PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK KELAS IV SD NEGERI Sulastri, Maridjo A.H., Christanto Syam PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email : Sulastri331@ymail.com ABSTRAK: Penelitian tentang peningkatan aktivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas IV SD Negeri 22 Arak Sintang ini dilakukan dengan dilatarbelakangi oleh penggunaan model maupun metode pembelajaran yang kurang tepat dan menjadi penyebab aktivitas belajar siswa rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru dalam pengembangan model pembelajaran IPA, meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas IV SD Negeri 22 Arak Sintang yang berjumlah 30 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah menggunakan model Talking Stick, terdapat peningkatan aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, baik dalam aktivitas fisik, mental maupun emosional. Kata kunci : Model Talking Stick, aktivitas belajar, Ilmu Pengetahuan Alam. ABSTRACT: The Research about improvement sains learning activity using Talking Stick model in grade IV elementary school 22 Arak Sintang is do caused by not suitable using of model or methods learning and make low learning activity of students are. The purpose of this research is to improve students learning activities in learning sains using Talking Stick model in grade IV elementary school 22 Arak Sintang totaling 30 students. The method in this research is descriptive method. The results showed that after using Talking Stick model on the subject of research, there is an increase in the activity of learning sains, both in physical activity, mental, or emotional. Keywords : Talking Stick model, learning activity, sains. D i dalam kelas kegiatan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru adalah salah satu komponen sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukkan sumber daya manusia yang potensial di bidang pendidikan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya bertanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu kedewasaan. Penggunaan model maupun metode pembelajaran yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab aktivitas belajar siswa rendah. Permasalahan ini merupakan permasalahan yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan.
Hal ini juga terjadi di kelas IV SD Negeri 22 Arak yaitu pada pembelajaran tahun ajaran 2010/2011. Hal ini terlihat dari 30 orang siswa dengan rincian 12 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki yang melakukan aktivitas fisik hanya 43,33%, aktivitas mental 36,67% dan aktivitas emosional 33,33% yang berarti bahwa sekitar 62,24% yang tidak aktif selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berlangsung. Kenyataannya permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran adanya kecenderungan bahwa pembelajaran IPA di kelas masih berjalan monoton dan membosankan sehingga yang terjadi hanya komunikasi satu arah siswa hanya sebagai pendengar informasi dari guru saja hal ini menyebabkan aktivitas siswa kurang berkembang. Menurut Sumartono (dalam Suroso, 2001:3) Aktivitas belajar adalah gerakan yang dilakukan untuk sama-sama aktif ketika belajar dengan memanfaatkan sebanyak mungkin. Aktivitas belajar ini dapat dilihat dari aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar dan hasil belajarnya. Untuk itu diperlukannya penggunaan model yang dapat membuat pembelajaran semakin menarik. Model pembelajaran Talking Stick dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 22 Arak, karena model ini merupakan pembelajaran dengan bantuan tongkat dimana setiap siswa yang mendapat tongkat dari gurunya wajib memberikan dan menjawab semua pertanyaan setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Menurut Paul. B Diedrich (dalam Sapiyah, 2007:36) ada beberapa jenis aktivitas dalam belajar antara lain : a. Kegitan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan Moral; mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. c. Kegiatan mendengarkan; mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan musik. d. Kegiatan Menulis; menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e. Kegiatan Menggambar; menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola. f. Kegiatan Motorik; melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun. g. Kegiatan Mental; merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, membuat keputusan. h. Kegiatan Emosional; minat, membedakan, berani, tenang dan lainlain.
