OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

dokumen-dokumen yang mirip
ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman ISSN ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

ADSORPSI FENOL OLEH KOMBINASI ADSORBEN ZEOLIT ALAM DAN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

ADSORPSI FENOL OLEH KOMBINASI ADSORBEN ZEOLIT ALAM DAN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III. BAHAN DAN METODE

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Frita Yuliati Herri Susanto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Batang Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Ion Logam Kromium VI 24

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

KARAKTERISASI ADSORPSI Pb(II) PADA KARBON AKTIF DARI SABUT PINANG (Areca catechu L) TERAKTIVASI H 2 SO 4

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang potensial, didukung dengan keadaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

Transkripsi:

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO Juli Elmariza 1*, Titin Anita Zaharah 1, Savante Arreneuz 1 1 Program Studi Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124 *e-mail: juli.elmariza@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan adsorpsi β-karoten pada CPO oleh karbon aktif dari cangkang kelapa sawit. β- karoten merupakan senyawa golongan karotenoid yang banyak terdapat didalam CPO. Namun, pada pengolahan CPO menjadi minyak goreng, β-karoten seringkali dibuang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran partikel, massa, dan waktu kontak optimum berdasarkan efektivitas karbon aktif terhadap adsorpsi β-karoten. Penelitian dimulai dari proses karbonisasi pada suhu 0 o C selama 3 jam dan dilanjutkan dengan aktivasi selama 4 jam dengan menggunakan larutan NaOH 2%. Karakterisasi melalui GSA menunjukkan peningkatan luas permukaan adsorben dari 38,3 m 2 /g menjadi 304,163 m 2 /g. Proses adsorpsi dilakukan dengan cara mengontakkan karbon aktif dengan CPO menggunakan variasi ukuran partikel, massa dan waktu kontak untuk mengetahui kondisi optimum dalam proses adsorpsi yang dilakukan terhadap karbon aktif ukuran, 100, dan 140 mesh. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, karbon aktif dari cangkang sawit yang optimum adalah dengan ukuran partikel 100 mesh. Massa optimum yang didapatkan adalah 1,0 g pada waktu kontak 0,5 jam dengan efektivitas sebesar 72,53%. Kata kunci : β-karoten, adsorpsi, cangkang sawit, karbon aktif. PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) merupakan salah satu varietas unggulan perkebunan di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat. Produksi kelapa sawit mencapai 21.534 juta ton pada tahun 2010 dengan nilai pemasukan sebesar 9,38 miliar dolar. Badan pangan dunia (FAO) memperkirakan nilai produksi ini akan terus meningkat, sehingga di tahun 2020 Indonesia diharapkan mampu memproduksi setengah dari produksi sawit dunia (Sahertian, 2012). Salah satu produk unggulan hasil olahan kelapa sawit adalah CPO (crude palm oil). Kandungan yang terdapat dalam CPO terdiri dari kandungan mayor dan minor. Kandungan mayor didalamnya antara lain trigliserida (94%), sedangkan kandungan minornya yaitu tokoferol, sterol, pospatida, serta karotenoid yang merupakan salah satu kandungan penting dalam CPO (Muchtadi, 1992). CPO merupakan bahan dasar pembuatan minyak goreng. Minyak goreng yang berwarna kemerahan umumnya tidak disenangi. Konsumen lebih memilih minyak yang berwarna kuning dan cenderung bening. Oleh karena itu, demi memenuhi keinginan konsumen, dilakukan proses pemucatan (bleaching) pada CPO. Proses pemucatan dilakukan dengan menyerap senyawa karotenoid yang merupakan pembentuk warna kemerahan pada CPO. Menurut Serlahwaty (2007), karotenoid yang diserap oleh zat pemucat pada umumnya tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik. Adsorpsi merupakan metode pemucatan yang paling banyak digunakan karena cenderung lebih cepat dan mudah untuk dilakukan (Serlahwaty, 2007). Banyak adsorben yang telah diujikan untuk mengadsorpsi β-karoten dari minyak sawit ini, diantaranya menggunakan abu sekam padi, silika gel, alumina, lempung, dan cangkang kelapa sawit. Purba (2009) telah melakukan penelitian mengenai pemanfaatan cangkang sawit sebagai adsorben β- karoten pada CPO. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) membuktikan bahwa cangkang sawit dapat digunakan 21

