BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

UNIT X: Bumi dan Dinamikanya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

TEORI TEKTONIK LEMPENG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. tiga Lempeng bumi (Bellier et al. 2001), yaitu Lempeng Eurasia (bergerak

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Makalah bencana alam gempa bumi di indonesia. Makalah bencana alam gempa bumi di indonesia.zip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia dijuluki sebagai Negara Kepulauan karena wilayah Indonesia terdiri dari beberapa pulau. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011:1) jumlah pulau di Indonesia berjumlah sekitar 17.504 pulau. Secara astronomis, Indonesia terletak di antara 6ºLU - 11ºLS dan 95ºBT - 141ºBT. Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh garis equator yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Berdasarkan letak secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia serta terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Secara geologis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik antara lain lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Sebagaimana dikemukakan oleh Murtianto (2010: 30-31) bahwa: Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan Pulau Jawa, lepas pantai selatan kepulauan Nusatenggara dan berbelok ke arah utara perairan Maluku sebelah selatan, sedangkan Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik bertumbukan di sekitar Pulau Papua, sementara pertemuan ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Pulau Sulawesi. Hal ini dipertegas oleh Malik (2010:37) bahwa pergerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan-patahan yang berpotensi menjadi sumber gempa. Beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa adanya pergerakan antara ketiga lempeng tektonik dapat menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, oleh karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

2 Wilayah yang sering terjadi gempa bumi pada umumnya terletak dekat dengan zona tumbukan lempeng dan dekat dengan zona patahan, seperti yang diungkapkan oleh Noor (2011:172) bahwa pusat gempa yang tersebar di daratan seringkali berkaitan dengan struktur sesar aktif berskala besar oleh karena itu, bencana gempa bumi tersebut merupakan salah satu fenomena geosfer akibat dari adanya tumbukan antar lempeng atau tumbukan zona patahan. Salah satu daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi yaitu Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi yang tergolong rawan terhadap bencana gempa bumi karena dipengaruhi oleh kondisi geologi yang sangat kompleks. Menurut Pusat Vulkanonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2009:32) menyatakan kegempaan di wilayah Jawa Barat bersifat merusak karena kegempaan tersebut berasal dari pergerakan sesar atau patahan di darat dan wilayah ini pernah mengalami kejadian kegempaan sekitar 34 kejadian. Bachtiar dan Brahmantyo (2009:78) memandang bahwa patahan atau sesar merupakan patahan yang terjadi di kerak bumi dimana terjadinya suatu pergerakan dan pergeseran blok-blok kerak bumi. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa patahan atau sesar dapat terjadi karena adanya retakan pada kerak bumi yang dapat mengalami pergeseran atau pergerakan sehingga pergerakan tersebut dapat mengakibatkan adanya getaran di atas permukaan bumi serta dapat menimbulkan bencana gempa bumi. Salah satu daerah yang dilewati jalur patahan berada di Kawasan Bandung Utara dan patahan tersebut dikenal dengan Patahan Lembang. Patahan Lembang ini terindikasi dapat mengalami pergerakan sehingga menimbulkan bencana gempa bumi. Patahan Lembang secara administratif berada di Kabupaten Bandung Barat yang dimulai dari kaki Gunung Manglayang di sebelah timur, Gunung Batu di Lembang hingga ke Cisarua Cimahi. Sebagaimana diungkapkan oleh Kusumadinata (2011:19) bahwa :

3 Patahan Lembang merupakan retakan yang memanjang lebih dari 22 km, bagian utara bergerak relatif turun sementara bagian selatan terangkat. Wilayah yang relatif bergerak turun itu dimulai dari kota Lembang, Cisarua, Maribaya hingga ke Batu lonceng Cibodas. Akibat dari proses tektonik ini terbentang suatu gawir (lereng lurus) yang merupakan bidang gelincir sesar lembang yang jelas terlihat dari Lembang ke arah timur. Patahan ini termasuk patahan yang normal. Pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan patahan lembang merupakan patahan yang membentuk dua blok yaitu blok utara dan blok selatan. Blok bagian utara mengalami penurunan yang tajam sedangkan blok selatan mengalami pengangkatan yang akibatnya terbentuk suatu gawir yang dapat mengalami pergerakan. Gawir (lereng lurus) dari patahan lembang ini jelas terlihat dari wilayah Lembang ke arah timur. Hal ini yang membuat Kabupaten Bandung Barat ini rentan terhadap bencana gempa bumi. Kerentanan ini dibuktikan dengan adanya guncangan gempa bumi yang terjadi di Kecamatan Cisarua tepatnya terjadi pada bulan Juli, akhir Agustus, dan Oktober 2011. Hal ini dipertegas oleh Bachtiar dan Syafriani (2012: 104) bahwa selama tahun 2011 terjadi beberapa kali gempa di sekitar Patahan Lembang yang kekuatannya mencapai 3,3 skala Richter, meskipun kekuatan gempa tersebut kecil namun dampak yang dirasakan di daerah jalur patahan cukup besar. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan patahan lembang berpotensi menjadi daerah yang rawan bencana gempa bumi, meskipun guncangan gempa bumi ini terjadi sekitar 3,3 skala Richter namun dampak yang dirasakan sangat besar bagi penduduk atau lembaga sekolah yang berada di atas jalur patahan tersebut. Hal ini menyebabkan beberapa bangunan yang berada di atas jalur patahan tersebut mengalami kehancuran, dari peristiwa tersebut dapat diindikasikan bahwa gempa bumi yang berasal dari pergerakan patahan berpotensi merusak karena lebih dekat dengan bangunan.

