BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
SEKOLAH TINGGI FILM INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

DAFTAR IS I. Lembarjudul Lembar pengesahan Kata pengantar Lembar persembahan. Daftar isi Daftar gambar Daftar tabel dan diagram.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat Apresiasi Film DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL...x


PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang eksistensi proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN DAN ASRAMA ATLET BASKET DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1

BAB I PENDAHULUAN. Concert : Pagelaran musik atau pementasan musik (Wikipedia, 2015)

PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR TA 127

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

REDESAIN KANTOR DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

GELANGGANG REMAJA MUSIK DI BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN

FUTSAL CENTRE DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

RUMAH PRODUKSI PENGADEGAN STUDIO INDONESIA DI JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SEMARANG CONVENTION CENTER

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB VI HASIL PERANCANGAN

MUSEUM SEPEDA MOTOR HONDA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ingin disampaikan kepada masyarakat luas tentang sebuah gambaran, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

Kondisi Akustik TVST B

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI JAKARTA Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2007/2008. oleh: Alvin Alrachman

CHILDREN S SCIENCE & TECHNOLOGY CENTER (PENGEMBANGAN APRESIASI IPTEK ANAK) DI SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

WAHANA EDUKASI PROFESI ANAK DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU

PUSAT PERTUNJUKAN DAN INTERAKSI KOMUNITAS MUSIK KAUM MUDA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TA 115

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan film Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan dan penurunan sehingga mempertahankan peningkatan film itu sangatlah sulit. Hal tersebut merupakan tinjauan dari segi kuantitas produksi, apabila dilihat dari sudut pandang yang lain akan mendapatkan hasil yang serupa. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia baik itu di bidang pengetahuan maupun di bidang bakat seseorang. Selain sumber daya manusia, Indonesia juga memiliki banyak nilai sumber daya alam dan sumber nilai sejarah yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan film. Alasan kualitas produksi maupun film yang relatif kurang baik bila ditinjau lebih lanjut adalah karena kurangnya sarana edukasi yang dapat menampung dan menjadi titik awal tumbuh dan berkembangnya suatu ide kreatif. Film diklasifikasikan berdasarkan genre film itu sendiri yaitu, action, komedi, drama, petualangan, epik, musikal, perang, science fiction, pop, horror, gangster, thriller, fantasi, bencana. Dengan adanya sekolah film ini, maka banyak nilai keuntungan yang didapat dari sekolah ini antara lain : 1. Pengenalan iptek pada dunia perfilman mulai maju seiring dengan perkembangan dunia modern. 2. Sebagai tempat penyaluran minat, bakat, dan pengetahuan seseorang untuk apa yang di cita-citakan. 3. Sebagai sarana penunjang untuk mendidik dan melatih minat, bakat, dan pengetahunan. 4. Menaikkan kualitas film Indonesia di dunia perfilman internasional. BAB I PENDAHULUAN 1

I.1.2. Latar Belakang Permasalahan Dari segi kenyamanan ruang, penataan ruang yang baik seperti isitem passive strategies sangat dibutuhkan pada suatu bangunan. Selain dapat mengatur keadaan thermal suatu ruangan dapat memaksimal penghawaan alami pada ruang juga. Sedangkan dari segi ilmu fisika bangunan, beberapa ruang sekolah yang penting untuk penerapan akustikanya adalah ruang seperti auditorium, ruang rekam suara, studio pembuatan film, ruang sidang sekolah, ruang rapat, dan lain-lain. Tujuan dari penerapan akustika pada bangunan sekolah ini adalah untuk mengatasi kebisingan dari berbagai sumber, mengatasi suara-suara yang memiliki waktu dengung, untuk merefleksikan (memantulkan) bunyi, menghindari suara yang bergema, serta sebagai penyerap suara. Berikut ini tabel tingkat kebisingan lingkungan yang diperbolehkan. Tabel I.1. Noise (Tingkat kebisingan lingkungan yang diperbolehkan). No Bangunan Ruangan (dba) 1. Rumah tinggal Ruang tidur, rumah pribadi Ruang tidur, flat Ruang tidur, hotel Ruang keluarga 25 30 35 40 2. Komersial Kantor pribadi Bank Ruang konferensi Kantor umum, toko Restoran Kafetaria 3. Industri Bengkel presisi Bengkel berat Laboratorium 35-45 40-50 40-45 40-55 40-60 50-60 40-60 60-90 40-50 BAB I PENDAHULUAN 2

