Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT-HB DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DIFTERI, PERTUSIS DAN TETANUS (DPT) DI PUSKESMAS COT BA U KOTA SABANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA DENGAN STATUS IMUNISASI ANAKNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNTAPAN II BANTUL YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS BARING KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKEP

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PEKERJAAN, KEPERCAYAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK SELATAN Chandra 1 & Yateri 2 Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin Kalimantan Selatan 1 chandrafauzankarim@gmail.com 2 alzahrayatry@gmail.com ABSTRAK Pemberian imunisasi dasar dilakukan sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi yang telah ditentukan yaitu: BCG/Polio-1 (1 bulan), DPT-HB-Hib-1/Polio-2 (2 bulan), DPT-HB-Hib-2/Polio-3 (3 bulan), DPT-HB-Hib-3/Polio-4 (4 bulan), dan Campak (9 bulan). Tujuan Penelitian adalah Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan dan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu di wilayah kerja puskesmas alalak selatan. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan Cross Sectional, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Accidental sampling pada 58 ibu batita di posyandu di wilayah kerja Puskesmas alalak selatan pada bulan Juli 2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kousioner.uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu batita yang lengkap membawa batitanya imunisasi dasar di posyandu sebanyak 30 (51,7%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui tingkat pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan dan dukungan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk para ibu batita agar memaksimalkan penggunaan sarana di Posyandu untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan batitanya, dan sangat pentingnya dukungan dari keluarga untuk memotivasi ibu batita datang ke Posyandu Kata Kunci: Pengetahuan, Pekerjaan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga, Pemberian Imunisasi Dasar PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2015). Sasaran pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan dengan meningkatnya umur harapan hidup menjadi 74 tahun, menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian balita menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian ibu menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 17% (Kemenkes RI, 2015). Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan yaitu angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka kematian balita. Dewasa ini angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka kematian balita di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 angka kematian bayi sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, umur harapan hidup sebesar 69 tahun, dan prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 19,6% (Kemenkes RI, 2015). World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyebutkan bahwa 21,8 juta bayi di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi, dan 9,5 juta balita belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Diperkirakan hampir 2 hingga 3 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan campak, ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 47

sedangkan 5,2 juta balita meninggal setiap tahunnya akibat penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sementara itu di Wilayah Asia Tenggara setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi, beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2013). Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hasil survei yang dilakukan satuan petugas imunisasi, di Indonesia terjadi wabah penyakit polio pada tahun 2005-2006 (385 anak lumpuh permanen), wabah campak tahun 2009-2010 (5.818 anak dirawat di rumah sakit dan 16 diantaranya meninggal), wabah difteri tahun 2010-2011 (816 anak di rawat di rumah sakit dan 56 meninggal). Sementara itu di Jawa Timur tahun 2010-2012 terjadi wabah difteri (1.789 anak dirawat di rumah sakit dan 94 anak meninggal). Di Jawa Barat tahun 2009-2010 penderita campak mencapai 950 orang, jumlah balita yang rentan terkena campak di Jawa Barat mencapai 1,5 juta balita, selain itu terjadi wabah polio tahun 2005-2006 di Sukabumi karena banyak bayi dan balita tidak di imunisasi polio sehingga menyebabkan 385 anak lumpuh permanen. Mayoritas wabah penyakit tersebut disebabkan karena cakupan imunisasi yang rendah (Kemenkes RI, 2013). Salah satu upaya preventif atau pencegahan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita serta mempertahankan status kesehatan bayi dan balita yaitu imunisasi. Menurut Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi menyatakan bahwa imunisasi merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita (Kemenkes RI, 2013). Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kematian bayi dan balita yaitu dengan meningkatkan cakupan imunisasi. Program imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga anak dapat tumbuh dalam keadaan sehat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan program imunisasi dasar terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu dengan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) adalah imunisasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum usia genap 1 tahun sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi yang terdiri dari : BCG, DPT, HB, polio, dan campak. Agar imunisasi menjangkau seluruh lapisan masyarakat maka perlu tindakan penyuluhan kepada orang tua khususnya yang memiliki bayi dan para calon ibu tentang pentingnya imunisasi serta menganjurkan ibu agar mengajak anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk dilakukan pemberian imunisasi (Kemenkes RI, 2013). Cakupan imunisasi dasar di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 yaitu 98% untuk imunisasi BCG, 98% untuk imunisasi DPT 1, 85% untuk imunisasi DPT 3, 4% untuk imunisasi Hib 3, 85% untuk imunisasi Hepatitis B, 86% untuk imunisasi polio 3, dan 97,85% untuk imunisasi campak.sedangkan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Indonesia tahun 2013 mencapai 86,8%, dan untuk Universal Child Immunization (UCI) desa mencapai 82,9%. Berdasarkan cakupan imunisasi tersebut, untuk cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia belum sesuai dengan yang sudah ditargetkan pada tahun 2013 yaitu 88%. (Kemenkes RI, 2013) Puskesmas Alalak Selatan merupakan Puskesmas yang mempunyai tiga kelurahan yaitu, (1) Kelurahan Alalak Selatan, (2) Kelurahan Kuin utara dan (3) Kelurahan Pangeran. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan ditemukan masih belum tercapainya target pencapaian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan. Puskesmas Alalak Selatan telah menetapkan target untuk Program Imunisasi sasaran target di tahun 2015 pencapaian targetnya 102,9% yang tercapai hanya 87,6%. Kendala utama keberhasilan program imunisasi pada bayi di Puskesmas Alalak Selatan yaitu rendahnya kesadaran ibu yang mempunyai bayi untuk membawa anaknya di imunisasi. Hal ini terjadi karena orang tua sibuk bekerja, kurang memiliki waktu sehingga perhatian terhadap kesehatan anakpun berkurang, dan kurang pengetahuan tentang imunisasi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian dan pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. dan tidak sedikit 48 www.rumahjurnal.net ISSN. 2355-8911

orang tua khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin Selain itu, dukungan keluarga sangatlah penting untuk ibu agar mempengaruhi pengetahuan seorang ibu dan agar ibu termotivasi untuk membawa bayinya imunisasi, agar bertambahnya kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat dengan bayi adalah ibu. Masalah pengertian, pemahaman dan kepercayaan ibu dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut. Peran petugas imunisasi dalam memberikan pengetahuan tentang imunisasi merupakan salah satu tindakan yang paling penting dan paling spesifik untuk mencegah penyakit yaitu dengan memberikan pengetahuan atau penyuluhan kesehatan tentang imunisasi. Suksesnya upaya tersebut sangat ditentukan oleh motivasi keluarga dalam memberikan imunisasi kepada anaknya, hal itu tidak terlepas dari bagaimana memberikan sosialisasi tentang imunisasi kepada masyarakat, tersedianya sarana pelayanan imunisasi yang baik dan ramah, dan cara pemberian imunisasi yang aman. Oleh karena itu peran petugas imunisasi dalam memberikan promosi pelayanan imunisasi merupakan bagian integral bagi kesehatan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional karena pengambilan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini bersifat analitik karena akan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai batita umur 12 18 bulan yang terdaftar di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan. Besar sampel dengan menggunakan perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin dan didapatkan hasil sebanyak 58 sampel. