BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jawa Tengah pada tahun 2013 sampai 2015 membutuhkan kajian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan kemiskinan yang absolut Todaro (1998). Tujuan utama dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Nomor No.12 tahun 2008 (revisi UU no.32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia pada tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 41,8 juta atau US$3,531.5. Ekonomi Indonesia pada tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV- 2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan ekspor neto. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan pulau Sumatera sebesar 4,66 persen. http://www.bps.go.id 1

Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Faktor utama bagi daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan pendapatan yang dapat dilakukan diantaranya dengan meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang memadai, baik kualitas maupun kuantitas dan menciptakan kepastian hukum. Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah, Pemda dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di pulau Jawa, diantaranya provinsi Jawa Tengah yang merupkan daerah yang memiliki potensi pendapatan asli daerah yang baik, sehingga diharapkan menjadikan salah satu daerah yang mandiri. http://www.bps.go.id Pembangunan di Propinsi Jawa Tengah yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang tidak terlepas dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat propinsi maupun di kabupaten/kota. Tidak meratanya pendapatan daerah-daerah di Provinsi Jawa Tengah yang dihasilkan oleh masing-masing daerah membuat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tidak merata. Menurut ahli ekonomi penyebab tidak 2

meratanya pendapatan ekonomi disuatu daerah disebabkan oleh luas tanah, kekayaan alam, jumlah penduduk, kemajuan tekhnoligi dan kondisi alam yang berbeda-beda disetiap daerah. Kesenjangan pemerataan di Kota/Kabupaten Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pembangunan. Isu kesenjangan perekonomian dan distribusi pendapatan antar daerah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan harmonisasi sosial. Dengan tingkat pendapatan tertentu, kenaikan kesenjangan akan selalu berimplikasi pada kenaikan kemiskinan dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Disparitas ekonomi sosial di Provinsi Jawa Tengah juga berdampak terhadap mobilitas sosial yang kurang menguntungkan dengan adanya migran arus migrasi bergerak dari daerah yang tingkat perekonomianya lebih tinggi. Masalah yang ditimbulkan oleh arus migrasi ini adalah pemukiman rumah, kejahatan, penyediaan lapangan pekerjan yang memadai, lingkungan dan lainya. Jika masalah tersebut tidak diselsaikan maka dapat menjadi menghambat pertumbuhan ekonomi. Diharapkan pemerintah daerah dituntut untuk intensif dalam mengatasi segala permasalahan di masing-masing bidang. BPS Jawa Tengah mencatat bahwa adanya fluktuatif di masing-masing sektor pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah disetiap triwulan atau pertahun. Disini menyebabkan belum stabilnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. http://www.bps.go.id 3

Disahkannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No.33 Pahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dimana daerah diberikan otonomi atau kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tak terkecuali didalam mengatur masalah financial. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 mengatakan bahwa sumber penerimaan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan Lain lain pendapatan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang mana pada penelitian ini menjadi variabel bebas yang terdiri atas Hasil Pajak Daerah (HPD), Retribusi Daerah (RD), Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah (PLPD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (LPS). Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen dari dana perimbangan yang sering disebut sebagai dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bertujuan untuk meratakan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sehingga ketimpangan ekonomi antar daerah yang terjadi dapat diatasi. Disparitas pendapatan adalah tingkat ketidakmerataan pendapatan antar kabupaten/kota. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab 4

ketidakmerataan antar daerah ini, antara lain: konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar daerah, perbedaan sumber daya alam antar daerah, perbedaan kondisi geografis antar daerah dan kurang lancarnya perdagangan antar daerah (Tambunan, 2003 dalam Rukmana, 2012). Ketidakmerataan ini selanjutnya akan mempengaruhi terjadinya kemampuan untuk tumbuh yang pada gilirannya akan mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh cepat, sedangkan yang lainnya tumbuh lambat. Pertumbuhan yang tidak sama ini akan berdampak pada ketimpangan pada tingkat kesejahteraan antar wilayah di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian yang dilakukan Abrar, 2010 dalam Suwandika dkk, 2015 yang memperoleh hasil bahwa hubungan pendapatan asli daerah mempunyai dampak negatif dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Uhise (2013) menyatakan bahwa hasil analisa menunjukkan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian dari Penelitian yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian yang dilakukan Setyawati dan Hamzah (2007) yang memperoleh hasil bahwa hubungan dana alokasi umum berpengaruh negatif 5

