BENCANA BANJIR PONOROGO DESEMBER 2007

dokumen-dokumen yang mirip
Dukungan Tanggap Darurat Kepada Warga Terdampak Banjir Solo dan Sukoharjo Negara Indonesia

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Laporan Situasi. Gambaran Situasi. Tanah Longsor. Banjarnegara-Jawa Tengah. Informasi Kunci. Situation Report Desember 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Tanah Longsor Watukumpul

PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB)

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Situasi. Gambaran Situasi. Tanah Longsor. Banjarnegara-Jawa Tengah. Informasi Kunci. Situation Report Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Post Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat

BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN. Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Letak Desa Kalisat sedikit terpencil

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

GAMBARAN UMUM DESA DONOROJO

12/12/2013 L/O/G/O.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

L/O/G/O.

LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAKTI SOSIAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

DATA POKOK DESA/KELURAHAN BULAN NOPEMBER - TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. terletak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Tuban. Dusun ini jauh dari keramaian karena

BAB III ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PERAN APARATUR KELURAHAN DAN KESIAP-SIAGAAN WARGA JOYOTAKAN DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB I LATAR BELAKANG

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

LAPORAN SITUASI-3 TANAH LONGSOR, KABUPATEN TUMANGGUNG JAWA TENGAH Senin, 14 Mei 2012

Penyebutan bencana (untuk keperluan JNA Online database): / (nama bencana/nama daerah)

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga

BAB II PROFIL WILAYAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dari penelitian ini

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

LAPORAN SITUASI BANJIR BANDANG RINJANI, DESA BELANTING, KECAMATAN SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT Senin, 2 April 2012

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Kelurahan/Desa. Desa Giripanggung merupakan salah satu desa yang

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

Transkripsi:

BENCANA BANJIR PONOROGO 26-27 DESEMBER 2007 A. PENDAHULUAN Hujan deras selama sehari semalam pada dini hari jam 02.00 WIB hari Rabu tanggal 26 Desember 2007 menyebabkan Sungai Bengawan yang melintasi Kota Ponorogo meluap. Kejadian ini jauh lebih parah daripada banjir pada tahun 1985 lalu. Banjir kali ini merendam sedikitnya 12 kecamatan di Ponorogo dan ratusan desa yang ada di sekitar sungai. Kejadian ini begitu cepat sehingga banyak orang yang terjebak di tengah banjir. Proses evakuasi oleh Tim SAR untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak banjir berjalan sangat lamban. Kebanyakan orang terjebak sejak pukul 04.00 WIB Rabu 26 Desember 2007 dan baru selesai dievakuasi secara total pada pagi hari pukul 04.00 WIB hari Kamis tanggal 27 Desember 2007. Hal ini terjadi karena sangat terbatasnya peralatan yang ada pada Tim SAR dan Tim Tanggap Bencana Pemda Ponorogo. Tim SAR baru berhasil mendatangkan peralatan berupa perahu motor dari Surabaya pada pukul 15.00 tanggal 26 Desember 2007. Peralatan yang ada di tingkatan lokal sama sekali tidak disiapkan untuk tanggap, khususnya banjir. Bantuan yang diberikan juga sangat minim dan terbatas dalam jumlah yang kecil. Salah satu penyebabnya adalah putus totalnya akses ke daerah yang berada di sisi barat Sungai Bengawan, di Kecamatan Sukorejo pada hari Rabu sehingga daerah-daerah ini terisolasi. Berdasarkan data yang dapat dihimpun oleh LAKPESDAM-NU Ponorogo, wilayah yang terkena banjir di Kabupaten Ponorogo sebanyak 12 kecamatan (+ 60 Desa) dari 21 kecamatan yang berada di kilayah Kabupaten Ponorogo. Salah satu wilayah yang cukup parah terkena bajir itu adalah desa-desa di Kecamatan Sukorejo yang antara lain adalah Desa Kalimalang, Desa Sragi, Desa Nambangrejo, Desa Lengkong, dan Desa Kranggan. Hasil assessment yang dilakukan LAKPESDAM-NU Ponorogo pada tanggal 28 Desember 2007 di Kecamatan Sukorejo, Desa Nambangrejo dan Desa Lengkong adalah sbb.: Desa Nambangrejo memiliki 3 Dusun: Dusun Mirah, Krajan, dan Wot Mangu. Dari tiga dusun tersebut, Dusun Wot Mangu adalah daerah terparah. Sedangkan di Desa Lengkong yang terbagi menjadi empat dusun (Dusun Kidul Kali, Sambi, Sawahan, dan Krangsen), Dusun Kidul Kali adalah wilayah yang paling parah terkena banjir. B. SELAYANG PANDANG DUSUN WOT MANGU DAN DUSUN KIDUL KALI 1