4. Pendidikan Ruang kuliah, ruang kelas Ruang belajar privat Perpustakaan 5. Kesehatan Rumah sakit, ruang inap umum Rumah sakit, ruang inap privat Ruang operasi 6. Auditorium Hall konser Gereja Ruang sidang, ruang konferensi Studio rekaman Studio radio Teater drama 30-40 20-35 35-45 25-35 20-25 25-30 25-35 35-40 40-45 20-25 20-30 30-40 Sedangkan masalah orientasi dan tatanan ruang yang efektif untuk mengatasi noise atau menerapkan ruang akustika yang baik pada bangunan ini adalah dengan memperhitungkan jarak atau penghalang bising dari jalan utama menuju lokasi proyek. Menata ruang belajar sangat di butuhkan pada bangunan sekolah film terutama pada ruang studio pembuatan film dengan ruang rekam suara ataupun ruang auditorium dengan yang lainnya. Adapun alasannya karena ruang-ruang ini memerlukan tingkat ratarata kebisingan antara 25 45 decibel (db). Selain mengganti material bangunan, penataan pada ruang-ruangan utama yang membutuhkan akustika sangatlah penting. Karena penataan ruang tersebut akan memiliki orientasi ruang masing-masing sesuai konsep bangunan yang akan didesain. Penataan ruang juga sangat dibutuhkan dalam pembentukkan suatu ruangan yang bersifat publik, semi privat, dan privat. Selain itu, ada masalah lain yang cukup mempengaruhi perkembangan sekolah film ini yaitu di bidang sarana edukasi karena saat BAB I PENDAHULUAN 3

ini semua orang bebas untuk membuat film, akan tetapi tidak semua pelaku dalam kegiatan pembuatan film belum tentu memiliki kedisiplinan dan hati yang tulus dengan pembuatan sebuah film. Memang ada sebagian pembuat film yang bagus dalam berpengetahuan dan keterampilan tinggi tanpa pernah masuk sekolah film. Akan tetapi, jangan lupa bahwa salah satu kunci kesuksesan dalam bidang belajar adalah disiplin, oleh karena itu kita sering kali mendengar kata tentang disiplin ilmu. Jadi intinya setiap sekolah pasti membutuhkan kedisiplinan ilmu di semua bidang pengetahuan yang mereka inginkan. Oleh karena itu, sekolah film ini nantinya akan memiliki visi untuk membentuk disiplin dalam karakter manusia bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan menyusun suatu sistem urutan bahan pembelajaran, pertemuan di kelas, tugas bacaan, menonton film, pekerjaan rumah, praktek film, praktek syuting, evaluasi pekerejaan rumah, evaluasi tugas praktek, dan persidangan hasil praktek yang telah selesai, penyusunan naskah laporan dan lengkap dengan pengaturan sistem penilaian. Jika seseorang sudah memiliki keteguhan keinginan maka dia akan masuk ke sekolah film sesuai dengan jurusan yang akan dia inginkan, dan kemungkinan besar dia akan termotivasi mewujudkan cita-citanya melalui sarana edukasi ini sebagai jembatan ilmu dalam bermain film ataupun membuat film yang bagus sesuai dengan perkembangan iptek saat ini. I.2. RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta yang edukatif dan memiliki efisiensi energi, lahan serta material pada tatanan ruang dalam dan ruang luar bangunan melalui pendekatan arsitektur berkelanjutan? BAB I PENDAHULUAN 4

