BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahanperusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Topik 3 : Laporan Akuntan

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II GOING CONCERN DAN UKURAN KAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelayanan akuntansi kepada masyarakat. UU no 5 tahun 2011 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang berbeda kepentingan. Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar

BAB III METODE PENELITIAN. melalui metode purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. tahun penelitian ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori harapan, auditing dan auditor switching. Selain itu, disajikan juga konsepkonsep

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Sekaran dan Bougie (2013: 240) menjelaskan definisi populasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 07

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi ( Agency Theory ) Jensen dan Meckling (1976) dalam Susanto (2009) menyatakan bahwa hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal (pemegang saham) yang melibatkan agen (manajemen) untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Shareholders atau principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan shareholders, sebagian dikarenakan adanya Moral Hazard. Untuk mengawasi perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal, maka dibutuhkan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan. Pihak ketiga ini bertugas untuk menilai apakah ada asimetri informasi atau manipulasi yang terjadi. Auditor sebagai pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan prinsipal dan agen dalam melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen, apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit. Selain itu, auditor saat ini juga harus mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan, apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan teori keagenan, manajer bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang tepat waktu (Timeliness) sehingga akan terhindar dari keterlambatan pengeluaran opini oleh auditor, karena hal ini akan menyebabkan penerimaan opini audit going concern. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan publik. 21

22 2.1.2 Opini Audit Tujuan umum audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SPAP, 2011:110.1). Pendapat auditor terdapat dalam laporan audit. Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut dapat menginformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan diberikan pada laporan keuangan auditee berdasarkan setiap keadaan yang dijelaskannya. Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Standar Profesional Akuntan Publik PSA 29 SA Seksi 508 (2011), yaitu: 1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut ini:

23 a) Standar akuntansi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan. b) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup jelas. c) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporam keuangan. 2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language) Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditnya. Keadaan yang menjadi penyebab ditambahkannya suatu paragraf penjelas dalam laporan audit baku adalah: a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu memadai. d) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif. e) Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) namun tidak disajikan atau tidak di-review. f) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum. g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang

24 dikeluarkan dewan tersebut dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut. h) Pemeriksaan atas suatu hal. 3. Pendapat wajar dengan Pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana: a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit. b) Laporan keuangan berisi penyimpanagan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang berdampak material. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yangd icantumkan sebelum paragraf pendapat. 4. Pendapat tidak Wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar maka informasi yang disajikan klien sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk mengambil keputusan. 5. Pendapat tidak Memberikan Pendapat (disclaimer opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

25 2.1.3 Opini Audit Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah entitas dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup entitas (going concern) dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Dalam Statements of Audit Standards (SAS) No. 59, memberikan pilihan kepada auditor untuk menyatakan disclaimer opinion atau melakukan modifikasi atas pendapat wajar tanpa pengecualian Apabila terdapat kesangsian akan kelangsungan hidup suatu entitas. Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 (IAI, 2011: SA Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor. Auditor harus mengevaluasi kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (IAI, 2011: SA Seksi 341, paragraf 03), dengan cara sebagai berikut : a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

26 1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. 1) Apabila manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak kondisi atau peristiwa atas kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor harus mempertimbangkan untuk pernyataan tidak memberi pendapat. 2) Apabila manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan berdasar pertimbangan dari rencana tersebut. a) Jika auditor menyimpulkan bahwa rencana tidak efektif, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan disclaimer opinion. b) Jika auditor menyimpulkan bahwa rencana tersebut efektif dan manajemen mengungkapkan keadaan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan unqualified opinion with explanatory languange. c) Jika auditor menyimpulkan bahwa rencana tersebut efektif akan tetapi manajemen tidak mengungkapkan keadaan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan qualified opinion atau adverse opinion. Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi kondisi buruk dalam periode tidak lebih dari satu tahun. Pertimbangan tersebut (IAI, 2011: SA Seksi 341, paragraf 07) antara lain: 1) Rencana untuk menjual aktiva

27 2) Rencana penarikan utang atau restrukturisasi 3) Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran 4) Rencana untuk menaikkan modal pemilik Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi adanya kondisi dan peristiwa yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (IAI, 2001: SA Seksi 341, paragraf 02). Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergatung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Beberapa kondisi yang menunjukkan masalah going concern (IAI, 2011: SA seksi 341, paragraf 05) yaitu: a. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek. b. Kesulitan keuangan, misalnya Kegagalan memenuhi utangnya, penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi utang. c. Masalah intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen yang panjang yang tidak ekonomis. d. Masalah luar, masalah gugatan pengadilan, kehilangan pelanggan dan pemasok utama,serta kerugian akibat bencana besar. 2.1.4 Kualitas Audit Kualitas audit merupakan kualitas atas jasa yang diberikan auditor kepada kliennya. Kualitas audit ini dapat dilihat dari kompetensi dan tingkat independensi seorang auditor (Susanto, 2009). Seorang auditor dituntut untuk menghasilkan kualitas yang baik, karena laporan auditor begitu penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil berbagai keputusan. Pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor (Januarti, 2009). Kantor akuntan publik (KAP) sebagai salah satu variabel kontrol yang mempengaruhi keputusan opini audit going concern, didasarkan atas pemikiran logis