1. Dusun Wot Mangu Secara geografis Dusun Wot Mangu sebelah timur langsung berbatasan dengan Sungai Bengawan, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Gandu Kepuh Kecamatan Kauman, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bengawan dan Kelurahan Pinggirsari Kecamatan Ponorogo, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Lengkong. Dusun Wot Mangu secara administratif masuk di wilayah pemerintahan Desa Nambangrejo. Penduduk terdiri dari 210 Kepala Keluarga (KK) atau + 1400 jiwa. Laki-laki berjumlah 693 orang dan perempuan 707 orang. Terdapat juga 250 balita dan 89 lansia. Dusun Wot Mangu terbagi menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Rata-rata profesi penduduknya sebagai petani dan buruh tani. Sedangkan fasilitas publik yang ada adalah 1 Masjid dan 5 Musholla, 1 Play Group, 1 Taman Kanak-kanak, dan 1 Madrasah Diniyah yang kesemuanya dikelola warga secara mandiri. Tidak ada korban jiwa di Dusun Wot Mangu dalam banjir pada tanggal 26 Desember 2007 yang lalu, namun terdapat 20 rumah yang roboh dan rusak berat, dan puluhan rumah lainnya mengalami kerusakan ringan. Termasuk di dalam bangunan yang rusak adalah fasilitas umum. Beberapa wilayah perladangan dan persawahan mengalami kerusakan yang cukup berarti. Puluhan ternak mati. Beberapa ruas jalan utama juga mengalami kerusakan. Di daerah ini tinggi air berkisar antara 1,5 3,5 meter, dengan kecepatan aliran air kurang lebih 15-30 km/jam. 2. Dusun Kidul Kali Dusun Kidul Kali di sebelah timur langsung berbatasan dengan Sungai Bengawan, di sebelah barat berbatasan dengan Dusun Sambi, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nambangrejo, dan di sebelah utara berbatasan dengan Dusun Sawahan. Dusun Kidul Kali adalah salah satu dusun di Desa Lengkong. Yang Kepala Keluarga (KK) berjumlah 110 atau jumlah penduduknya + 550 jiwa. Di antara 550 jiwa tersebut terdapat 100 balita dan 143 lansia. Wilayah Dusun Kidul Lali terbagi menjadi 3 Rukun Tetangga (RT). Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan buruh tani. Fasilitas umum yang terdapat di dusun ini adalah 1 Masjid dan 3 Musholla, 1 Taman Kanak-kanak, 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri, dan 1 Pondok Pesantren. Dalam banjir pada tanggal 26 Desember 2007 yang lalu, tidak ada korban jiwa di Dusun Kidul Kali, namun terdapat 24 rumah yang roboh dan rusak berat, dan puluhan rumah lainnya mengalami 2