4 Sebagaimana pernyataan yang dikemukakan oleh Malik (2010:38) gempa bumi yang bersumber dari patahan aktif di darat berpotensi merusak meskipun magnetudonya tidak terlalu besar, namun kedalamannya dangkal dan dekat dengan pemukiman serta aktivitas penduduk. Daerah patahan lembang merupakan daerah yang rawan bencana geologis, oleh karena itu daerah sekitar patahan lembang sering terjadi gempa bumi dengan skala magnetudo yang tidak terlalu besar namun dapat berpotensi merusak. Potensi kebencanaan pada patahan lembang ini sebenarnya dapat diminimalisir melalui usaha-usaha manusia dalam kegiatan mitigasi bencana. Usaha dalam meminimalisir bencana sebenarnya dapat bersifat struktural dan non struktural. Usaha-usaha dalam meminimalisir bencana tersebut dapat disosialisasikan melalui pendidikan. Begitupun keberadaan Patahan Lembang yang menjadi penyebab bencana gempa bumi selayaknya dapat disosialisasikan melalui proses pendidikan di sekolah. Bencana gempa bumi yang bersumber dari Patahan Lembang ini diindikasikan belum banyak peserta didik yang mengetahuinya. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Noviansyah (2013: 76-79) bahwa : Sebesar 43,7% peserta didik belum mengetahui dan belum memahami Kawasan Bandung Utara rawan terhadap bencana gempa bumi serta peserta didik tersebut tidak mengetahui penyebab terjadinya bencana gempa bumi. Penyebab peserta didik belum mengetahui dan memahami jenis bencana yang terjadi di sekitar Patahan Lembang disebabkan karena cara guru memberikan pendidikan kebencanaan hanya terpaku pada buku pelajaran atau buku pegangan. Hal inilah yang menjadikan Patahan Lembang dianggap penting sebagai sumber belajar karena Patahan Lembang dapat memberikan informasi pengetahuan bagi peserta didik terhadap jenis bencana yang terjadi di sekitar Kawasan Bandung Utara. Penerapan pembelajaran tentang kebencanaan sangat berperan penting dalam membangun kesiapsiagaan peserta didik karena pendidikan di sekolah berfungsi sebagai media informasi yang dapat merubah pola

5 pikir serta pola perilaku peserta didik dalam menghadapi suatu bencana. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan tujuan agar peserta didik yang berada di jalur patahan memiliki rasa kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi bencana gempa bumi yang sewaktu-waktu akan terjadi. Kesiapsiagaan bencana sangat penting untuk diterapkan bagi peserta didik melalui proses pembelajaran geografi. Sumaatmadja (1997:12) menyatakan pembelajaran geografi pada hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Tilbury dan Williams (1997:108) menyatakan geography which studies the interactions between human and physical environment, contributes to an understanding of the process affecting the environment and ecourages an interest in its management and protection. Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu gejala di permukaan bumi yang tidak akan terlepas dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Pembelajaran geografi ini tidak akan terlepas dari lingkungan fisiknya karena keberadaan lingkungan sekitar dengan segala sumber dayanya dapat menjadi sumber pembelajaran geografi. Sebagai contoh Patahan Lembang yang merupakan suatu fenomena yang harus ditelaah keberadaannya serta dipahami dampak keberadaannya, oleh karena itu adanya Patahan Lembang sangat penting dipelajari dalam pembelajaran geografi terutama untuk tingkat Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran geografi pada tingkat Sekolah Menengah Atas ini harus dapat mengembangkan pembelajaran yang dapat menggali potensi peserta didik melalui kegiatan yang dapat memecahkan masalah agar peserta didik memiliki kemampuan analisis secara geografis dan dapat mengambil keputusan melalui perilaku keruangan. Pembelajaran geografi diharapkan dapat memberikan wawasan global bagi peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noviansyah (2013:6) bahwa :