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Rukmana (2012) menyatakan bahwa disparitas pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara simultan Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian yang dilakukan Caska (2008) ketimpangan daerah berpengaruh signifikan terhadap pemerataan ekonomi. Kondisi Provinsi di Jawa Tengah memiliki 35 Kabupaten/Kota dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 tumbuh 5,4 persen meningkat dibanding tahun 2014 (5,3 persen), pada tahun tersebut terjadi fluktuatif dari tahun ketahun. Proninsi Jawa Tengah masih berada dibawah rata-rata pertumbahan ekonomi nasional. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunnatara dkk (2014) di Bali, dimana di provinsi Bali mempunyai pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata tertinggi dibandingkan provinsi di indonesia. Dari data tersebut, maka peneliti termotivasi untuk meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan disparitas pendapatan yang berada di Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi dan latar belakang yang berbeda. Pada penelitian ini menambahkan variabel disparitas pendapatan karena berdasarkan Rukmana (2012) menyatakan bahwa disparitas pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara simultan dan dari setiap daerah memiliki beragam pendapatanpendapatan yang menarik untuk diteliti. Kemudian berdasarkan penelitian dari 6

Setiyawati dkk (2007) menyarankan bagi peneliti selanjutnya perlu menambah, mengurangi atau mengganti variabel-variabel tersebut dengan variabel-variabel lain yang dimungkinkan relevan dengan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu juga terletak pada tahun dan objek penelitian yang digunakan. Penelitian terhadulu meneliti pada periode 2005-2011 sedangkan penelitian ini akan meneliti pada periode 2013-2015. Pada penelitian terdahulu melakukan penelitian di Provinsi Bali dengan 9 Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Bali. Sedangkan penelitian ini melakukan penelitian di Provinsi Jawa Tengah dengan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Pada penelitian ini menghilangkan variabel belanja modal sebagai variabel pemoderasi karena pada penelitian yang dilakukan oleh Gunnatara dkk (2014) belanja modal tidak mampu memoderasi terhadap pertumbuhan ekonomi, serta dari penelitian yang dilakukan oleh Uhise (2013) karena belanja modal tidak mampu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, perlu dilakukan kajian ulang lebih mendalam tentang pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi terutama mengenai efisiensi dan efektifitasnya. Adapun alasan peneliti tertarik menggunakan Provinsi Jawa Tengah sebagai tempat penelitian karena povinsi Jawa Tengah selain tempat tinggal peneliti, supaya bisa memahami seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi 7

di Provinsi Jawa Tengah, dengan berbagai masalah dan latar belakang yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini penting dilakukan karena digunakan sebagai masukan yang dapat dijadikan tolak ukur dalam pertumbuhan ekonomi yang optimal, dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan dalam membiayai anggaran daerah, serta sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan pada pemerintah untuk membantu pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dianalisis, yaitu : 1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi? 2. Apakah dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi? 3. Apakah disparitas pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di paparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah berikut : 8

1. Memberikan bukti empiris bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Memberikan bukti empiris bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Memberikan bukti empiris bahwa disparitas pendapatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan informasi dan data yang dapat dimanfaatkan untuk kepentigan-kepentingan sebagai berikut : 1. Bagi Akademis Penelitian ini bisa menjadi bahan literatur dan pembanding untuk pengembangan penelitian berikutnya tentang sektor publik. 2. Bagi Pemerintah Daerah, Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah agar pemerintah daerah dapat lebih termotivasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah, dengan tolak ukur sesuai dengan tingkat pendapatan di masing-masing wilayah. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu, menambah pengetahuan tentang penerapan teori akuntansi sektor publik. 9