BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B (TUNARUNGU) DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG. Anggi Tyas Prabawati (¹) Sumadi(²) Rosana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya dan memberikan layanan pendidikan sebaik-baiknya kepada setiap warganegaranya tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan khusus). Hal ini diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas Bab III Ayat 5 yang menyatakan bahwa setiap warganegara memiliki kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Setiap warganegara yang dimaksud adalah semua warganegara termasuk anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istila h lain untuk menggantikan kata anak luar biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (PP. No.17 Pasal 127 Tahun 2010).

2 Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) ini menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan khusus (2010), dapat dikelompokkan menjadi: (1) Tunanetra atau anak yang mengalami gangguan penglihatan (2) Tunarungu atau anak yang mengalami gangguan pendengaran (3) Tunadaksa atau anak yang mengalami kelainan tubuh atau gerak (4) Anak berbakat atau anak yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa (5) Tuna grahita (6) Anak lamban belajar (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia) (8) Anak mengalami gangguan komunikasi (9) Tunalaras anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku (10) Anak yang termarginalkan. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Torrance dalam Mudjito (2012: 165) membuat beberapa program yang akan diberikan kepada para anak yang berbakat tapi tidak beruntung untuk menemui kebutuhanya yaitu: 1. Kurikulum harus didisain untuk memasukan kekuatan tertentu dari para siswa (perlu modifikasi kurikulum) 2. Lemahnya ekonomi keluarga bukan menjadi alasan untuk dihindari 3. Memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk berkembang 4. Memberikan kemudahan mengakses informasi dan sumber sumber belajar 5. Kelas harus diorganisasikan menjadi kelompok kelompok kecil dan tim 6. Mentor harus dikembangkan untuk mendukung ini.

3 Sekolah bagi anak berkebutuhan khusus merupakan tempat anak berkembang, lingkungan yang memelihara kebiasaan-kebiasaan dan kegiatan belajarnya untuk dapat menjalankan seluruh kehidupannya serta menghambat pertumbuhan dan kebiasaan yang tidak diinginkan. Sekolah merupakan tempat membentuk pribadi dan mempersiapkan kehidupan dewasa anak sehingga dapat berintegrasi dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran yaitu untuk mengantarkan peserta didik bisa mencapai derajat hidup bermakna. Tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan seseorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengar sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran. Anak tunarungu sebagai mahluk sosial seperti juga manusia yang lain memiliki kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Dengan belajar IPS Terpadu bukan menjadikan anak tunarungu menarik diri dari lingkungan sosial yang lebih luas karena kesalahan persepsi dari beberapa komunikasi yang dilakukan, tetapi menjadi matang secara emosional untuk berinteraksi dengan lingkungan yang bermacam-macam. Mengingat pembelajaran IPS terpadu ini penting untuk menumbuhkan sikap, kesadaran, kepedulian, dan toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat bagi anak didik, maka guru IPS Terpadu berupaya untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan anak didik untuk mempelajari IPS terpadu, sehingga dapat menarik minat anak didik untuk mempelajarinya. Permasalahan tentang pembelajaran IPS Terpadu seperti apa

4 yang akan diterapkan muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak normal dengan anak yang berkelainan atau memiliki cacat tubuh dan mental. Problem yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran IPS Terpadu pada anak berkebutuhan khusus seorang pendidik memerlukan kurikulum pembelajaran khusus untuk mengimplementasikan IPS Terpadu. Dalam hal ini kurikulum Nasional yang diterapkan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Penggunaan pedoman kurikulum Nasional mutlak dalam penyelenggaraan pendidikan formal, karena standar kurikulum dibuat untuk memberikan jaminan kepada masyarakat agar apa yang diperoleh di sekolah benar-benar konsisten dengan prinsip dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum Nasional, meskipun sekolah-sekolah diperkenankan untuk mengembangkan atau melaksanakan kurikulum yang menjadi ciri khas yang bersangkutan namun kurikulum tetap dilaksanakan sepenuhnya. Pada dasarnya sekolah didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar bagi murid. Sementara ini sebagian besar proses pembelajaran IPS Terpadu di sekolah berlangsung di kelas. Oleh karena itu, setiap kelas di sekolah perlu dilengkapi dengan sarana belajar mengajar IPS Terpadu yang dapat digunakan guru maupun murid. Terdapat sejumlah materi pembelajaran IPS Terpadu yang seringkali membuat siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru yang sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat terjadi karena materi tersebut masih abstrak, rumit, asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan

5 ini maka perlu dikembangkan sarana belajar IPS Terpadu yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka sarana belajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, dan skema. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat berpikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami, terlebih lagi bagi mereka penyandang tunarungu. SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung merupakan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Disana terdapat anak-anak tunagrahita, tunarungu, dan anak autis. Metode pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tersebut bervariasi tergantung kebutuhan. Menurut Soelaiman Joesoef (2004: 3) dalam metode tidak boleh melupakan: 1. Sasaran Pendidikannya 2. Kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat 3. Taraf perkembangan sosial budaya bangsa. Berdasarkan pendeskripsian masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran IPS Terpadu yang diterapkan di SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah yang kemungkinan berkaitan dengan proses pembelajaran IPS terpadu adalah sebagai berikut :

6 ( 1 ) Kurikulum pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui. ( 2 ) Metode pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui. ( 3 ) Sarana belajar IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 belum diketahui. C. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah proses pembelajaran IPS terpadu pada siswa Sekolah Luar Biasa kelas X B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas: ( 1 ) Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014? ( 2 ) Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014?

7 ( 3 ) Apa saja sarana belajar IPS terpadu yang digunakan di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan agar penelitian memiliki arah yang jelas, yaitu hasil akhir yang hendak dicapai dari suatu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: ( 1 ) Untuk mengetahui kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. ( 2 ) Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. ( 3 ) Untuk mengetahui sarana belajar IPS terpadu di SLB B (tunarungu) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. F. Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

8 2. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan ilmu kependidikan. 3. Bagi SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi sebagai feedback dan bahan informasi bagi guru secara umum dan khususnya bagi guru yang membelajarkan IPS Terpadu pada anak berkebutuhan khusus. 4. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang kependidikan yang berkaitan dengan anak anak Sekolah Luar Biasa. G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah dibatasi pada guru IPS terpadu kelas XB dan Kepala Sekolah SMA Luar Biasa B Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung. 2. Ruang lingkup obyek penelitian adalah Pembelajaran IPS Terpadu pada siswa kelas XB SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung. 3. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013/2014. 4. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung. 5. Ruang lingkup ilmu adalah pembelajaran IPS Terpadu dan Geografi. IPS terpadu adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Geografi adalah ilmu yang mempelajari segala aktifitas manusia dan alam serta interaksi diantara keduanya melalui perspektif ruang hingga terbentuk pola ruang tertentu.

9 H. Definisi Istilah a. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. b. Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru agar mampu membuat peserta didik untuk belajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik dan melalui perubahan tersebut peserta didik mendapatkan kemampuan yang baru untuk menghadapi kehidupan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang (Rudy Gunawan, 2014: 43). c. Pendidikan IPS terpadu adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan (Numan Soemantri, 2001: 92). d. Sekolah Luar Biasa B (SLB -B) adalah sekolah khusus bagi peserta didik Tunarungu usia sekolah. e. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. f. Kurikulum pembelajaran IPS terpadu adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari ekonomi, koperasi, sejarah, geografi, akuntasi, dan program pendidikan yang disatukan dan difungsikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam satu periode jenjang pendidikan.