6 Pembelajaran geografi itu harus berorientasi pada permasalahan yang aktual berkembang di sekitar peserta didik, adanya kepentingan dan psikologi perkembangan peserta didik, peningkatan taraf hidup melalui pengenalan dan pemanfaatan sumberdaya, berorientasi ke masa depan, memberikan wawasan global baik dalam bentuk peluang maupun tantangan. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan pembelajaran geografi bukan pembelajaran yang bertujuan untuk menghafalkan konsep namun pembelajaran geografi adalah pembelajaran yang aplikatif berdasarkan permasalahan yang aktual dan faktual. Pembelajaran yang berdasarkan permasalahan yang aktual dan faktual ini dapat menjadikan peserta didik lebih nyata dalam memahami permasalahan yang sedang terjadi di sekitar lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran geografi saat ini telah mengalami perubahan pola pembelajaran, dari pola teacher centered menjadi student centered. Pola pembelajaran tersebut, saat ini dikembangkan melalui kurikulum 2013. Sesuai Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah menyebutkan bahwa : Struktur Pola pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik, pembelajaran harus interaktif (interaktif guru, peserta didik, masyarakat, lingkungan alam, sumber/ media lainnya), pembelajaran dilakukan secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari sumber manapun dan dari siapa saja), pembelajaran aktif-mencari, pembelajaran berbasis tim, pembelajaran berbasis alat atau multimedia dan pembelajaran yang kreatif. Selain pernyataan di atas, Amri (2013:39) menyatakan pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan, baik perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berpusat pada kebutuhan peserta didik dan kepentingan peserta didik yang disesuaikan dengan potensi lingkungan yang ada, oleh karena itu pembelajaran geografi sesuai kurikulum 2013 tersebut harus dapat mengembangkan potensi peserta didik untuk memperoleh perubahan yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor

7 agar tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran pada kehidupan sehari-hari. Pengembangan pembelajaran geografi sebaiknya didukung oleh adanya sumber belajar, karena proses pembelajaran untuk peserta didik pada kurikulum tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber belajar melalui fenomena-fenomena alam, sumber belajar yang berasal dari benda-benda bersejarah, sumber belajar dari masyarakat, buku atau fakta-fakta yang sedang terjadi. Proses pembelajaran geografi sebenarnya bukan hanya berlangsung di dalam kelas saja, namun dapat juga berlangsung di luar kelas dengan menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai sebagai sumber belajar sangat diperlukan guna untuk mengenalkan lingkungan sekitar peserta didik terutama wilayah yang rawan bencana. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan fungsi yang sangat besar bagi peningkatan pemahaman peserta didik dan memotivasi peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Husamah (2013:3) bahwa sumber belajar dari lingkungan akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta didik karena mereka mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi pada peserta didik itu sendiri. Serupa dengan pernyataan di atas, Sudjana dan Rivai (2011: 208-209) mengungkapkan bahwa : Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat memberikan keuntungan diantaranya kegiatan pembelajaran lebih menarik, pembelajaran lebih bermakna, bahan yang dipelajari lebih faktual, kegiatan belajar lebih komprehensif dan aktif, sumber belajar menjadi lebih beraneka ragam, dan peserta didik dapat memahami aspek-aspek kehidupan yang ada di sekitarnya. Dari beberapa pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dimana penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dikembangkan oleh guru geografi agar dapat mencapai pembelajaran yang bermakna, meningkatkan pemahaman peserta didik, memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih tertarik terhadap pembelajaran dan tidak mengandung