sebagai adsorben β-karoten pada CPO. Namun, pada penelitian tersebut tidak dilakukan proses aktivasi terhadap karbon dari cangkang sawit. Sehingga, pada penelitian ini dilakukan aktivasi terhadap karbon yang digunakan. Proses aktivasi dilakukan secara kimia dengan merendam karbon kedalam larutan NaOH 2%. Pada penelitian ini ditentukan ukuran partikel, massa, dan waktu kontak optimum karbon aktif dari cangkang sawit berdasarkan efektivitas adsorpsi β-karoten pada CPO. Analisis sampel akan dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 4 nm. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi β-karoten yang tersisa pada sampel sehingga dapat diketahui efektivitas dari karbon aktif tersebut dan dapat ditentukan ukuran partikel, massa dan waktu kontak optimum karbon aktif dalam proses adsorpsi β- karoten pada CPO. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ayakan (, 100, dan 140 mesh), GSA (Gas Sorption Analyzer) jenis QuantachromeNovaWin2, ph universal, seperangkat alat gelas kimia, senrifugasi, shaker, spektrofotometer UV- Vis, dan tanur. Bahan-bahan yang digunakan antara lain akuades, cangkang sawit, kloroform (CHCl 3 ), dan natrium hidroksida (NaOH). Prosedur Penelitian Persiapan Sampel dan Pembuatan Karbon Cangkang sawit dicuci dan dijemur hingga kering. Pembuatan karbon dari cangkang sawit didasarkan pada penelitian Hartanto dan Ratnawati (2010). Cangkang sawit yang sudah kering kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu 0 o C selama 3 jam dan selanjutnya didiamkan selama 24 jam. Cangkang sawit yang telah menjadi karbon kemudian dihaluskan dan diayak masing-masing dengan ayakan, 100, dan 140 mesh. Aktivasi Karbon Proses aktivasi karbon dari cangkang sawit didasarkan pada penelitian Hartanto dan Ratnawati (2010). Karbon diaktivasi dengan direndam kedalam larutan NaOH 2% selama 4 jam. Karbon selanjutnya dicuci dengan akuades. Karbon yang telah dicuci dipanaskan kembali pada suhu 3 o C selama 1 jam dengan tanur. Karbon yang telah diaktivasi selanjutnya dikarakterisasi dengan GSA (Gas Sorption Analyzer). Penentuan Massa Optimum Karbon Aktif terhadap Adsorpsi β-karoten pada Minyak Sawit (CPO) Penentuan massa optimum karbon aktif didasarkan pada penelitian Rahmalia (2006). Sebanyak 10 ml CPO dipipet dan dimasukkan kedalam 5 buah botol kaca. Kedalam botol kaca tersebut dimasukkan karbon aktif dengan variasi massa, yaitu 0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; 2,0 g; dan 2,5 g. CPO dan karbon aktif dikontakkan dengan cara dikocok dengan menggunakan shaker selama 1,5 jam. Selanjutnya diambil larutan sampel dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3200 rpm selama 20 menit. CPO yang tersisa kemudian dianalisis. Sampel dipipet sebanyak 0,1 ml dan dilarutkan dengan 5 ml kloroform. Kemudian dilakukan pengenceran sebanyak satu kali. Analisis dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 4 nm. Penelitian ini dilakukan masing-masing terhadap karbon aktif ukuran, 100, dan 140 mesh. Penentuan Waktu Kontak Optimum Karbon Aktif terhadap Adsorpsi β- Karoten pada Minyak Sawit (CPO) Penentuan waktu kontak optimum didasarkan pada penelitian Rahmalia (2006). Sebanyak 10 ml CPO dipipet dan dimasukkan kedalam 5 buah botol kaca. Kedalam botol kaca tersebut dimasukkan karbon aktif sebanyak massa optimum yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. CPO dan karbon aktif dikontakkan dengan cara dikocok menggunakan shaker dengan variasi waktu yaitu 0,5 jam; 1,0 jam; 1,5 jam; 2,0 jam; dan 2,5 jam. Setelah dilakukan proses pengocokan, selanjutnya diambil larutan sampel dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3200 rpm selama 20 menit. CPO yang tersisa kemudian dianalisis dengan cara yang sama dengan prosedur sebelumnya. 22

JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 21-25 ISSN 2303-1077 HASIL DAN PEMBAHASAN Karbonisasi dilakukan pada suhu 0 o C selama 3 jam. Pada tahap ini terjadi proses penguraian komponen yang terdapat dalam cangkang sawit, diantaranya lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Karbon kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran, 100, dan 140 mesh, kemudian diaktivasi. Aktivasi dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaOH 2% selama 4 jam. Karbonisasi dan aktivasi dilakukan berdasarkan penelitian oleh Hartanto dan Ratnawati (2010) Aktivasi dilakukan untuk membuka poripori permukaan dari karbon aktif agar lebih besar dan efisien untuk dijadikan adsorben. Selanjutnya karbon dicuci dengan akuades dan dilakukan pemanasan kembali pada suhu 3 o C selama 1 jam. Karbon aktif kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan GSA (Gas Sorption Analyzer) untuk mengetahui luas permukaan spesifik serta porositas dari karbon aktif yang dihasilkan. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Hasil analisis GSA karbon aktif dari cangkang sawit Luas Volume Rerata Jenis Permukaan Total Pori Jejari Adsorben (m 2 /g) (cc/g) Pori (Ȧ) Karbon 38,3 0,026 15,239 Karbon aktif 304,163 0,021 15,181 Berdasarkan hasil analisis GSA, karbon yang diaktivasi dengan NaOH memiliki luas permukaan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa aktivator NaOH mampu melepaskan pengotor yang terdapat didalam karbon dari cangkang sawit sehingga luas permukaan karbon menjadi lebih besar. Penentuan massa optimum karbon aktif dilakukan untuk mengetahui berapa banyak massa adsorben yang digunakan untuk menyerap β-karoten yang terdapat dalam minyak sawit. Sebanyak 10 ml CPO dimasukkan kedalam 5 botol kaca berbeda dan dimasukkan karbon aktif yang sudah diayak dengan variasi massa, yaitu 0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; 2,0 g; dan 2,5 g. Kemudian dilakukan proses kontak antara CPO dan karbon aktif dengan cara dikocok dengan menggunakan shaker selama 1,5 jam. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada sampel dengan kecepatan 3200 rpm selama 20 menit. Suspensi yang memiliki berat jenis lebih besar akan mengendap, dan suspensi yang berada di lapisan atas diambil dan diukur absorbansinya. Sampel dipipet sebanyak 0,1 ml dan dilarutkan dengan 5 ml kloroform. Kemudian dilakukan pengenceran satu kali agar absorbansi dapat terbaca pada spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan kloroform sebagai pelarut dikarenakan β- karoten memiliki kelarutan yang baik didalam kloroform dibandingkan dengan pelarut organik yang lainnya (Craft, 1992). Analisis dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 4 nm. Penelitian ini dilakukan masing-masing terhadap karbon aktif ukuran, 100, dan 140 mesh. Nilai efektivitas menunjukkan hubungan keberhasilan adsorben dalam melakukan adsorpsi (Yamliha, dkk., 2013). Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai efektivitas tertinggi ditunjukkan pada karbon aktif dengan massa 2,5 gram, yaitu sebesar,51%. Pada Gambar 2, efektivitas tertinggi karbon aktif ukuran 100 mesh ditunjukkan pada massa 1,0 gram, yaitu sebesar 61,30%. Hal yang sama terjadi pula pada proses adsorpsi β-karoten oleh karbon aktif ukuran 140 mesh. Massa optimum ditunjukkan oleh karbon aktif sebanyak 1,0 gram (Gambar 3). 40 30 20 22.46 26.20 27.61 61.77.51 Gambar 1. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran mesh 55 59.43 61.30 56.15 57.56 58.02 Gambar 2. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran 100 mesh 23

JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 21-25 ISSN 2303-1077 85 79.56.49.19 66.92 63.17 Gambar 3. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran 140 mesh Efektivitas karbon aktif ukuran 140 mesh lebih tinggi dibandingkan dengan karbon aktif ukuran dan 100 mesh, yaitu sebesar,49%. Hal ini dikarenakan karbon aktif ukuran 140 mesh memiliki luas permukaan yang paling besar dibandingkan ukuran dan 100 mesh. Semakin kecil ukuran partikel, berarti luas permukaan semakin besar. Luas permukaan yang besar memiliki daya serap yang lebih tinggi (Yamliha, dkk., 2013). Sehingga, efektivitas adsorpsi β-karoten oleh karbon aktif ukuran 140 mesh lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran 100 dan mesh. Selain massa adsorben, waktu kontak juga dapat mempengaruhi kinerja dan daya serap (Asip, dkk, 2008) sehingga akan mempengaruhi efektivitas suatu adsorben. Variasi waktu kontak yang digunakan adalah 0,5 jam; 1,0 jam; 1,5 jam; 2,0 jam; dan 2,5 jam. Massa karbon aktif yang digunakan pada penelitian ini merupakan massa optimum yang telah diperoleh dari prosedur sebelumnya. Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui efektivitas karbon aktif tertinggi terdapat pada waktu kontak 1,5 jam, yaitu sebesar 64,11%. Pada Gambar 5, dapat diketahui walaupun efektivitas sempat mengalami penurunan pada waktu kontak 1,0 jam, namun penambahan waktu kontak hingga 2,5 jam kembali meningkatkan efektivitas karbon aktif sebesar 74,87%. Untuk karbon aktif ukuran mesh, waktu kontak yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan karbon aktif ukuran 100 mesh. Hal ini dapat disebabkan jumlah karbon aktif ukuran mesh yang digunakan lebih banyak sehingga adsorben dapat menyerap adsorbat dalam waktu yang lebih singkat dari karbon aktif ukuran 100 mesh. Gambar 6 menunjukkan efektivitas β- karoten yang terserap pada waktu kontak 0,5 jam merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 66,92%. Penambahan waktu kontak hingga 2,5 jam tidak meningkatkan efektivitas β-karoten. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa ketika adsorpsi terjadi selama 0,5 jam, proses adsorpsi telah terjadi secara maksimal. Seluruh sisi aktif adsorben telah terisi oleh adsorbat karena pada penambahan waktu selanjutnya tidak terjadi peningkatan jumlah serapan adsorbat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa luas permukaan pada karbon aktif ukuran 140 mesh lebih besar dibandingkan pada karbon aktif ukuran dan 100 mesh. Maka dari itu, dengan waktu kontak yang singkat memungkinkan adsorbat dapat terserap dengan cepat. 55 Gambar 4. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran mesh 90 85 72.53 72.06 73.47 73.4 74.87 Gambar 5. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran 100 mesh.83 66.92 61.77 64.11 64.11 66.45.83 63.64.04 59.43 Gambar 6. Efektivitas β-karoten terserap pada ukuran 140 mesh 24

