Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB 5 HASIL PENELITIAN

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

NEISSERIA MENINGITIDIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pendahuluan Teori infeksi fokal, yang populer pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyebutkan bahwa fokus dari suatu kondisi spesies bertanggung jawab terhadap inisiasi dan berkembangnya sejumlah penyakit inflamasi seperti radang sendi, tukak lambung, dan radang usus buntu. Rongga mulut dapat menjadi sebuah tempat awal dari diseminasi organisme patogenik ke lokasi tubuh lain, terutama pada orang yang mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh seperti pasien yang menderita keganasan, diabetes, atau reumatoid artritis atau mengonsumsi kortikosteroid atau terapi imunosupresif lainnya. Tingkat bakteri pada plak gigi dapat mencapai angka lebih dari 10 11 mikroorganisme per mg. Infeksi jaringan endodontal dan periodontal pada manusia berhubungan dengen adanya mikroflora yang kompleks, dengan ditemukannya sekitar 200 spesies (pada periodontitis apikalis) 1 dan lebih dari 500 spesies (pada periodontitis Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1

marginalis) 2. Infeksi ini didominasi oleh bakteri anaerobik, dengan batang gram-negatif menjadi yang paling banyak diisolasi. Kedekatan anatomi mikroflora ini dengan aliran darah dapat memfasilitasi terjadinya bakteremia dan penyebaran sistemik dari produk, komponen, dan kompleks imun bakteri. Di dalam rongga mulut terdapat beberapa sawar/barries untuk mencegah penetrasi bakteri dari plak gigi ke jaringan, yaitu sawar fisik yang terbentuk oleh permukaan epitel; defensins, yang merupakan antibiotik peptida turunan inang, dalam epitel mukosa mulut; sawar elektrik yang merefleksikan perbedaan E h antara sel inang dan lapisan mikrobial; sawar imunologi dari sel pembentuk-antibodi; dan sawar fagosit berupa sistem retikuloendotelial 3,4. Dalam kondisi normal, sistem sawar ini bekerja bersama untuk menghambat dan menghilangkan bakteri yang dapat masuk ke jaringan. Ketika kondisi keseimbangan ini terganggu oleh adanya pelanggaran pada fisik (trauma), sistem elektrikal (hipoksia), atau sawar imunologi (neutropenia, AIDS, atau terapi imunosupresan) maka organisme dapat menyebar dan menyebabkan baik infeksi akut dan kronis dengan peningkatan frekuensi dan keparahan 5. Dengan kesehatan mulut dan perawatan gigi yang normal, dari seluruh bakteria fakultatif hanya sedikit yang dapat mencapai aliran darah. Namun, dengan kebersihan mulut yang buruk, jumlah bakteri yang berkoloni di dalam mulut, terutama supra gingivalis, dapat meningkat 2 sampai 10 kali lipat 6 sehingga memungkinkan masuknya bakteri ke jaringan dan aliran darah, menyebabkan peningkatan prevalensi dan memperberat bakteremia. 2 Infeksi Fokal Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik Terkait

Jalur (Pathway) Infeksi Rongga Mulut dengan Penyakit Non Oral Sekunder Tiga mekanisme yang berkaitan antara infeksi rongga mulut dengan efek sistemik sekunder adalah metastasis infeksi pada rongga mulut sebagai hasil bakteremia sementara, metastasis cedera sebagai hasil toksin mikrobial mulut yang beredar, dan metastasis inflamasi sebagai hasil cedera imunologi yang diinduksi oleh mikroorganisme rongga mulut 7 (Tabel 1). Metastasis Infeksi Infeksi rongga mulut dan prosedur dental dapat menyebabkan terjadinya bakteremia sementara. Mikroorganisme yang mendapatkan jalan masuk ke dalam darah dan beredar di seluruh tubuh biasanya akan dieliminasi oleh sistem retikuloendotelial dalam hitungan menit (bakteremia sementara) dan sebagai penyebab utama tidak adanya gejala klinis selain sedikit meningkatnya suhu tubuh 8,9. Namun, jika mikroorganisme yang beredar menemukan kondisi yang tepat, mikroorganisme tersebut Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 3

dapat berkoloni di tempat tertentu dan, setelah beberapa saat, dan mulai bermu ltiplikasi. Metastasis Cedera/Injury Beberapa bakteri gram positif dan gram negatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan eksotoksin, termasuk di dalamnya adalah enzim sitolitik dan toksin dimerik dengan subunit A dan B. Eksotoksin memiliki tindakan farmakologikal tertentu dan dianggap sebagai racun yang paling kuat dan mematikan 10. Sebaliknya, endotoksin adalah bagian dari membran luar yang dilepaskan setelah sel mati 10,11. Endotoksin dibentuk oleh lipopolisakarida (LPS) yang, ketika dilepaskan dalam inang, memberikan sejumlah besar manifestasi patologis. LPS terus-menerus dilepaskan dari bakteri batang gram negatif di jaringan periodontal pada saat perkembangannya dalam tubuh 10. Metastasis Peradangan/Inflamasi Antigen terlarut dapat memasuki aliran darah, bereaksi dengan antibodi spesifik yang beredar, dan membentuk kompleks makromolekular. Imunokompleks ini dapat menghasilkan berbagai macam reaksi peradangan akut dan kronis pada tempat deposisinya 7,11. 4 Infeksi Fokal Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik Terkait

Tabel 1. Jalur/pathways infeksi rongga mulut dan penyakit non oral sekunder 12,13 Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 5