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan cara Non Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara tidak acak. Teknik Accidental sampling adalah pengambilan sampel aksidental ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada ditempat sesuai dengan konteks penelitian yang digunakan untuk memenuhi data tingkat Pengetahuan, Pekerjaan, Kepercayaan dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan HASIL Tabel 1 menunjukkan distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan ibu batita di Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan dapat dilihat jumlah responden terbanyak adalah yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik, yaitu sebanyak 16 orang (27,6%), sedangkan pengetahuan responden dengan kategori cukup adalah sebanyak 19 orang (32,8%), dan pengetahuan responden dengan kategori kurang adalah sebanyak 23 orang (39,7%). Tabel 1. Distribusi Frekuesni Tingkat Pengetahuan Batita Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 16 27,6 Cukup 19 32,8 Kurang 23 39,7 Total 58 100 Tabel 2 menunjukkan distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan ibu batita di Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan yang dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 34 orang (58,6%), sedangkan responden yang bekerja adalah sebanyak 24 orang (41,4%). Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu batita Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Tidak Bekerja 34 58,6 Bekerja 24 41,4 Total 58 100 Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan kepercayaan ibu batita di Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan yang menunjukkan sebagian besar responden adalah yang memiliki kepercayaan, yaitu sebanyak 32 orang (55,2%), sedangkan responden yang tidak percaya adalah sebanyak 26 orang (44,8%). Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepercayaan ibu batita Kepercayaan Frekuensi Persentase (%) Percaya 32 55,2 Tidak Percaya 26 44,8 Total 58 100 ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 49

Tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan Dukungan Keluarga di Posyandu di Wilayah kerja puskesmas alalak selatan yang menunjukkan sebagian besar responden adalah yang mendapatkan dukungan dari keluarga, yaitu sebanyak 34 orang (58,6%), sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga adalah sebanyak 24 orang (41,4%). Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga Dukungan Persentase Frekuensi Keluarga (%) Didukung 34 58,6 Tidak Didukung 24 41,4 Total 58 100 Tabel 5 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan status imunisasi batita di posyandu di wilayah kerja puskesmas alalak selatan Berdasarkan tabel diperoleh bahwa sebagian besar responden adalah yang memberikan imunisasi dasar dengan kategori lengkap, yaitu sebanyak 30 orang (51,7%), sedangkan responden yang tidak memberikan imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap adalah sebanyak 28 orang (48,3%). Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status imunisasi batita Status Persentase Frekuensi Imunisasi (%) Lengkap 30 51,7 Tidak Lengkap 28 48,3 Total 58 100 Tabel 6 menunjukkan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak yang menunjukkan bahwa responden yang batitanya dengan pemberian imunisasi dasar lengkap sebanyak 30 orang (51,7), Pengetahuan dengan kategori pemberian imunisasi dasar tidak lengkap 28 orang (48,3) dan yang memiliki pengetahuan dengan kategore baik adalah sebanyak 16 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 5 orang (31,3%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 11 orang (68,8%). Berdasarkan uji statistik hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar diperoleh nilai p. value = 0,000 dengan demikian p. value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang secara statistik bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar. Selanjutnya Tabel 7. memberikan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak yang menunjukkan bahwa responden yang batitanya imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang imunisasi tidak lengkap 28 orang (48,3) dan responden yang tidak bekerja adalah sebanyak 34 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 12 orang (35,3%), dan responden yang melakukan lengkap sebanyak 22 orang (64,7%). Berdasarkan uji statistik hubungan antara pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar diperoleh nilai p. value = 0,000 dengan demikian p. value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang secara statistik bermakna antara pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar. Tabel 8. menyajikan hubungan kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak. Responden yang batitanya dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) dan dengan kategori percaya adalah sebanyak 32 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 6 orang (18,8%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 26 orang (81,3%). Berdasarkan uji statistik hubungan antara kepercayaan dengan pemberian imunisasi dasar diperoleh nilai p. value = 0,000 dengan demikian p. value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang secara statistik bermakna antara kepercayaan dengan pemberian imunisasi dasar Berdasarkan tabel 9. Menyajikan data hubungan dukungan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak. Responden yang batitanya dengan pemberian imunisasi dasar Lengkap 30 orang (51,7) yang pemberian imunisasi dasar tidak lengkap (28) orang (48,3) dan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 34 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar 50 www.rumahjurnal.net ISSN. 2355-8911