Dalam penelitian ini aktivtas yang dteliti adalah aktivitas fisik, mental, emosional dengan indikator kinerja untuk mengukur aktivitas pembelajaran masing-masing aktivitas tersebut adalah : Aktivitas Fisik berupa (1) Menyimak penjelasan guru, (2) Mencatat hal-hal penting sesuai dengan materi yang dipelajari, (3) Mengamati percobaan. Aktivitas Mental berupa (1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (2) Menjawab pertanyaan, (3) Merumuskan hasil percobaan, (4) Aktif berdiskusi dengan temannya, (5) Menyimpulkan hasil pembelajaran, (6) Melaporkan hasil diskusi. Aktivitas Emosional berupa (1) Bersemangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru, (2) Keberanian siswa dalam membberikan pendapat, (3) Kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (4) Bergembira dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik, mental dan emosional serta hasil belajar siswa dengan diterapkannya model Talking Stick pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 22 Arak. Setelah penelitian tindakan dilaksanaka menggunakan model ini, terjadi peningkatan aktivitas fisik pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas IV SD Negeri 22 Arak dari baseline sebesar 34,44% ke siklus III 83,33% meningkat sebesar 48,89%, dimana persentase siklus III dikategorikan sangat tinggi. Untuk aktivitas mental terjadi peningkatan dari baseline sebesar 30% ke siklus III 81,67% meningkat sebesar 51,67%, dimana persentase siklus III dikategorikan sangat tinggi. Untuk aktivitas emosional dari baseline sebesar 32,87% ke siklus III 83,60% meningkat sebesar 50,73%, dimana persentase siklus III dikategorikan sangat tinggi. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada hasil belajar dari baseline sebesar 37,57 ke siklus III 82,67 meningkat sebesar 45,10, dimana persentase siklus III dikategorikan sangat baik. Pemilihan model pembelajaran Talking Stick pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 22 Arak karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya : (1) Menguji kesiapan siswa, (2) Melatih membaca dan memahami materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru dengan cepat, (3) Agar siswa lebih giat belajar. Adapun langkah-langkah dalam penggunaan model ini adalah (Razakadam, 2008:15) : 1) Guru menyiapkan sebuah tongkat. 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari. 3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari buku penunjang atau paketnya yang berkenaan dengan materi yang telah disampaikan. 4) Guru menyuruh siswa menutup buku pelajarannya. 5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 6) Guru memberikan kesimpulan. 7) Evaluasi. 8) Penutup.
METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Nawawi (2003:06) metode desktiptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti dapat melakukan pengamatan secara berkelanjutan terhadap penelitian berdasarkan apa yang dilihat dan diamati selama berlangsungnya proses penelitian. Hal ini dilakukan agar data tentang penelitian ini dapat diperoleh dengan baik. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Asmara (2004:50) penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memecahkan masalah dan menemukan teroi-teori berdasarkan verifikasi data yang dikumpulkan dilapangan, sehingga data yang diterima sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan apa adanya. Langkah Langkah Tindakan : (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, (3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari buku penunjang atau paketnya yang berkenaan dengan materi yang telah disampaikan, (4) Guru menyuruh siswa menutup buku pelajarannya, (5) Guru mengambil rotan yang akan dijadikan tongkat guna untuk pelaksanaan model Talking Stick yang kemudian diberikan kepada siswa untuk dioper kepada teman-temannya pada saat dinyanyikannya lagu atau pemutaran music, (6) Guru memberikan kesimpulan, (7) Evaluasi, (8) Penutup. Indikator Kinerja Untuk Mengukur Aktivitas Pembelajaran Tabel Indikator Kinerja Keaktifan Siswa Indikator Base Line Aktivitas Fisik 1. Menyimak penjelasan guru 20% 2. Mencatat hal-hal penting sesuai dengan materi yang 33,33% dipelajari 3. Mengamati percobaan 50% Rata-rata 34,44% Aktivitas Mental 4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan 33,33% 5. Menjawab pertanyaan 20% 6. Merumuskan hasil percobaan 33,33% 7. Aktif berdiskusi dengan temannya 36,67% 8. Menyimpulkan hasil pembelajaran 33,33% 9. Melaporkan hasil diskusi 23,33% Rata-rata 30% Aktivitas Emosional 10. Bersemangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru 33,33% Siklus I Siklus II