8 kesan membosankan dan peserta didik dapat memahami lingkungan sekitar secara faktual. Segala kenyataan yang ada dan terjadi di atas permukaan bumi baik yang berkenaan dengan kehidupan manusia maupun lingkungan dengan segala prosesnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Sebagai guru, kita harus dapat memilih berbagai benda yang terdapat di lingkungan untuk dijadikan sebagai media dan sumber belajar bagi peserta didik di sekolah. Ningrum (2009:114) menyatakan seorang guru hendaknya melibatkan siswa dalam lingkungan seperti membawa sesuatu dari lingkungan ke dalam kegiatan pembelajaran, membawa siswa ke lingkungan luar dan membiarkan siswa belajar dengan lingkungannya. Pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hendaknya para peserta didik terlibat dengan lingkungannya, agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Sebagai contoh, peserta didik akan mempelajari materi tentang mitigasi dan adaptasi bencana dimana pada kenyataannya mereka berada pada jalur Patahan Lembang. Patahan Lembang ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai sumber belajar pada pembelajaran geografi baik dengan cara membawa peserta didik ke lingkungan langsung maupun membawa lingkungan Patahan Lembang melalui media pembelajaran. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Bachtiar dan Syafriani (2012:114) bahwa Patahan Lembang merupakan bagian proses sejarah Bandung yang dapat dijadikan tempat pembelajaran dan laboratorium alam. Fenomena ini dapat dikaji oleh peserta didik karena berhubungan dengan materi kebencanaan pada mata pelajaran geografi. Patahan Lembang dijadikan sebagai sumber belajar, diharapkan agar peserta didik memperoleh ilmu mengenai keberadaan Patahan Lembang secara nyata, peserta didik dapat memahami konsep melalui pengalaman belajarnya sendiri dan peserta didik dapat memiliki tingkat kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi suatu bencana yang ditimbulkan dari fenomena Patahan

9 Lembang ini serta memahami secara nyata tentang dampak yang timbul jika berada di jalur patahan. Pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang potensi kebencanaan serta dapat meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik di sekitar jalur Patahan Lembang, sehingga peserta didik lebih siap dalam menghadapi bencana yang suatu saat akan terjadi. Berdasarkan permasalahan yang terkait mengenai pentingnya daerah Patahan Lembang sebagai sumber belajar maka guru dapat mengimplementasikannya melalui proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami daerah sekitar tempat tinggalnya serta peserta didik menjadi lebih siap dalam menghadapi bencana terutama bencana yang berkaitan dengan bencana geologis. Upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik mengenai potensi bencana yang sering terjadi di lingkungan sekitar patahan lembang, maka pada penelitian ini peneliti mencoba untuk dapat memanfaatkan patahan lembang sebagai sumber belajar geografi dengan menggunakan metode studi lapangan, metode pemberian tugas melalui media pembelajaran, serta memanfaatkan patahan lembang dengan pembelajaran konvensional. Indikasi yang diharapkan setelah memanfaatkan patahan lembang sebagai sumber belajar menggunakan metode studi lapangan, metode pemberian tugas, dan pembelajaran konvensional yaitu peserta didik dapat mengetahui serta memahami lingkungan sekitar peserta didik rawan akan bencana sehingga mereka dapat menyadari bahwa daerah sekitar patahan lembang merupakan daerah yang berpotensi terjadinya bencana gempa bumi bahkan setelah melalui proses pembelajaran diharapkan kegiatan pembelajaran tersebut dapat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan peserta didik khususnya kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, dari permasalahan yang telah peneliti uraikan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PEMANFAATAN

10 PATAHAN LEMBANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen Kelas X Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Lembang). B. Identifikasi Masalah Penelitian Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya daerah Patahan Lembang yang terindikasi dapat mengalami pergerakan. Pergerakan tersebut dapat menimbulkan guncangan gempa bumi. Guncangan gempa bumi yang disebabkan oleh pergerakan Patahan Lembang ini dapat menimbulkan bencana gempa bumi yang kekuatannya mencapai 3,3 SR sehingga berpotensi merusak dan dampak yang dirasakan di daerah jalur patahan cukup besar. Keberadaan Patahan Lembang yang merupakan daerah rawan bencana dianggap penting sebagai sumber belajar karena pembelajaran dengan memanfaatkan Patahan Lembang dapat memberikan informasi kebencanaan serta merupakan media sosialisasi yang dapat diterapkan melalui pendidikan. Pemanfaataan Patahan Lembang sebagai sumber belajar pada penelitian ini dapat diimplementasikan dengan menggunakan metode studi lapangan, metode pemberian tugas serta melalui pembelajaran secara konvensional. Indikasi yang diharapkan setelah memanfaatkan patahan lembang sebagai sumber belajar menggunakan metode studi lapangan, metode pemberian tugas, dan pembelajaran secara konvensional yaitu agar proses pembelajaran yang berdasarkan potensi lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan peserta didik terhadap bencana. Bersumber dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pengaruh pemanfaatan patahan lembang sebagai sumber belajar terhadap kesiapsiagaan peserta didik baik pemanfaatan patahan lembang dengan membawa peserta didik secara langsung ke daerah patahan melalui metode studi lapangan, pemanfaatan patahan lembang melalui media pembelajaran menggunakan metode