I.3. TUJUAN DAN SASARAN I.3.1. Tujuan Menigkatkan pendidikan anak bangsa di bidang perfilman, menaikkan level daya kualitas film Indonesia, melatih bakat dan minat anak bangsa, serta mewujudkan cita-cita anak bangsa di bidang perfilman. I.3.2. Sasaran 1. Terbentuknya program pembangunan Sekolah Tinggi Film Indonesia di Provinsi D.I. Yogyakarta melalui pendekatan akustika bangunan sebagai salah satu saran edukasi di bidang perfilman. 2. Penataan ruang bangunan sekolah dengan pendekatan akustika bangunan. 3. Membangun konsep bangunan yang telah direncanakan dan dirancang. 4. Terbangunnya motivasi baru bagi anak-anak bangsa di bidang edukasi khususnya di bidang perfilman. 5. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia. 6. Menigkatnya kualitas film Indonesia di dunia Internasional. I.4. LINGKUP PEMBAHASAN Mengenai Sekolah Tinggi Film di Indonesia ada beberapa sekolah yang memiliki program belajar yang berbeda-beda sehingga sistem program belajar yang akan ditargetkan untuk sekolah film ini adalah yang berkaitan dengan program belajar yang sudah digunakan pada perguruan tinggi di Indonesia sesuai peraturan kurikulum dari pendidikan tingkat tinggi (dikti). Selain di dalam negeri, visi dan misi program belajar yang diterapkan dari negara lain juga bisa mulai diterapkan dalam hal pendidikan melalui program seminari tingkat internasional atau melakukan studi banding ke perguruan tinggi negara lain yang maju di bidang demi menciptakan keselarasan pendidikan di bidang perfilman antara di dalam negeri dan di luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 5

I.5. METODE PEMBAHASAN I.5.1. Metode Deduktif I.5.1.a. Studi Literatur Mempelajari tentang visi dan misi sebuah perguruan tinggi khususnya jurusan perfilman di Indonesia dan di luar Indonesia baik dari refrensi maupun dari internet. Selain itu perlu juga diketahui bahwa program studi yang layak disediakan untuk sekolah film adalah program studi yang banyak memiliki kapasitas lapangan perkerjaan dan mempunyai pengaruh besar dalam pembuatan sebuah film. I.5.1.b. Studi tapak di lapangan Melakukan pengamatan di daerah D.I. Yogyakarta yang benar-benar strategis dan dekat dengan pusat kota. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang kondisi existing seperti pencahayaan, sirkulasi, kontur tanah,dan pengudaraan di sekitar lokasi tapak yang akan direncanakan. I.5.1.c. Analisa dan sintesa Menganalisis hasil perkembangan film di Indonesia, apakah terjadi peningkatan atau penurunan. Jika terjadi peningkatan maka perlu di pertahankan sedangkan jika terjadi penurunan, maka kegiatan produksi film seperti perjalanan cerita sebuah film, pencahayan pada film, pengaturan animasi pada film, dan lain sebagainya. Program studi yang akan direncakan harus sesuai dengan ruang kegiatan belajar baik teori ataupun praktek sesuai dengan jurusannya sehingga dapat dilanjutkan dengan penekanan desain yang akan dibuat. I.5.2. Metode Komparatif Melakukan studi pembanding dengan sekolah/ perguruan tinggi yang menyediakan fakultas seni film baik melalui buku refrensi maupun dari internet sehingga memiliki sebuah ide tentang sekolah yang akan dirancang. BAB I PENDAHULUAN 6