Berdasarkan prosedur yang dilakukan sebelumnya, massa optimum karbon aktif pada ukuran 100 mesh dan 140 mesh adalah sama, yaitu 1,0 gram. Walaupun memiliki massa optimum yang sama, namun luas permukaan karbon aktif ukuran 140 mesh lebih besar dibandingkan ukuran 100 mesh, sehingga sisi aktif yang dimiliki karbon aktif ukuran 140 mesh lebih banyak. Maka dari itu, waktu kontak yang dibutuhkan oleh karbon aktif ukuran 140 mesh juga lebih cepat karena adsorbat dapat terserap dalam waktu singkat. Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, dapat diketahui bahwa walaupun karbon aktif ukuran 140 mesh memiliki waktu kontak yang lebih cepat, namun efektivitas karbon aktif ukuran 100 mesh secara ratarata lebih tinggi dibandingkan 140 mesh. Berdasarkan analisis anova, efektivitas adsorpsi karbon aktif pada ukuran 100 dan 140 mesh tidak menunjukkan beda nyata, sehingga pada penentuan waktu kontak ini dapat dilihat perbandingan angka efektivitas karbon aktif ukuran 100 mesh dan 140 mesh pada waktu kontak optimum ukuran 140 mesh, yaitu 0,5 jam. Pada waktu kontak tersebut, karbon aktif ukuran 140 mesh memiliki efektivitas yang lebih rendah daripada ukuran 100 mesh, sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karbon aktif yang paling optimum digunakan dalam proses adsorpsi β-karoten pada CPO adalah karbon aktif ukuran 100 mesh dengan massa 1,0 gram dan waktu kontak 0,5 jam. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa karbon aktif dari cangkang sawit yang optimum digunakan dalam adsorpsi β-karoten pada CPO adalah karbon aktif ukuran 100 mesh dengan massa 1,0 gram dan waktu kontak 0,5 jam. DAFTAR PUSTAKA Asip, F., Ridha M., Husna, 2008, Uji Efektivitas Cangkang Telur dalam Mengadsorbsi Ion Fe dengan Proses Batch, Jurnal Teknik Kimia, (15)2. Craft, N.E., and Soares, 1992, Relative Solubility, Stability, and Absorptivity of Lutein and β- Carotene in Organic Solvents, Journal Agric. Food Chem. (40)3. Hartanto, S dan Ratnawati, 2010, Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia, Jurnal Sains Materi Indonesia, (12)1 : 12-16. Muchtadi, T.R., 1992, Karakterisasi Komponen Instrinsik Utama Buah Sawit (Elaeis guineensis Jacq) dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak dan Pemanfaatan Pro-Vitamin A, Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purba, R., 2009, Pemanfaatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai Adsorben β-karoten pada Minyak Kasar Kelapa Sawit (CPO) Crude Palm Oil, Jurusan Kimia Universitas Mulawarman, Bioprospek. (7)1. ISSN 1829-7226. Sahertian, D.E., 2012, Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaesis guineensis) Segar dan Pasca Perebusan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Serlahwaty, D., 2007, Kajian Isolasi Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar dengan Metode Adsorbsi Menggunakan Penjerap Bahan Pemucat, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Yamliha, A., Bambang D.A., Wahyunanto A.N., 2013, Pengaruh Ukuran Zeolite terhadap Penyerapan Karbondioksida (CO 2 ) pada Aliran Biogas, Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, (1)2. 25