dengan kategori tidak lengkap sebanyak 6 orang (17,6%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 28 orang (82,4%). Berdasarkan uji statistik hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar diperoleh nilai p. value = 0,000 dengan demikian p. value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang secara statistik bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar. Tabel 6. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak Pengetahuan Pemberian Imunisasi Dasar P Value Lengkap Tidak Lengkap Total 0.000 n % N % N % Baik 11 68,8 5 31,3 16 100 Cukup 12 63,2 7 36,8 19 100 Kurang 7 30,4 16 69,6 23 100 Total 30 51,7 28 48,3 58 100 Tabel 7. Hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak No Status Pemberian Imunisasi Dasar Pekerjaan Lengkap Tidak Total N % N % N % 1 Bekerja 8 33,3 16 66,7 24 100 2 Tidak 22 64,7 12 35,3 34 100 Total 30 51,7 28 48,3 58 100 P Value Tabel 8. Hubungan kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Tidak Total N % N % N % 1 Percaya 26 81,2 6 18,8 32 100 2 Tidak 4 15,4 22 84,6 26 100 Total 30 51,7 28 48,3 58 100 Tabel 9. Hubungan dukungan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada batita posyandu di wilayah kerja puskesmas Alalak Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Tidak Total Dukungan N % N % N % Keluarga 1 Didukung 28 82,4 6 17,6 34 100 2 Tidak 2 8,3 22 91,7 24 100 Total 30 51,7 28 48,3 58 100 P value P value PEMBAHASAN Pemberian Imunisasi Dasar Berdasarkan penelitian didapatkan ibu batita bahwa sebagian besar responden adalah yang memberikan imunisasi dasar dengan kategori lengkap, yaitu sebanyak 30 orang (51,7%), sedangkan responden yang tidak memberikan imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap adalah sebanyak 28 orang (48,3%). ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 51

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2013). Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa imunisasi adalah suatu upaya untuk mencegah terhadap penyakit tertentu melalui pemberian vaksin yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif, sehingga bila suatu saat seseorang terpapar dengan penyakit tersebut ia tidak akan menjadi sakit. Dari hasil wawancara dengan kuensioner kepada 58 responden yang batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) itu menunjukakan masih banyak ibu ibu yang kurang perduli dengan pemberian imunisasi dasar untuk kesehatan batitanya bahkan masih ada ibu yang tidak pernah membawa batitanya imunisasi, ada juga yang takut karena efek samping imunisasi sehingga imunisasi batitanya tidak lengkap dan kurangnya peran petugas imunisasi dan kader posyandu dalam memberikan pengetahuan atau penyuluhan tentang imunisasi sehingga ibu ibu masih ada yang tidak tahu manfaat imunisasi untuk kesehatan batitanya oleh karena itu masih banyak yang kurang lengkap imunisasi dasarnya dan seharusnya para kader posyandu harus selalu sosialisasi kepada masyarakat sehingga ibu ibu ngerti apa manfaat imunisasi. Hubungan Pengetahuan Ibu Batita Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada batita Di Posyandu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) sebagian pengetahuan ibu batita dengan kategori baik sebanyak 16 ibu batita yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 5 orang (31,3%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 11 orang (68,8%) selanjutnya responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup adalah sebanyak 19 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 7 orang (36,9%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 12 orang (63,2%). Adapun responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang adalah sebanyak 23 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 16 orang (69,6%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 7 orang (30,4%). Dari hasil penelitian wawancara dengan kuesioner kepada responden, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) responden yang mempunyai pengetahuan baik lebih banyak memberikan imunisasi dasar lengkap pada batitanya, dibandingkan responden yang berpengetahuan kurang. Karena responden yang berpengetahuan kurang beranggapan pemberian imunisasi dasar tidak begitu penting bagi batitanya ada juga yang bertanggapan imunisasi hanya membuat batitanya nanti sakit karena efek samping dari imunisasi, berbeda dengan responden yang pengetahuan baik karena pengetahuan baik dapat menyebabkan perubahan perilaku yang terbiasa dengan tradisi yang telah ada dikeluarga, tradisi yang selalu membawa batitanya untuk imunisasi sehingga ibu batita selalu membawa batitanya imunisasi. Tetapi ada juga responden yang berpengetahuan kurang yang batitanya imunisasi dasar lengkap, itu disebabkan karena faktor tidak bekerjanya responden, kepercayaan responden dengan manfaat imunisasi dan adanya dukungan dari keluarganya sehingga responden termotivasi membawa batitanya imunisasi dasar walaupun pengetahuannya kurang tentang imunisasi. Ada juga responden yang berpengetahuan baik tetapi imunisasi dasar batitanya tidak lengkap itu karena faktor kesibukan bekerja responden, tidak percayanya responden dengan manfaat imunisasi dan tidak adanya dukungan dari keluarga responden agar responden datang keposyandu atau puskesmas. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Astrianzah (2011), menyatakan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi 52 www.rumahjurnal.net ISSN. 2355-8911

dasar lengkap pada balita. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan karena hanya ibu yang mempunyai pengetahuan baik yang memberikan anaknya imunisasi secara lengkap, dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan yang baik ini dapat menyebabkan perubahan perilaku ibu yang terbiasa dengan tradisi yang telah ada dikeluarga, khususnya tradisi yang terbiasa tidak memberikan imunisasi pada bayi atau balitanya. Hubungan Pekerjaan Ibu Batita Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada batita Di Posyandu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) yang tidak bekerja adalah sebanyak 34 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 12 orang (35,3%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 22 orang (64,7%). Selanjutnya responden yang bekerja adalah sebanyak 24 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 16 orang (66,7%), dan responden yang melakukan lengkap sebanyak 8 orang (33,3%). Dari hasil penelitian wawancara dengan kuesioner kepada responden, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) responden yang berkerja sebanyak 24 (41,4) sedangan yang tidak berkerja 34 orang (58,6) sebagian besar responden yang tidak bekerja lebih banyak berpeluang untuk melakukan pemberian imunisasi dasar lengkap pada batitanya dibandingan responden yang berkerja, oleh sebab itu pekerjaan sangat berperan penting dengan pemberian imunisasi dasar. Tetapi ada juga responden yang bekerja pemberian imunisasi dasar pada batitanya lengkap itu karena faktor dari pengetahuan responden baik, kepercayaan responden dengan manfaat atau tujuan dari imunisasi untuk sehatan batitanya dan adanya dukungan keluarga dari responden yang membuat responden termotivasi membawa batitanya keposyandu atau puskesmas. Bahkan ada juga responden yang tidak bekerja tetapi status imunisasi dasar pada batitanya tidak lengkap itu karena faktor pengetahuannya kurang, tidak percayanya responden dengan manfaat atau tujuan imunisasi untuk kesehatan batitanya dan tidak adanya dukungan dari keluarga responden agar responden membawa batitanya keposyandu atau puskesmas. Hal ini sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2012) yang menyatakan bahwa ibu batita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hubungan Kepercayaan Ibu Batita Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada batita Di Posyandu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) yang memiliki kepercayaan dengan kategori percaya adalah sebanyak 32 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 6 orang (18,8%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 26 orang (81,3%). Selanjutnya responden yang memiliki kepercayaan dengan kategori tidak percaya adalah sebanyak 26 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 22 orang (84,6%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 53

dengan kategori lengkap sebanyak 4 orang (15,4%). Dari hasil penelitian wawancara dengan kunsioner kepada responden, menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepercayaanibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) yang memiliki kepercayaan tentang manfaat imunisasi dengan kategori percaya adalah sebanyak 32 orang (55,2) tidak memiliki kepercayaan 26 orang (44,8) responden yang mempercayai manfaat dari imunisasi dasar lebih banyak memberikan imunisasi dasar lengkap pada batitanya dibandingkan responden yang tidak mempercayai manfaat dari imunisasi. Tetapi ada juga responden yang mempercayai manfaat dan tujuan imunisasi status imunisasi dasar pada batitanya tidak lengkap karena faktor pengetahuannya kurang, bekerjanya responden yang menyebabkan responden tidak bisa membawa batitanya imunisasi dan tidak adanya dukungan dari keluarga responden sehingga responden tidak membawa batitanya keposyandu atau kepuskesmas untuk memberikan imunisasi pada batitanya. Ada juga responden yang tidak mempercayai manfaat dan tujuan imunisasi tetapi imunisasi dasar pada batitanya lengkap karena faktor pengetahuannya baik, tidak bekerjanya responden sehingga responden berpeluang membawa batitanya keposyandu dengan adanya dukungan dari keluarganya juga yang membuat responden termotivasi datang keposyandu atau puskesmas. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ikawati (2011), menyatakan banyak faktor yang dapat memberikan pengaruh salah satu pengaruhnya yaitu kepercayaan yang dianut atau dipercaya oleh orang tua ataupun pengalaman buruk yang pernah dilami oleh orang tua sehingga hal ini dapat mempengaruhi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya. Namun penelitian ini terdapat kesamaan dari hasil wawancara terhadap responden yaitu kepercayaan timbul akibat pengalaman buruk yang pernah dialami oleh responden saat memberikan imunisasi pada anaknya. Maka dari itu kepercayaan akan dampak buruk dari pemberian imunisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Notoatmodjo (2010) pengaruh antara kepercayaan dengan ketidaklengkapan imunisasi bahwa ada pengaruh antara kepercayaan terhadap ketidaklengkapan status imunisasi pada bayi atau batita. Adanya pengaruh ini dikarenakan sebagian besar responden yang memiliki bayi atau batita dengan status imunisasi tidak lengkap belum mempercayaai manfaat dan tujuan imunisasi dasar ada juga yang mempercayai bahwa imunisasi membawa dampak buruk terhadap batita. Hubungan Dukungan Keluarga Ibu Batita Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada batati Di Posyandu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar dari 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) yang didukung oleh keluarga dalam pemberian imunisasi dasar adalah sebanyak 34 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan tidak lengkap sebanyak 6 orang (17,6%), dan responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori lengkap sebanyak 28 orang (82,4%). Selanjutnya responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi dasar adalah sebanyak 24 orang, yang terdiri dari responden yang melakukan pemberian imunisasi dasar dengan kategori tidak lengkap sebanyak 22 orang (91,7%), dan responden yang melakukan lengkap sebanyak 2 orang (8,3%). Dari hasil penelitian wawancara dengan kuesioner kepada 58 responden batita dengan pemberian imunisasi dasar lengkap 30 orang (51,7) yang tidak lengkap dengan pemberian imunisasi dasar 28 (48,3) responden yang didukung keluarga 34 orang (58,6) yang tidak didukung 24 orang (41,4) hal ini membuktikan dukungan dari keluarga sangat berperan penting, keluarga yang selalu mendukung, mengajak, mengantar atau mengingatkan responden sangat berpengaruh dalam kelengkapan pemberian imunisasi dasar lengkap pada batita lain halnya dengan responden yang tidak didukung pemberian imunisasi dasar batitanya tidak lengkap karena tidak ada dukungan dari keluarga sehingga tidak ada yang mendukung untuk melakukan pemberian imunisasi pada batitanya. Tetapi ada juga responden yang didukung kelurganya 54 www.rumahjurnal.net ISSN. 2355-8911

pemberian imunisasi dasar pada batitanya tidak lengkap kerena faktor pengetahuannya kurang tentang manfaat dan tujuan dari imunisasi dasar, bekerjanya responden yang menyebabkan responden tidak bisa membawa batitanya imunisasi dasar dan tidak adanya kepercayaan responden dengan manfaat dan tujuan imunisasi dasar untuk kesehatan batitanya. Ada juga tidak adanya dukungan dari keluarga tetapi imunisasi dasarnya lengkap karena faktor pengetahuan responden baik dan responden mengetahui manfaat atau tujuan dari imunisasi dasar untuk kesehatan batitanya, tidak bekerjanya responden dan kepercayaan responden dengan manfaat dan tujuan imunisasi agar batitanya terhindar dari penyakit berbahaya. Berdasarkan Penelitian Mubarak (2012) pengaruh antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi terdapat pengaruh antara dukungan keluarga terhadap ketidaklengkapan status imunisasi pada bayi atau batita. Terdapat adanya pengaruh ini dikarenakan responden yang memilki bayi atau batita dengan status imunisasi tidak lengkap sebagian besar tidak mendapat dukungan dari keluarganya, dan hal itu bertolak belakang dengan responden yang memilki bayi atau batita dengan status imunisasi lengkap yang sebagian besar mendapat dukungan dari keluarga SIMPULAN DAN SARAN Sesuai dengan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan (1) Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar ibu batita di posyandu dengan nilai P=Value 0,000; (2) Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu batita dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu dengan nilai P=Value 0,000; (3) Ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan ibu batita dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu dengan nilai P=Value 0,000; dan (4) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu batita dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu dengan nilai P=Value 0,000. Selanjutnya disarankan (1) Bagi Ibu Perlunya selalu membawa batitanya ke posyandu untuk lebih meningkatkan kesadaran secara optimal tentang pentingnya tumbuh kembang batitadengan cara mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan yang diadakan oleh puskesmas maupun sumber informasi lainnya.untuk para ibu batita agar memaksimalkan penggunaan sarana di Posyandu untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan batitanya; (2) Bagi Puskesmas perlunya ditingkatkan lagi penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dasar untuk kesehatan dan kekebalan tubuh batita agar terhindar dari penyakit berbahaya, untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu sehingga ibu ibu bisa mengerti apa tujuan dan manfaat dari imunisasi untuk kesehatan batitanya. Dan perlunya pelatihan kader agar lebih bisa menyampaikan informasi kesehatan kepada ibu-ibu; (3) Bagi Peneliti Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian imunisasi dasar di posyandu. Dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap status imunisasi dasar. DAFTAR RUJUKAN Anandita. (2010). Pengantar ilmu pemberian imunisasi dasar. Jogjakarta: D-Medika Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Departemen Kesehatan RI. (2014). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 482/Menkes/SK/IV/2010 Tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional pada balita Universal Child Immunization 2010-2014. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. ( 2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tentang pentingnya posyandu pada bayi dan balita. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. ( 2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Available online: http://www.depkes.go.id. 20 mei 2016 Dinas provinsi jawa barat. (2014). Cakupan Universal Child Immunization (UCI) Eko & Hesty. (2009). Teori dan pengukuran pengetahuan, kepercayaan dan prilaku Manusia e-jurnal stikesmuh.ac.id. Jogjakarta. Hidayat. (2013). Metode Penelitian kesehatan masyarakat dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta. IDAI. (2013). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Kementrian Kesehatan RI. (2013) 2015.2/14 Menkes luncurkan vaksin dan program imunisasi lanjutan bagi batita, diakses melalui kemenkes.go.id tanggal 18 juni 2016 ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 55

Kementrian Kesehatan. (2015). RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2015. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Khalima. (2007). Pengetahuan dan status pekerjaan dalam pemberian imunisasi dasar, Diakses 20 mei 2016. Lisnawati. (2011). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi Dasar Bayi Di Polindes Ngudi Husada Kecamatan Ngemplak Boyolali. Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. Skripsi Milayani. (2010). Ilmu Kesehatan Anak balita. Infomedika. Jakarta Mubarak. (2012). Pentingnya dukungan keluarga dengan pemberian Imunisasi. Available online: www.astaqauliyah.com. Jakarta Diakses 28 mei 2016. Muchtar. ( 2009). Hubungan pengetahuan dengan status imunisasi pada bayi di Puskesmas Sibela Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Surakarta. Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. Skripsi. Diakses 24 mei 2016. Mulyani & Rinawati. (2013). Faktor faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi jurnal promosi kesehatan Mulyani. (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi campak bagi anaknya di desa gumelar kidul kecamatan tambak. e-jurnal stikesmuh.ac.id STIKES Muhamadiyah Gombang. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta, Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. Nugroho. (2014). Pemeriksaan Fisik Todler (Usia 1-3 Tahun). Puspita, N. (2012). Hubungan Pengetahuan, Kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar di Kotamadya Ujung Pandang. Skripsi. Ritonga, R. M. S. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa tigabolon kecamatan sidamanik kabupaten simalungun. Kuesioner Riyadi. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Sholeh. (2010). Imunisasi pencegahan penyakit. Yogyakarta: Graha Ilmu Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Serlyati, 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasa pada bayi di Posyandu Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013, Kuensioner Sudarti. (2010). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, Skripsi. Sutomo & Anggraeni. (2010). Hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan pada anak balita e-jurnal stikesmuh.ac.id. Jakarta. Diakses 1 juni 2016 www.trinoval.web.id diakses tanggal 25 Mei 2016 pukul 16.00 wib) Sulkan, 2012 pentingnya kader posyandu Yogyakarta: Fitramaya. 56 www.rumahjurnal.net ISSN. 2355-8911