Pengaruh Penyakit Periodontal pada Kerentanan Terhadap Penyakit Sistemik Banyak penelitian yang mempelajari hubungan antara infeksi rongga mulut dan penyakit sistemik dan relasinya dengan penyakit periodontal, yang merupakan infeksi rongga mulut paling sering terjadi. Istilah penyakit periodontal digunakan untuk menjelaskan sekelompok kondisi yang menyebabkan peradangan dan kerusakan dari aparatus yang melekat pada gigi (gusi/gingiva, ligamen periodontal, sementum akar, dan tulang alveolar). Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri yang ditemukan pada karang gigi, dan hampir 10 spesies telah diidentifikasikan sebagai patogen putative dalam penyakit periodontal, terutama bakteri batang gram negatif. Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, dan Bacteroides forsythus adalah bakteri gram negatif yang paling sering berhubungan dengan periodontitis 14,15,16. Lesi periodontitis memunculkan peradangan pada gusi dan juga kerusakan dari ligamen periodontal dan tulang 6 Infeksi Fokal Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik Terkait

alveolar. Hal ini menyebabkan adanya kehilangan tulang dan migrasi apikal dari epitel junctional, menyebabkan terbentuknya kantong periodontal. Periodontitis dapat memengaruhi kerentanan inang dengan penyakit sistemik dalam tiga cara, yaitu dengan faktor risiko bersama, melalui biofilm subgingival yang berfungsi sebagai reservoir bakteri gram negatif, dan melalui periodontium yang berfungsi sebagai reservoir mediatormediator inflamasi 17. Faktor Risiko Bersama Individu dengan risiko tinggi terhadap terjadinya periodontitis, dapat menempatkan mereka pula pada risiko tinggi terkena penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskular. Beberapa faktor risiko lingkungan dan indikator-indikator yang merupakan faktor risiko bersama terjadinya periodontitis dan penyakit sistemik, seperti penyakit kardiovaskular, adalah merokok, stres, bertambahnya usia, ras atau etnis tertentu, dan pria 17. Biofilm Subgingival Biofilm subgingival memastikan adanya bakteri dalam jumlah banyak dan tetap. Keberadaan biofilm akan terus memperbaharui reservoir dari LPS dan bakteri gramnegatif lainnya ke jaringan periodontal dan sirkulasi darah. Bakteri gram-negatif atau LPS mencetuskan respons utama pembuluh darah, termasuk infiltrasi sel radang ke dalam dinding sel, pertambahan dari otot polos pembuluh darah, degenerasi lemak pembuluh darah, dan koagulasi Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 7

intravaskular 18,19. LPS meningkatkan regulasi ekspresi molekul adhesi sel endotel dan sekresi dari interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor alpha (TNF-α), dan tromboksan, yang menyebabkan agregasi dan adhesi platelet, sel busa sarat-lipid, dan endapan kolesterol dan ester-kolesterol. Periodontium Sebagai Cadangan/Reservoir Sitokin Sitokin proinflamasi TNF-α, IL-1β, dan interferon gamma serta prostaglandin E 2 (PGE 2 ) memiliki konsentrasi yang tinggi di jaringan pada periodontitis 17. Oleh karena itu, periodontium dapat memiliki fungsi sebagai reservoir pembaru dari kelebihan mediator ini, yang dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan efek sistemik. IL-1β mendukung koagulasi dan trombosis dan menghambat fibrinolisis 20. IL-1, TNF-α, dan tromboksan dapat menyebabkan agregasi dan adhesi platelet, pembentukan sel busa sarat-lipid, dan deposisi kolesterol. Mediator yang sama juga muncul dari periodontium yang rusak juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran sebelum waktunya dan bayi dengan berat badan lahir kurang 17. 8 Infeksi Fokal Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik Terkait

Penyakit Sistemik yang Berkaitan dengan Infeksi Rongga Mulut Beberapa penyakit sistemik yang erat kaitannya dengan infeksi rongga mulut adalah: Penyakit Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis dan infark miokard terjadi sebagai hasil dari kompleks faktor genetik dan lingkungan 20. Termasuk ke dalam faktor genetik adalah usia, metabolisme lemak, obesitas, hipertensi, diabetes, peningkatkan tingkat fibrinogen, dan polimorfisme antigen spesifik-platelet Zwb (P1 A2 ). Faktor risiko lingkungan adalah status sosioekonomi, beban olahraga, pola makan, obatobatan anti-inflamasi nonsteroid, merokok, dan infeksi kronis. Faktor risiko klasik dari penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok memiliki variasi perhitungan sebanyak setengah dan dua pertiga dari insidensi penyakit kardiovaskular 21. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 9

Penyakit periodontal dapat menyebabkan seorang individu rentan terkena penyakit kardiovaskular, melihat banyaknya spesies gram-negatif yang terlibat, kadar sitokin pro inflamasi yang terdeteksi, infiltrat inflamasi dan beratnya pertahanan tubuh yang terlibat, hubungan dengan tingginya kadar fibrinogen perifer, dan angka sel darah putih 21. Terdapat beberapa mekanisme diajukan untuk menunjukkan penyakit periodontal dapat mencetuskan penyakit kardiovaskular melalui efek langsung dan tidak langsung dari bakteri rongga mulut (Gambar 1). Gambar 1. Mekanisme hubungan infeksi rongga mulut dan penyakit periodontal dengan penyakit kardiovaskuler 22 10 Infeksi Fokal Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik Terkait