28 bahwa auditor independen sebagai sumber daya manusia dan subyek yang memiliki peran penting dalam mengevaluasi dan membuat keputusan opini audit going concern. Disamping itu, auditing merupakan mekanisme kontrol yang bernilai dalam mengendalikan kebijakan manajerial perusahaan, maka nilai auditing diharapkan bervariasi dengan kualitas kantor akuntan publik. DeAngelo (1981) dalam Widyantari (2011) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen ini menunjukkan bahwa KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah kelangsungan usaha kliennya. Susanto (2009) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP besar di dunia yang disebut The Big Five Auditors yaitu Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Lima KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Five Auditors yaitu: 1) KAP Prasetio Utomo & Co berafiliasi dengan Arthur Andersen, 2) KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, 3) KAP Hans Tuanakotta & Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, 4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,

29 5) KAP Drs.Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Namun sejak tahun 2003 hingga sekarang, The Big Five Auditors tersebut menjadi The Big Four Auditors. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2003-2004 empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors tersebut, adalah: 1) KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, 2) KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, 3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG, 4) KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2005, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors adalah sebagai berikut: 1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, 2) KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, 3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG, 4) KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four Auditors adalah sebagai berikut: 1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, 2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, 3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, 4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors yaitu: 1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

30 2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, 3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, 4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers. Kualitas audit yang tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dan sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Umumnya KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu: a. KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four. b. KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten. c. KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan. 2.1.5 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Media yang dapat dipakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kesehatan perusahaan sesungguhnya (Astuti, 2012). Menurut Mc Keown (1991) dalam Suprobo (2011) semakin memburuk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah memberikan opini audit going concern. Menurut Brigham dan Gapenski, (1997) ada beberapa definisi financial distress, sesuai tipenya, yaitu economic failure, business failure,

technicalinsolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy. Berikut ini penjelasannya: 31 1. Economic failure Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya.bisnis ini dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidakada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi. 2. Business failure Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur. 3. Technical insolvency Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencanan keuangan (financial disaster). 4. Insolvency in bankruptcy Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency karena, umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum. 5. Legal Bankruptcy Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang.

32 2.1.5.1 Faktor Penyebab Financial Distress Menurut Damodaran (2001) dalam Agusti (2013) kesulitan keuangan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor-faktor penyebab kesulitan keuangan perusahaan, yaitu: 1. Faktor internal kesulitan keuangan Faktor internal kesulitan keuangan merupakan faktor dan kondisi yang timbul dari dalam perusahaan yang bersifat mikro ekonomi. Faktor internal dapat berupa: a. Kesulitan arus kas Disebabkan oleh tidak imbangnya antara aliran penerimaan uang yang bersumber dari penjualan dengan pengeluaran uang untuk pembelanjaan dan terjadinya kesalahan pengelolaan arus kas (cash flow) oleh manajemen dalam pembiayaan operasional perusahaan sehingga arus kas perusahaan berada pada kondisi defisit. b. Besarnya jumlah utang Perusahaan yang mampu mengatasi kesulitan keuangan melalui pinjaman bank, sementara waktu kondisi defisit arus kas dapat teratasi. Pada masa depan akan menimbulkan masalah baru yang berkaitan dengan pembayaran pokok dan bunga pinjaman, sekiranya sumber arus kas dari operasional perushaan tidak dapat menutupi kewajiban pada pihak bank. Ketidakmampuan manajemen perusahaan dalam mengatur penggunaan dana pinjaman akan berakibat terjadinya gagal pembayaran (default) yang pada akhirnya timbul penyitaan harta perusahaan yang dijadikan sebagai jaminan pada bank. c. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun

33 Merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Situasi ini perlu mendapat perhatian manajemen dengan seksama dan terarah. 2. Faktor eksternal kesulitan keuangan Faktor eksternal kesulitan keuangan merupakan faktorfaktor diluar perusahaan yang bersifat makro ekonomi yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesulitan keuangan perusahaan. Faktor eksternal kesulitan keuangan dapat berupa kenaikan tingkat bunga pinjaman. Sumber pendanaan yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan bank atau non-bank, merupakan solusi yang harus ditempuh oleh manajemen agar proses produksi dan investasi dapat berjalan lancar. Konsekuensi dari pinjaman, jika terjadi kenaikan tingkat bunga pinjaman bagi para pelaku bisnis merupakan suatu resiko dan ancaman bagi kelangsungan usaha. 2.1.5.2 Dampak Financial Distress Salah satu dampak financial distress adalah dapat membawa perusahaan mengalami kesulitan dalam membayarkan kewajiban yang ditanggung. Menurut Agusti (2013), perusahaan yang mengalami financial distress (kesulitan keuangan) akan menghadapi kondisi : a) Tidak mampu memenuhi jadwal atau kegagalan pembayaran kembali hutang yang sudah jatuh tempo kepada kreditor. b) Perusahaan dalam kondisi tidak solvable (insolvency). 2.1.5.3 Revised Altman Model Sampai dengan saat ini, Z Score model ini masih lebih banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi dibandingkan model prediksi

34 kebangkrutan lainnya Altman. Hasil penelitian yang dikembangkan Altman, yaitu: Z = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.999 X5 Keterangan: Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta. Penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan manufaktur yaitu Revised Altman Model: Z = 0.717 X1 +0.847 X2 + 3.107 X3 + 0.420 X4 + 0.998 X5 Penafsiran hasil Z-Score dikategorikan sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria titik cut off Model Z Score Nilai Z Tidak bangkrut/ sehat Z (lebih dari) > 2,90 Daerah rawan bangkrut (grey area) Z diantara 1,23-2,90 Bangkrut Z (kurang dari) < 1,23

35 Untuk perusahaan non-manufaktur, formulanya dimodifikasi menjadi sebagai berikut: Z = 6.56X1 + 3.26X2+ 6.72X3 + 1.05X4 Terlihat bahwa X5 dihilangkan untuk menghilangkan bias assets turnover seperti yang dijelaskan sebelumnya. Penafsiran hasil Z-Score adalah sebagai berikut: Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah sebagai berikut : 1. X1 = Net Working Capital to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. 2. X2 = Retained Earnings to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. 3. X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. 4. X4 = Book Value of Equity to Book Value of Debt Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai buku modal sendiri. 5. X5 = Sales to Total Assets Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. 2.1.6 Audit Lag Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit delay didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tanggal tahun tutup

36 buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen (Astuti, 2012). Januarti dan Fitrianasari (2008) mengindikasikan kemungkinan keterlambatan opini yang dikeluarkan dapat disebabkan karena: 1) Auditor lebih banyak melakukan pengujian. 2) Manajemen mungkin melakukan negosisasi dengan auditor. 3) Auditor memperlambat pengeluaran opini dengan harapan manajemen dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga terhindar dari opini audit going concern. Berdasarkan teori keagenan, manajer bertanggung jawab atas penyusunanlaporan keuangan yang tepat waktu sehingga akan terhindar dari keterlambatan pengeluaran opini oleh auditor, karena hal ini akan menyebabkan penerimaan opini audit going concern. Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemukan ketika pengeluaran opini audit terlambat. Januarti (2009) menemukan bukti bahwa lamanya waktu audit tidak signifikan, namun demikian tandanya sama dengan yang diprediksikan. 2.2 Metedologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan riset pengujian hipotesis yang menggunakan banyak sampel dengan periode waktu antara tahun 2010-2013. Sampel ditentukan melalui beberapa kriteria pemilihan. Data yang digunakan merupakan data kuantitatif yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2013. Jenis data berupa data sekunder yang pengumpulan data dilakukan dengan metode tidak langsung dengan mengunduh dokumen dari website BEI (www.idx.co.id) dan website perusahaan masing-masing. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan metode content analysis, analisis regresi logistik, dan uji asumsi klasik. Penyajian data yang berupa table, gambar dan grafik dan hasil dari oengolahan data dengan software SPSS. 2.3 Pengembangan Hipotesis

37 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial. a) Kualitas Audit Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, KAP yang besar dan memiliki reputasi baik akan cenderung melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern perusahaan dapat diterapkan. Menurut penelitian widyantari (2011) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional memiliki kualitas lebih tinggi. H1: Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Opini Goin b) Financial Distress Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang kondisi keuangannya baik maka auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern (Susanto, 2009). Kondisi ini digambarkan dengan rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan dalam keadaan baik atau buruk. Santoso dan Wedari (2007), Rudyawan dan Badera (2009), Astuti (2011) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan audito memberikan opini audit going concern. H2 : Financial distress berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern c) Audit Lag Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Januarti (2009) menemukan bukti bahwa lamanya waktu audit tidak signifikan, namun

38 demikian tandanya sama dengan yang diprediksikan. Seharusnya dengan semakin lamanya audit lag diperkirakan auditee tersebut bermasalah, tetapi pada kenyataannya auditor tidak memberikan opini audit going concern. Januarti dan Fitrianasari (2008), Putra (2010) dan Astuti (2012) menemukan bahwa ada hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. H3: Audit Lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.