2 2496,2 2826,3 Sumber: BPS,2006 Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir komoditi teh terbesar kelima di dunia memandang bahwa liberasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi industri teh. Di sisi lain hal ini dipandang 2

sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk teh yang semakin kompetitif di pasar internasional. Peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan terbesar bagi komoditi teh di Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya kuota menyebabkan komoditi teh nasional mendapat ancaman serius dari negara-negara yang juga merupakan negara produsen teh seperti Vietnam. Daya saing komoditi teh suatu negara produsen teh dapat dikaji secara umum dari kinerja pertumbuhan ekspor tehnya. Menurut ITC (2006), komoditi teh Indonesia sebanyak 62 persen dari total produksi Indonesia diperuntukkan untuk ekspor. Hal ini menjadi sangat penting karena memberi manfaat secara ekonomi bagi negara yaitu kontribusi terhadap devisa negara serta posisi daya saing teh Indonesia di dunia. Total ekspor komoditi teh Indonesia sejak tahun 2001 2005 cukup mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 ekspor teh Indonesia secara keseluruhan bernilai US$ 121.496.000. Namun, penguasaan pangsa pasar ekspor teh Indonesia terhadap total ekspor teh dunia dalam lima tahun terakhir menurun yaitu pada tahun 2001 sebesar 7,2 persen dan terus menurun sampai 6,6 persen pada tahun 2005 (tabel 3). Tabel 3. Perbandingan Volume Ekspor Teh Indonesia dengan Beberapa Negara Produsen Teh lainnya (Ton) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 China 249 678 252 273 259 980 280 193 286 563 India 179 857 198 087 170 277 193 908 188 208 Kenya 258 118 272 459 269 268 333 802 339 134 Sri Lanka 287 503 285 985 290 567 290 604 298 769 Indonesia 99 721 100 185 88 175 98 572 102 294 Grand Total 1 388 920 1 437 925 1 397 389 1 536 141 1 556 511 Sumber: ITC, 2006 3

Ekspor teh Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu teh hijau (Green Tea) dan Teh hitam (Black Tea). Menurut ITC (2006), selama periode tahun 2001-2005 teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam yakni berkisar antara 90,68 96,24 persen dari total volume ekspor teh, sedangkan sisanya berkisar antara 3,76 9,32 persen saja yang berupa teh hijau. Rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor teh Indonesia periode 2001-2005 sebesar -13,29 persen. Pada tahun 2005 volume ekspor teh hijau mencapai angka sebesar 9 531 ton atau 9,32 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 23,13 juta, sedangkan teh hitam volume ekspornya mencapai 92 763 ton atau 90,68 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 98,4 juta. Perkembangan teh hijau dan teh hitam Indonesia tahun 2001 2005 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2001 2005 Tahun Teh Hijau Teh Hitam Jumlah Pertumbuhan Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume (%) (ton) (000US$) (ton) (000US$) (ton) (000US$) 2001 6 666 6 617 93 056 93 237 99 721 99 854-5,55 2002 5 485 6 032 94 700 97 394 100 185 103 426 0,47 2003 3 564 3 967 84 611 91 849 88 175 95 816-11,99 2004 3 707 7 235 94 865 108 783 98 572 116 018 11,79 2005 9 531 23 133 92 763 98 363 102 294 121 496 3,78 Sumber: ITC, 2006 Kondisi perdagangan teh internasional mengalami ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi atau terjadinya over supply. Hal ini terlihat pada tabel 5 perkembangan produksi teh dunia tahun 2001 2005 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan untuk konsumsi teh dunia perkembangannya berfluktuasi selama periode tahun 2001 2005. Pada tahun 2005 produksi teh dunia sebesar 3 419 579 ton, sedangkan konsumsi teh dunia sebesar 1 445 600 ton. Kelebihan produksi sebesar 1 973 979 ton adalah dari jenis teh hitam, sedangkan dari jenis teh hijau justru sebaliknya. Data dari ITC mengungkapkan bahwa permintaan teh hijau dunia cenderung 4

meningkat dari tahun ke tahun. Kendati volumenya lebih kecil dibandingkan jenis teh hitam, namun harganya lebih baik. Kondisi perdagangan pasar teh internasional yang mengalami over supply tersebut menuntut suatu negara produsen seperti Indonesia supaya memiliki daya saing terhadap negara produsen lainnya untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pasar yang dimilikinya. Tabel 5. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Teh Dunia Tahun 2001-2005 Tahun Produksi Teh Dunia (Ton) Konsumsi Teh Dunia (Ton) 2001 3 060 683 1 322 200 2002 3 081 255 1 371 600 2003 3 197 509 1 345 200 2004 3 310 348 1 425 100 2005 3 419 579 1 445 600 Sumber : ITC, 2006 Menurut Kotler (2000), memperoleh pangsa pasar merupakan hal yang tidak mudah karena pemasar harus dapat mempertimbangkan dan mengevaluasi berbagai hal dalam menentukan pasar sasaran. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor teh kelima terbesar di dunia perlu mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar yang dimilikinya di pasar internasional, terutama karena teh merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Indonesia yang memberikan kontribusi dalam menambah devisa negara. 1.2 Perumusan Masalah Teh sebagai salah satu dari komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai salah satu penghasil devisa negara, teh juga bersifat padat karya (labour intensive) sehingga banyak menyerap tenaga kerja seperti pemetik teh dan mendukung pelestarian lingkungan. Potensi komoditi teh Indonesia dilihat dari sisi komparatif sebenarnya memiliki prospek yang baik, karena iklim serta cuaca Indonesia yang cocok untuk 5