11. Keberanian siswea dalam memberikan pendapat 36,67% 12. Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran 33,33% 13. Bergembira dalam mengikuti pembelajaran 33,33% Rata-rata 34,16% Berdasarkan tabel 3.1 maka untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas ini maka indikasi yang dapat dilihat adalah adanya peningkatan persentase aktivitas pembelajaran siswa yaitu sebanyak 80% siswa yang aktif Teknik dan Alat Pengumpul Data Teknik pengumpul data yang digunakan adalah (1) Observasi langsung yang akan mengahsilkan data berupa persentase aktivitas belajar siswa dan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) Pemberian soal latihan ditiap akhir siklus guna untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Alat pengumpul data berupa (1) Lembar observasi untuk aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick, (2) Soal isian sebanyak 5 soal yang diberikan pada siswa setiap akhir pembelajaran ditiap siklus, (3) Dokumenter yang berupa foto-foto yang diambil saat pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian dimulai dari siklus I. Berdasarkan data observasi yang diperoleh mengenai aktivitas pembelajaran yang meliputi aktivitas fisik, mental, dan emosional serta hasil belajar dimana ketiga aktivitas tersebut dijabarkan lagi menjadi indikator kinerja pada setiap aspek yang diamati. Kategori persentase masing-masing aktivitas siswa tiap siklus dengan kategori sebagai berikut : Sangat Tinggi = 81 100% Tinggi = 61 80% Cukup Tinggi = 41 60% Rendah = 21 40 % Sangat Rendah = 1 20% Kategori hasil belajar siswa tiap siklus dengan 10 sehingga dapat dikategorikan dengan kategori sebagai berikut : Sangat Baik (Kategori A) = Nilai 8,00 10,00 Baik (Kategori B) = Nilai 7,00 7,99 Cukup Baik (Kategori C) = Nilai 6,00 6,99 Kurang Baik (Kategori D) = Nilai 5,00 5,99 Tidak Baik (Kategori E) = Nilai 0,00 4,99 Berikut ini akan dijelaskan hasil observasi yang diperoleh di tiap siklusnya : Siklus I Pada indikator aktivitas fisik terbagi menjadi 3 indikator yaitu menyimak, mencatat dan mengamati. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase baseline yaitu dari 34,44% menjadi 41,11% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Keinginan siswa menyimak penjelasan guru pada base line sebesar 20%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 26,67%, terdapat selisih 6,67% b) Kesungguhan siswa mencatat hal-hal penting pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 40%, terdapat selisih 6,67%
c) Keinginan siswa mengamati percobaan pada base line sebesar 50%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 56,67%, terdapat selisih 6,67% Pada indikator aktivitas mental terbagi menjadi 6 indikator yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab, merumuskan, berdiskusi, menyimpulkan, dan melaporkan. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase baseline yaitu dari 30% menjadi 37,22% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut: a) Keberanian siswa mengajukan pertanyaan pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 40%, terdapat selisih 6,67% b) Keberanian siswa menjawab pertanyaan pada base line sebesar 20%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 26,67%, terdapat selisih 6,67% c) Dengan sungguh-sungguh siswa merumuskan hasil percobaan pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 40%, terdapat selisih 6,67% d) Keaktifan siswa berdiskusi dengan temannya pada base line sebesar 36,67%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 43,33%, terdapat selisih 6,66% e) Kesungguhan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 40%, terdapat selisih 6,67% f) Keberanian siswa melaporkan hasil diskusi pada base line sebesar 23,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 33,33%, terdapat selisih 10% Pada indikator aktivitas emosional terbagi menjadi 4 indikator yaitu bersemangat, keberanian, kesungguhan, dan bergembira. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase baseline yaitu dari 34,16% menjadi 46,67% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Semangat siswa dalam pelaskanaan tugas pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 50%, terdapat selisih 16,67% b) Keberanian siswa dalam memberikan pendapat pada base line sebesar 36,67%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 46,67%, terdapat selisih 10% c) Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 40%, terdapat selisih 6,67% d) Siswa bergembira dalam mengikuti pembelajaran pada base line sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 50%, terdapat selisih 16,67% Hasil refleksi pada siklus ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan persentase dari baseline terhadap siklus I namun guru kurang memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam pembelajaran selain itu juga guru tidak membimbing siswa saat membuat pertanyaan. Berdasarkan refleksi tersebut, maka guru kembali menyusun rencana pembelajaran utnuk tindakan pada siklus II dengan memperhatikan kekurangankekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus I. Siklus II Pada indikator aktivitas fisik terbagi menjadi 3 indikator yaitu menyimak, mencatat dan mengamati. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata
persentase siklus I yaitu dari 41,11% menjadi menjadi 64,44% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Keinginan siswa menyimak penjelasan guru pada siklus I sebesar 26,67%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 53,33%, terdapat selisih 26,66% b) Kesungguhan siswa mencatat hal-hal penting pada siklus I sebesar 40%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 66,67%, terdapat selisih 26,67% c) Keinginan siswa mengamati percobaan pada siklus I sebesar 56,67%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 73,23%, terdapat selisih 16,56% Pada indikator aktivitas mental terbagi menjadi 6 indikator yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab, merumuskan, berdiskusi, menyimpulkan, dan melaporkan. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase siklus I yaitu dari 37,22% menjadi 66,11% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Keberanian siswa mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 40%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 70%, terdapat selisih 30% b) Keberanian siswa menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 26,67%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 63,33%, terdapat selisih 36,66% c) Dengan sungguh-sungguh siswa merumuskan hasil percobaan pada siklus I sebesar 40%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 63,33%, terdapat selisih 23,33% d) Keaktifan siswa berdiskusi dengan temannya pada siklus I sebesar 43,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 70%, terdapat selisih 26,67% e) Kesungguhan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada siklus I sebesar 40%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 66,67%, terdapat selisih 26,67% f) Keberanian siswa melaporkan hasil diskusi pada siklus I sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 63,33%, terdapat selisih 30% Pada indikator aktivitas emosional terbagi menjadi 4 indikator yaitu bersemangat, keberanian, kesungguhan, dan bergembira. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase siklus I yaitu dari 46,67% menjadi 63,34% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Semangat siswa dalam pelaskanaan tugas pada siklus I sebesar 50%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 66,67%, terdapat selisih 16,67% b) Keberanian siswa dalam memberikan pendapat pada siklus I sebesar 46,67%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 60%, terdapat selisih 13,33% c) Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran pada siklus I sebesar 40%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 60%, terdapat selisih 20% d) Siswa bergembira dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I sebesar 50%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 66,67%, terdapat selisih 16,67% Hasil refleksi pada siklus ini menunjukkan kembali terjadinya peningkatan persentase dari siklus I terhadap siklus II, Guru dapat meguasai kelas dengan baik, dan siswa kelihatan sudah mengerti akan tugasnya pada pembelajaran dengan model Talking Stick. Meskipun demikian siklus ini tidak terlepas dari kekurangankerungan yang ada yaitu guru terlalu terburu-buru dalam memulai kembali pengoperan tongkat sehingga siswa tidak dapat menjawab pertanyaa dengan baik,
dan beberapa siswa kelihatan bermain-main dalam pengoperan tongkat karena tidak mengoper sesuai yang diperintahkan guru. Berdasarkan refleksi tersebut, maka guru kembali menyusun rencana pembelajaran utnuk tindakan pada siklus III dengan memperhatikan kekurangankekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus II. Siklus III Pada indikator aktivitas fisik terbagi menjadi 3 indikator yaitu menyimak, mencatat dan mengamati. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase siklus II yaitu dari 64,44% menjadi menjadi 83,33% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Keinginan siswa menyimak penjelasan guru pada siklus II sebesar 53,33%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 76,67%, terdapat selisih 23,34% b) Kesungguhan siswa mencatat hal-hal penting pada siklus II sebesar 66,67%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 83,33%, terdapat selisih 16,66% c) Keinginan siswa mengamati percobaan pada siklus II sebesar 73,23%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 90%, terdapat selisih 16,77% Pada indikator aktivitas mental terbagi menjadi 6 indikator yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab, merumuskan, berdiskusi, menyimpulkan, dan melaporkan. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase siklus II yaitu dari 66,11% menjadi 81,67% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Keberanian siswa mengajukan pertanyaan pada siklus II sebesar 70%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 86,67%, terdapat selisih 16,67% b) Keberanian siswa menjawab pertanyaan pada siklus II sebesar 63,33%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 80%, terdapat selisih 16,67% c) Dengan sungguh-sungguh siswa merumuskan hasil percobaan pada siklus II sebesar 63,33%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 80%, terdapat selisih 16,67% d) Keaktifan siswa berdiskusi dengan temannya pada siklus II sebesar 70%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 86,67%, terdapat selisih 16,67% e) Kesungguhan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada siklus II sebesar 66,67%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 80%, terdapat selisih 13,33% f) Keberanian siswa melaporkan hasil diskusi pada siklus II sebesar 63,33%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 76,67%, terdapat selisih 13,34% Pada indikator aktivitas emosional terbagi menjadi 4 indikator yaitu bersemangat, keberanian, kesungguhan, dan bergembira. Hasil penelitian yang diperoleh meningkat dari rata-rata persentase siklus II yaitu dari 63,34% menjadi 85,80% dengan rincian persentase tiap indikator sebagai berikut : a) Semangat siswa dalam pelaskanaan tugas pada siklus II sebesar 66,67%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 90%, terdapat selisih 23,33% b) Keberanian siswa dalam memberikan pendapat pada siklus II sebesar 60%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 83,33%, terdapat selisih 23,33% c) Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran pada siklus II sebesar 60%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 80%, terdapat selisih 20%
d) Siswa bergembira dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II sebesar 66,67%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 90%, terdapat selisih 23,33% Hasil refleksi pada siklus ini menunjukkan terjadinya peningkatan persentase yang signifikan pada semua aspek aktivitas siswa hal ini dikarenakan guru menguasai model pembelajaran secara keseluruhan, guru menguasai kelas, dan siswa menjadi lebih mengingat materi yang telah disampaikan. Oleh kerena itu peneliti dan guru kolabolator sepakat untuk tidak perlu diadakan tindakan pada siklus berikutnya. Pembahasan Setelah melakukan 3 siklus penelitian pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan model Talking Stick yang dilakukan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan Adinan sebagai teman sejawat diperoleh rekapitulasi aktivitas persentase siswa sebagai berikut : Rekapitulasi Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Indikator Base Line Siklus I Siklus II Siklus III Aktivitas Fisik 1. Menyimak penjelasan guru 20% 26,67% 53,33% 76,67% 2. Mencatat hal-hal penting sesuai dengan 33,33% 40% 66,67% 83,33% materi yang dipelajari 3. Mengamati percobaan 50% 56,67% 73,23% 90% Rata-Rata 34,44% 41,11% 64,44% 83,33% Aktivitas Mental 4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan 33,33% 40% 70% 86,67% 5. Menjawab pertanyaan 20% 26,67% 63,33% 80% 6. Merumuskan hasil percobaan 33,33% 40% 63,33% 80% 7. Aktif berdiskusi dengan temannya 36,67% 43,33% 70% 86,67% 8. Menyimpulkan hasil pembelajaran 33,33% 40% 66,67% 80% 9. Melaporkan hasil diskusi 23,33% 33,33% 63,33% 76,67% Rata-Rata 30% 37,22% 66,11% 81,67% Aktivitas Emosional 10. Bersemangat dalam melaksanakan 33,33% 50% 66,67% 90% tugas yang diberikan guru 11. Keberanian siswea dalam memberikan pendapat 36,67% 46,67% 60% 83,33% 12. Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran 33,33% 40% 60% 80% 13. Bergembira dalam mengikuti pembelajaran 33,33% 50% 66,67% 90% Rata - Rata 34,16% 46,67% 63,34% 85,80% Total 32,87% 41,67% 64,63% 83,60% Hasil Belajar sebagai dampak penggunaan Model Talking Stick 37,67 48 70,33 82,67
Berdasarkan tabel diatas apabila dimasukkan ke dalam grafik tergambar sebagai berikut : Rekapitulasi Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Aktivitas fisik Aktivitas Mental Aktivitas Emosional Hasil Belajar Base Line Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Adapun kategori rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dijabarkan sebagai berikut : 1) Rata-rata persentase aktivitas fisik siswa pada baseline sebesar 34,44% dan meningkat sebesar 6,67% pada siklus I sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas fisik menjadi 41,11%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan cukup tinggi. 2) Rata-rata persentase aktivitas mental siswa pada baseline sebesar 30% dan meningkat sebesar 7,22% pada siklus I sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas mental menjadi 37,22%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan rendah. 3) Rata-rata persentase aktivitas emosional siswa pada baseline sebesar 34,16% dan meningkat sebesar 12,51% pada siklus I sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas emosional menjadi 46,67%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan cukup tinggi. 4) Ketika ketiga aktivitas tersebut di rata-ratakan, maka diperoleh persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 41,67% yang meningkat dari 32,87% (dari baseline). Dengan demikian aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan cukup tinggi. 5) Rata rata hasil belajar yang diperoleh pada baseline sebasar 37,67 dan meningkat menjadi 48 pada siklus I. hasil belajar tersebut dibagi dengan 10 sehingga hasil belajar pada siklus I dapat dikategorikan tidak baik.