11 pemberian tugas serta pemanfaatan patahan lembang yang menggunakan pembelajaran konvensional. Implementasi pembelajaran yang telah diterapkan tersebut, diharapkan agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Patahan Lembang memiliki potensi kebencanaan yang besar, untuk itu Patahan Lembang dianggap penting sebagai sumber belajar bagi peserta didik yang berada pada jalur patahan. Sumber belajar yang berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik dapat dimanfaatkan baik melalui metode studi lapangan dengan membawa peserta didik secara langsung ke lapangan maupun melalui metode pemberian tugas dengan membawa lingkungan patahan lembang melalui media pembelajaran, agar penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut. 1. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan? 2. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode pemberian tugas? 3. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui pembelajaran konvensional? 4. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah kegiatan pembelajaran antara kelas eksperimen 1 dengan eksperimen 2 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan dan Patahan Lembang melalui metode pemberian tugas?

12 5. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah kegiatan pembelajaran antara kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan dan Patahan Lembang melalui pembelajaran konvensional? 6. Adakah perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah diberikan perlakuan antara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode pemberian tugas dan Patahan Lembang melalui pembelajaran konvensional? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 1 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan. 2. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen 2 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode pemberian tugas. 3. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui pembelajaran konvensional. 4. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah kegiatan pembelajaran antara kelas eksperimen 1 dengan eksperimen 2 yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan dan Patahan Lembang melalui metode pemberian tugas. 5. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah kegiatan pembelajaran antara kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar melalui metode studi lapangan dan Patahan Lembang melalui pembelajaran konvensional.

13 6. Menganalisis perbedaan kesiapsiagaan peserta didik setelah diberikan perlakuan antara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol yang memanfaatkan Patahan Lembang melalui metode pemberian tugas dan Patahan Lembang melalui pembelajaran konvensional. E. Manfaat Penelitian Secara praktis penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh pemanfaatan Patahan Lembang sebagai sumber belajar terhadap kesiapsiagaan bencana pada peserta didik di SMA Negeri 1 Lembang. Patahan Lembang dimanfaatkan secara langsung melalui metode studi lapangan, metode pemberian tugas dengan menggunakan media pembelajaran serta melalui kegiatan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dapat menghasilkan produk tentang langkah-langkah atau cara memanfaatkan Patahan Lembang sebagai sumber belajar serta dapat membuktikan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan peserta didik dalam menghadapi bencana terutama bencana gempa bumi yang diindikasikan berasal dari zona patahan. Hasil penelitian tersebut dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat dari segi teori, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan pemanfaatan Patahan Lembang sebagai sumber belajar, khususnya tentang kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi. 2. Manfaat dari segi kebijakan, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi para penentu kebijakan untuk menjadikan Patahan Lembang sebagai laboratorium alam dalam proses pembelajaran geografi serta diharapkan penentu kebijakan dapat memberikan kesempatan kepada setiap guru geografi agar lebih intensif dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar terutama lingkungan sekitar peserta didik yang membutuhkan suatu kesiapan dalam menghadapi bencana.

14 3. Manfaat dari segi praktik, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi guru geografi dalam memilih sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sehingga dapat mempermudah guru dalam menerapkan pembelajaran yang bermakna. 4. Manfaat dari segi isu serta aksi sosial, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keberadaan Patahan Lembang yang berpotensi terhadap timbulnya bencana gempa bumi. F. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi pada tesis ini merupakan sistematika atau rincian tentang urutan penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu bab pendahuluan, bab kajian pustaka, bab metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan dan saran yang peneliti ajukan. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini. Bab I (Pendahuluan) terdiri dari : 1. Latar belakang masalah. 2. Identifikasi masalah. 3. Rumusan masalah. 4. Tujuan penelitian. 5. Manfaat penelitian. 6. Struktur organisasi tesis. Bab II (Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian) terdiri dari: 1. Teori dan konsep yang berkenaan dengan sumber belajar, patahan lembang, kesiapsiagaan bencana. 2. Penelitian terdahulu. 3. Kerangka pemikiran. 4. Hipotesis penelitian. Bab III (Metode Penelitian) terdiri dari : 1. Lokasi penelitian.

15 2. Populasi penelitian. 3. Sampel penelitian. 4. Desain penelitian. 5. Metode penelitian. 6. Definisi operasional. 7. Instrumen penelitian. 8. Proses pengembangan instrumen (pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal). 9. Teknik pengumpulan data. 10. Analisis data. Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan) terdiri dari : 1. Penjabaran tentang hasil penelitian di lapangan. 2. Pembahasan mengenai temuan yang dihasilkan. Bab V (Simpulan dan Saran) terdiri dari : 1. Simpulan. 2. Saran.