6 budidaya teh. Menurut ITC (2006) luas areal tanaman di Indonesia menduduki peringkat keempat terluas di dunia dengan luas 142.782 hektar setelah Cina, India dan Sri Lanka. Keunggulan komoditi teh Indonesia tersebut seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama berkaitan dengan daya saing komoditi teh agar dapat bersaing di pasar internasional. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini volume ekspor teh Indonesia berfluktuasi sehingga Indonesia banyak kehilangan pangsa pasar di negara-negara yang menjadi tujuan ekspornya. Hal ini terlihat dari pangsa pasar ekspor teh Indonesia yang mengalami penurunan. Akibat ketidakstabilan volume ekspor maka beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia atau telah diambil tersebut adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia. Dilihat dari segi kualitas teh Indonesia juga belum bisa dikatakan stabil karena teh dari Indonesia hanya sebagai teh pencampur dan bisa diganti dengan teh yang lain. Berbeda halnya dengan teh dari Sri Lanka dan India yang dijadikan teh utama dalam kancah perdagangan teh dunia. Ketidakstabilan kualitas teh Indonesia juga dipengaruhi musim di Indonesia. Kadang kualitasnya sangat bagus, kadang jauh menurun. Saat musim kemarau, kualitas bagus, produksi sedikit dan harga tinggi. Namun di musim hujan kualitasnya rendah, produksi tinggi dan harganya turun. Akibat ketidakstabilan kualitas teh maka teh Indonesia sulit ditempatkan sebagai teh utama dalam kancah perdagangan teh dunia 1. 1 Y09. Jerat Kusut Perdagangan Teh Indonesia. http://www.kompas.com, 12 Maret 2007

7 Dalam perdagangan dunia, daya saing akan menentukan posisi suatu produk di pasar. Data terakhir berdasarkan data Global Competitiveness Report, World Economic Forum 2006, menunjukkan posisi daya saing Indonesia paling rendah di Asia Pasifik yaitu di urutan ke 50 dari 125 negara. Pada posisi ini Indonesia sebagai negara berkembang tidak memiliki kekuatan untuk bersaing terutama dengan negara-negara maju dalam kancah internasional. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor Indonesia yang terus menurun di kancah dunia. Pada tahun 2005 penguasaan ekspor Indonesia di dunia hanya sebesar 0,87 persen dari total keseluruhan ekspor dunia (COMTRADE, 2007). Munculnya pesaing-pesaing baru dalam perdagangan teh dunia seperti Vietnam mempengaruhi atau bahkan dapat menurunkan daya saing Indonesia ke negara konsumen teh di dunia. Negara Vietnam sebagai pesaing Indonesia memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia terutama ditandai oleh rendahnya aplikasi teknologi dan padat karya. Menurut ITC (2006), pada periode 2001 2005 penguasaan pangsa pasar ekspor teh Vietnam terhadap dunia cenderung meningkat dan rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor teh selama lima tahun sebesar 10,97 persen, sedangkan rata-rata laju pertumbuhan ekspor Indonesia pada periode yang sama hanya sebesar -13,29 persen. Hal ini merupakan ancaman serius bagi produk komoditi teh Indonesia. Hal diatas menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dengan komoditi teh dari negara lain seperti Vietnam serta lebih memberikan perhatian serius terhadap upaya-upaya pengembangan sektor perkebunan khususnya komoditi teh. Pengembangan produksi dan ekspor teh dalam jangka panjang sangat bergantung pada

8 peningkatan kualitas komoditi, dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pangsa pasar baru. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan produksi dan ekspor komoditi teh di Indonesia? 2. Bagaimana struktur pasar kelompok komoditi teh yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan teh internasional? 3. Bagaimana posisi daya saing ekspor kelompok komoditi teh Indonesia di pasar internasional? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengkaji perkembangan produksi dan ekspor komoditi teh di Indonesia. 2. Menganalisis struktur pasar kelompok komoditi teh yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan teh internasional. 3. Menganalisis posisi daya saing ekspor kelompok komoditi teh Indonesia di pasar internasional. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perkebunan khususnya komoditi teh sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing komoditi teh dalam menghadapi pasar internasional.

9 2. Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan teh di Indonesia. 3. Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung kelangsungan perdagangan teh nasional. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal: 1. Komoditi teh yang dimaksud didasarkan pada data COMTRADE dengan kode HS 090210 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090220 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090230 (Teh hitam dikemas 3kg); HS 090240 (teh hitam dikemas 3 kg). Pemilihan kode HS tersebut didasarkan pada perbedaan negara tujuan ekspor dari masing-masing kode HS. 2. Pada penelitian ini menggunakan pembanding negara Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Argentina, Uganda dan Tanzania. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan negara produsen teh terbesar di dunia. 3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2001 sampai 2005 karena keterbatasan ketersediaan data dari negara-negara produsen teh di dunia.