Untuk memperbaiki langkah-langkah pembelajaran pada siklus I serta meningkatkan aktivitas siswa maka peneliti dan kolaborator melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Pelaksanaan tindakan pada siklus I masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terutama dalam melaksanakan langkahlangkah pembelajaran melalui metode demonstrasi, cara menjelaskan materi pembelajaran, serta keterlibatan siswa dalam mengikuti langkah-langkah penyajian yang dilakukan oleh guru melalui model Talking Stick. Hal ini disebabkan suasana kelas agak berbeda dari biasanya karena kedatangan kolaborator atau observer di kelas. Untuk itu, disepakati agar pada siklus II dapat diperbaiki. 2) Hasil kesepakatan antara peneliti dan kolaborator, maka penelitian tindakan kelas ini akan dilanjutkan lagi pada penelitian tindakan kelas siklus II. Siklus II Adapun kategori rata-rata aktivitas siswa pada siklus II dijabarkan sebagai berikut: 1) Rata-rata persentase aktivitas fisik siswa pada siklus I sebesar 41,11% dan meningkat sebesar 23,33% pada siklus II sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas fisik menjadi 64,44%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan tinggi. 2) Rata-rata persentase aktivitas mental siswa pada siklus I sebesar 37,22% dan meningkat sebesar 28,89% pada siklus II sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas mental menjadi 66,11%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan tinggi. 3) Rata-rata persentase aktivitas emosional siswa pada siklus I sebesar 46,67% dan meningkat sebesar 16,67% pada siklus II sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas emosional menjadi 63,34%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan tinggi. 4) Ketika ketiga aktivitas tersebut di rata-ratakan, maka diperoleh persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II yaitu 64,63% yang meningkat dari 41,67% (dari baseline). Dengan demikian aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan tinggi. 5) Rata rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebasar 48 dan meningkat menjadi 70,33 pada siklus II. Hasil belajar tersebut dibagi dengan 10 sehingga hasil belajar pada siklus II dapat dikategorikan baik. Untuk memperbaiki langkah-langkah pembelajaran pada siklus II serta meningkatkan aktivitas siswa maka peneliti dan kolaborator melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Pelaksanaan tindakan pada siklus II masih terdapat kekurangan dalam aktivitas belajar siswa, karena siswa masih terlihat banyak yang bermain-main dalam pengoperan tongkat. Hal ini disebabkan karena kurang tegasnya guru dalam pengendalian suasana kelas. Untuk itu, disepakati agar pada siklus III dapat diperbaiki. 2) Hasil kesepakatan antara peneliti dan kolaborator, maka penelitian tindakan kelas ini akan dilanjutkan lagi pada penelitian tindakan kelas siklus III. Siklus III
Adapun kategori rata-rata aktivitas siswa pada siklus III dijabarkan sebagai berikut : 1) Rata-rata persentase aktivitas fisik siswa pada siklus II sebesar 64,44% dan meningkat sebesar 18,89% pada siklus III sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas fisik menjadi 83,33%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan sangat tinggi. 2) Rata-rata persentase aktivitas mental siswa pada siklus II sebesar 66,11% dan meningkat sebesar 15,56% pada siklus III sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas mental menjadi 81,67%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan sangat tinggi. 3) Rata-rata persentase aktivitas emosional siswa pada siklus II sebesar 63,34% dan meningkat sebesar 22,46% pada siklus III sehingga persentase keaktifan siswa pada aktivitas emosional menjadi 85,80%. Dengan demikian rata-rata persentase tersebut dapat dikategorikan sangat tinggi. 