kerusakan ringan. Puluhan ternak mati. Beberapa wilayah perladangan dan persawahan mengalami kerusakan yang cukup berarti. Kisaran tinggi air di daerah ini adalah 2 3 meter. Keadaan yang demikian telah menenggelamkan seluruh asset dan persediaan bahan pokok. Adapun kecepatan aliran air di daerah ini sekitar 20-25 km/jam. C. PETA MASALAH Meski banjir sudah surut, namun kecemasan masih tampak nyata di wajah warga Dusun Wot Mangu dan Kidul Kali, ketika LAKPESDAM Ponorogo melakukan Assessment sekaligus menyalurkan bantuan di sana. Hal itu dikarenakan adanya beberapa masalah yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan. Adapun beberapa masalah yang harus segera ditangani di kedua dusun itu adalah sebagai berikut : Masalah Sebab Pengurangan Dampak Pengurangan Sebab Dampak Kesehatan Air kotor - Pemberian air bersih (minuman, mandi) - Normalisasi sumur - Terjangkit penyakit - Dehidrasi - Persedia an obatobatan dan tenaga medis Penduduk kurang terpenuhi gizinya secara memadai, terutama untuk balita Lingkungan kotor karena banyak bangkai dan sampah - Penyediaan makanan sehat dan bergizi - Membersihkan lingkungan - Pemberian sarana / peralatan kebersihan - Asupan gizi kurang - Timbul berbagai penyakit - Pemberi an PMT untuk balita - Persedia an obatobatan dan tenaga medis Pakaian banyak yang hanyut -Pemberian - Ketahanan - Persedia pakaian layak tubuh an obatobatan pakai menurun - Rentan penyakit dan medis Infrastruktur Banyak rumah Rehabilitasi - Kesehatan - Persedia 3

Kesulitan Akses Bantuan roboh dan rusak berat sehingga penduduk yang mengungsi Pemerintah kurang siap menghadapi kondisi darurat yang mendadak karena kurangnya data dan informasi perumahan terganggu - Beban hidup meningkat an obatobatan dan medis - Penduduk - mengalam i stress Refreshi ng (hiburan - Ada potensi timbulnya masalah sosial rakyat ) Dialog dengan - Masyarak - Koordin pemerintah at tidak asi di tentang cepat antara Pengurangan tertangani pihakpihak Resiko Bencana - Proses (PRB) penyalura terkait n bantuan dalam semrawut PRB - Kebutuha n pokok tidak tercukupi secara optimal saat tanggap darurat. D. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH 1. Pendekatan Permasalahan di atas akan diselesaikan dengan pendekatan kewilayahan dengan memfokuskan diri pada dua Dusun, yaitu: Dusun Wot Mangu di Desa Nambangrejo dan Dusun Kidul Kali di Desa Lengkong. Kedua Dusun ini dipilih dengan alasan bahwa keduanya berada persis di pinggir sungai Bengawan dan terlingkupi oleh anak Sungai Bengawan yang dalam musibah ini menyebabkan kedua daerah terisolasi. Terbukti dengan sekitar 1000 orang terjebak di tengah-tengah banjir. Selain itu, pendekatan ini akan lebih mudah dikoordinasikan dengan para stakeholder di tingkat dusun dan lebih cepat untuk dibuat kerangka kegiatan. Peta Bencana Dusun Wot Mangu dan Dusun Kidul Kali Kali Sambi Kali Bengawan U 4

KIDUL KALI WOT MANGU Jalan Raya Danyang Jl. Raya Ponorogo-Wonogiri 2. Prinsip Penyelesaian masalah menggunakan prinsip participatory action masyarakat dan pemerintah dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Masyarakat menjadi subyek perubahan dan rehabilitasi itu sendiri. LAKPESDAM-NU PONOROGO berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator dalam penanganan dampak banjir ini. Adapun tahapan dari Penanganan Bencana Partisipatif ini adalah sbb. : Keadaan Penanganan Indikator Out put masyarakat Darurat Tanggap darurat - Pemenuhan kebutuhan pokok (makanan, kesehatan dan tempat Kepastian keadaan korban banjir selamat dan tercukupi kebutuhan pokoknya 5

pengungsian) - Evakuasi 6

Pasca darurat Pengorganisasian masyarakat Peningkatan kapasitas masyarakat tentang Pengurangan Resiko Bencana Pendampingan komunitas - Adanya rembug warga terfokus tentang penganan - Masyaraka t mampu memetaka n kebutuhan nya - Masyarakat berinisiatif membentuk kelompok - Terbentuk sebuah komunitas peduli - Aksi bersama normalisas i lingkunga n sekitar komunitas - Diskusi - Masyaraka tentang teknik t mampu rehabilitasi bertindak - Diskusi cepat kelompok dalam tentang PRB rehabilitasi - Masyaraka t mengetahu i hakekat dan cara menguran gi resiko - Masyarakat perlu fasilitator - Masyarakt sadar akan pentingny - Masyarakat a PRB perlu dinamisator dalam proses penanganan - Masyaraka t mampu mengadvo kasi kepentinga 7