I.5.3. Tata Langkah BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Film merupakan salah satu karya seni yang harus dikembangkan lewat pendidikan. Selain bersifat menghibur, film juga harus memperioritaskan pesan dan moral yang bersifat mendidik kepada para penonton. Peningkatan kualitas film yang lebih inovatif dan kreatif. Disiplin ilmu dan karakter manusia di bidang perfilman di Indonesia. Masyarakat di Indonesia masih membutuhkan disiplin ilmu dan karakter yang inovatif dan kreatif dalam menyalurkan minat dan bakatnya yang bersifat edukatif. Pengadaan Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan sarana dan prasarana yang semakin pesat di Yogyakarta. Perlunya sarana edukasi sebagai wadah pembentukan disiplin ilmu dan karakter seseorang dalam mengembangkan bakat dan minatnya. Perlunya desain khusus pada ruang bangunan sekolah. Kondisi lingkungan yang baik bagi bangunan sekolah supaya lebih ramah lingkungan dengan lingkungan sekitar. Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta sebagai sarana edukasi dalam menyalurkan minat dan bakatnya yang bersifat edukatif. Mendesain ruang akustik (anti bising) untuk ruang khusus yang lebih membutuhkan fungsi akustik. Pola tatanan ruang juga perlu diperhatikan dalam suatu bangunan sesuai dengan fungsi-fungsi ruang tertentu. RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta yang edukatif dan memiliki efisiensi energi, lahan serta material pada tatanan ruang dalam dan ruang luar melalui pendekatan arsitektur berkelanjutan? BAB II TINJAUAN UMUM Tinjauan umum Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta. BAB III TINJAUAN WILAYAH Tinjauan wilayah di Yogyakarta. BAB IV LANDASAN TEORI Teori tentang ruang dalam dan ruang luar. Teori arsitektur berkelanjutan bangunan dan penerapannya. BAB VI KONSEP BAB V ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep Programatik Konsep Penekanan Studi Desain ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROGRAMATIK Analisis sistem lingkungan, Analisis sistem manusia, Analisis Fungsional, Analisis Site, Analisis Aklimatisasi ruang, Analisis Struktur dan Konstruksi, Analisis Perlengkapan dan Kelengkapan Bangunan ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENEKANAN STUDI Analisis wujud dan desain akustika bangunan, Analisis penerapan fungsi akustik pada bangunan DESAIN SKEMATIK Gambar Rencana Tapak, Gambar Denah, Gambar Tampak, Gambar Potongan, Gambar Perspektif BAB I PENDAHULUAN 7

I.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Membahas mengenai latarbelakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN UMUM SEKOLAH TINGGI FILM INDONESIA Membahas mengenai arti sekolah tinggi, jenis sekolah tinggi, film, klasifikasi film, sejarah dan perkembangan film Indonesia, teknologi film Indonesia, pelaku industri film, apresiasi film, dan sarana edukasi film di Indonesia. BAB III TINJAUAN KAWASAN/ WILAYAH YOGYAKARTA Membahas mengenai kondisi wilayah DI Yogyakarta seperti membahas kondisi administratif, letak dan kondisi geografis, kondisi klimatologis, penggunaan lahan, aspek demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, kebijakan otoritas wilayah terkati, kondisi elemen-elemen kawasan, kondisi sarana dan prasarana, pemilihan lokasi proyek. BAB IV LANDASAN TEORI Membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan tata ruang luar dan tata ruang dalam, teori mengenai penataan ruang yang baik, serta landasan teori arsitektural khususnya di bidang akustika bangunan. BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisis-analisis yang dipergunakan dalam perencanaan dan perancangan pada Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta meliputi analisis tapak, analisis BAB I PENDAHULUAN 8

kebutuhan ruang, analisis hubungan antar ruang, analisis program ruang, analisis pelaku kegiatan, perancangan tata ruang, analisis struktur dan konstruksi, serta analisis perlengkapan dan kelengkapan bangunan. BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas mengenai konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Film Indonesia di Yogyakarta melalui pendekatan akustika bangunan yang merupakan hasil dari analisis untuk diterapkan dalam bentuk fisik bangunan. BAB I PENDAHULUAN 9