4) Ketika ketiga aktivitas tersebut di rata-ratakan, maka diperoleh persentase aktivitas belajar siswa pada siklus III yaitu 83,60% yang meningkat dari 64,64% (dari baseline). Dengan demikian aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan sangat tinggi. 5) Rata rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sebasar 70,33 dan meningkat menjadi 82,67 pada siklus III. Hasil belajar tersebut dibagi dengan 10 sehingga hasil belajar pada siklus III dapat dikategorikan sangat baik. Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus III ini, peneliti dan kolaborator sepakat bahwa kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II sudah diperbaiki dalam pelaksanaan siklus III yang baeracuan dari hasil refleksi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat peningkatan aktivitas fisik setelah digunakannya model Talking Stick pada pembalajaran IPA, yaitu dari 34,44% pada baseline menjadi 41,11% pada siklus I yang dikategorikan cukup tinggi dengan selisih 6,56%, kemudian meningkat menjadi 64,44% pada siklus II yang dikategorikan tinggi dengan selisih 23,33%, dan meningkat kembali pada akhir sklus yaitu siklus III menjadi 83,33% yang dikategorikan sangat tinggi dengan selisih 18,89 sehingga penelitian dihentikan, (2) Terdapat peningkatan aktivitas mental setelah digunakannya model Talking Stick pada pembalajaran IPA, yaitu dari 30% pada baseline menjadi 37,22% pada siklus I yang dikategorikan rendah dengan selisih 7,22%, kemudian meningkat menjadi 66,11% pada siklus II yang dikategorikan tinggi dengan selisih 28,89, dan meningkat kembali pada akhir sklus yaitu siklus III menjadi 81,67% yang dikategorikan sangat tinggi dengan selisih 15,56% sehingga penelitian dihentikan, (3) Terdapat peningkatan aktivitas fisik setelah digunakannya model Talking Stick pada pembalajaran IPA, yaitu dari 34,16% pada baseline menjadi 46,67% pada siklus I yang dikategorikan cukup tinggi dengan selisih 12,51%, kemudian meningkat menjadi 63,34% pada siklus II yang dikategorikan tinggi
dengan selisih 16,67%,, dan meningkat kembali pada akhir sklus yaitu siklus III menjadi 85,80% yang dikategorikan sangat tinggi dengan selisih 22,46% sehingga penelitian dihentikan, (4) Terdapat peningkatan rata-rata hasil pembelajaran IPA sebagai dampak digunakannya model Talking Stick pada siswa kelas IV SD Negeri 22 Arak Sintang dari base line ke siklus III meningkat sebesar 45% dengan kategori sangat baik. Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : (1) Suatu kegiatan pembelajaran memerlukan metode dan model pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran tidak membosankan dan dapat menumbuhkan semangat siswa belajar sehingga siswa semakin aktif dalam pembelajaran, (2) Waktu dalam penyajian proses belajar menggunakan model pembelajaran Talking Stick membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk itu waktu pembelajaran perlu diatur semaksimal mungkin, (3) Kepada para guru agar dapat menerapkan strategi pembelajaran secara bervariasi sehingga suasana pembelajaran semakin menarik. DAFTAR RUJUKAN Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Fathurrohman Pupuh. Prof. dkk. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT. Refika Aditama Razakadam, Abdul. 2008. Model-Model Pembelajaran Alternatif. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Sapiyah. 2007. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Menggunakan Metode Diskusi Dengan Pendekatan SAVI Di Kelas VII B SMP N 7 Pontianak. Skripsi. Pontianak : FKIP Untan Suroso. 2001. Peningkatan Daya Ingat Terhadap Pelajaran IPS Penggunaan Media Pembelajaran. Jakarta : Pelangi Pendidikan Melalui Syamsu Mappa dan Anisah Balemon. 2002. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tarmizi, Ramadan. 2008. Metode Pembelajaran Efektif. (Online). http://r03d7.wordpress.com/2008/05/14/metode-pembelajaran-efektif/ diakses tanggal 3 Januari 2011