3. Prioritas Penyelesaian Masalah/kebutuhan Prioritas Tahap Pertama: Dalam situasi tanggap darurat, pengadaan air bersih menjadi prioritas. Hal ini disebabkan karena di dua dusun tersebut terdapat 330 buah sumur warga yang terendam banjir sehingga tercemar dan kotor. Setiap hari ada 1500 warga yang membutuhkan air minum, sehingga dalam sehari memerlukan sekitar 10.000 liter kebutuhan air bersih. Sedangkan air bersih yang terdistribusi baru memenuhi sekitar 10% kebutuhan. Sumur warga diperkirakan baru dapat digunakan kembali 10 hari kemudian. Itupun masih tergantung tingkat pencemaran yang dialami. Banyak bangkai hewan ternak (sapi, kambing, dan ayam) yang saat banjir surut justru menjadi ancaman baru, juga terhadap kebersihan air. Makanan pokok seperti beras dan sayuran semuanya hilang akibat terendam banjir. Kebutuhan sembako di kedua daerah ini baru tercukupi sekitar 20% saja. Peralatan memasak juga sebagian besar tidak berfungsi. Pada tahap ini diperlukan makanan-makanan yang praktis dan cepat saji. Selain itu didirikan dapur umum guna membantu mencukupi kebutuhan makanan sehari-hari. Diperlukan juga pakaian, selimut, handuk, dan pakaian balita. Balita juga memerlukan PMT berupa susu dan makanan bayi. Diperlukan juga PMT untuk ibu-ibu menyusui dan hamil. Prioritas Tahap Kedua: Pasca tanggap darurat diadakan normalisasi sumur warga dengan perbaikan dan pemasangan pompa air. Kebutuhan air sangat vital. Selain itu juga diadakan normalisasi peralatan dapur warga untuk segera memfungsikan dapur rumah tangga. Kebutuhan dalam tahap ini adalah pengadaan kompor dan peralatannya, minyak tanah, wajan, panci, dll. Prioritas Tahap Ketiga: Pada tahap ini dititikberatkan pada rekonstruksi rumah yang roboh dan rusak berat dengan teknik pembangunan rumah semi permanen sehat untuk tempat berlindung. Diperlukan bilik anyaman bambu dan terpal untuk membuat rumah darurat ini. Selain itu dibutuhkan juga pasir dan semen untuk mengeraskan lantai agar lebih sehat. Rumah yang dibutuhkan setidaknya berukuran 4 x 6 m². 8

4. Teknis Pembagian Bantuan Dalam pengelolaan bantuan, LAKPESDAM-NU PONOROGO berperan sebagai distributor. Pengelola yang paling utama adalah masyarakat sendiri dengan tim yang disiapkan oleh warga masyarakat sendiri dengan difasilitasi LAKPESDAM-NU PONOROGO. Selanjutnya tim atau Kelompok Masyarakat ini didampingi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya setelah disepakati oleh masyarakat. Pihak yang dilibatkan dalam pembentukan tim/panitia ini adalah Pemerintah Desa, Kepala Dusun dan RT/RW, tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat yang menjadi korban serta ibu-ibu yang tergabung dalam Dasa Wisma dan Posyandu Dusun Wot Mangu dan Dusun Kidul Kali. Di masing-masing dusun didirikan Posko yang siaga selama 24 jam. Posko berfungsi sebagai pusat kegiatan dan informasi, sekaligus sebagai tempat siaga untuk mendeteksi dini kemungkinan adanya ancaman yang lain. 9