BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Alhuda Rohmatulloh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

Review Jurnal. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Jawa tengan berdasarkan peta kerawanan bencana gempa yang di. keluarkan oleh kementrian ESDM memiliki potensi goncangan saat gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Malahayati Dusun TGK.Disayang Dusun Teuku Teungoh

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Prosiding Seminar ACE 22-23

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

Pada Mingu, 26 Desember 2004, pukul WIB, gempa bumi berkekuatan 9.0 skala Richter mengguncang Aceh, yang terkenal dengan sebutan Kota Serambi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh faktor eksternal (gempa, angin, tsunami, kekakuan tanah, dll)

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 korban jiwa meninggal dunia dan diperkiraan 170.000 korban adalah warga negara Indonesia [13]. Gambar 1.1.1: Peta Dampak Tsunami Samudera Hindia 2004 [13] Selain Aceh, Kota Padang juga merupakan daerah yang rawan terjadinya gempa dan tsunami karena letaknya yang langsung berbatasan dengan

Samudera Hindia dan dilalui oleh lempeng Indo Australia-Eurasia yang aktif DR AF T bergerak sepanjang 4-6 cm/tahun [14]. Gambar 1.1.2: Gempa yang Mengguncang Sumatera Barat pada Tahun 2009 [14] Pada tanggal 30 September 2009, gempa berkekuatan 7.9 skala Richter mengguncang kota Padang dan sekitarnya [14]. Gempa tersebut berpusat di 0.84 LS - 99.65 BT atau sekitar 57 km barat daya kota Pariaman dengan kedalaman 71 km, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1.2. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat dan menelan korban jiwa hingga mencapai 3280 orang dengan rincian 1100 orang meninggal dan 2180 orang luka-luka [14]. Merujuk pada tragedi tahun 2004 di Aceh dan sekitarnya, masyarakat yang berdomisili di daerah pesisir pantai Kota Padang memperkirakan gempa ini berpotensi tsunami dan masyarakat berlarian menuju daerah yang lebih 2

tinggi. Kebanyakan masyarakat hanya menggunakan perkiraan dalam menentukan daerah yang lebih aman sehingga ketika proses evakuasi seringkali terjadi kemacetan di berbagai lokasi khususnya di daerah perkotaan seperti Kota Padang. Terkait hal ini, terdapat beberapa alternatif upaya penanggulangan bencana tsunami yang dapat diterapkan, baik dengan metode struktural maupun non-struktural. Upaya dengan metode struktural yang dapat dilakukan seperti penanaman hutan mangrove disepanjang kawasan pantai, pembangunan breakwater, seawall, dan pemecah gelombang sejajar pantai, dan memperkuat desain bangunan serta infrastruktur sarana dan prasarana lainnya. Sedangkan upaya dengan metode non-struktural yang dapat dilakukan seperti membuat kebijakan tentang tata guna lahan, ruang atau zonasi kawasan pantai yang aman bencana, pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami, penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami, dan pengembangan sistem peringatan dini tentang adanya bahaya tsunami [7]. Pada penelitian ini upaya penanggulangan bencana tsunami yang akan dibahas difokuskan pada penentuan jalur evakuasi sedemikian sehingga penduduk di suatu daerah dapat mencapai lokasi aman sebelum tsunami mencapai bibir pantai. Jalur evakuasi yang akan ditentukan merupakan hasil modifikasi lintasan terpendek. Oleh karena itu untuk menentukan jalur evakuasi, solusi lintasan terpendek untuk setiap individu harus diketahui terlebih dahulu. Pada kasus proses evakuasi tsunami, lintasan terpendek yang akan 3

ditentukan merupakan lintasan terpendek dari satu titik awal ke semua titik lainnya pada suatu graf. Kemudian lintasan-lintasan terpendek dari satu titik tersebut dipilih sesuai dengan posisi awal individu. Penentuan lintasan terpendek dari satu titik tertentu ke setiap titik lain ini dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma Dijkstra [6]. 1.2 Perumusan Masalah Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Menentukan lintasan terpendek (shortest path) untuk setiap individu yang melakukan evakuasi dari posisi awal sampai mencapai lokasi aman. 2. Menentukan lintasan optional pada proses evakuasi sehingga tidak terjadi penumpukan individu di lokasi tertentu. 3. Merancang visualisasi simulasi evakuasi tsunami berbasis komputer dengan menerapkan konsep lintasan terpendek dan lintasan optional. 1.3 Pembatasan Masalah Simulasi evakuasi tsunami dalam penelitian ini dibatasi pada kasus yang terjadi di Kecamatan Padang Utara bagian selatan, Kota Padang. Pembatasan wilayah tersebut disebabkan karena kapasitas komputer yang digunakan dalam penelitian tidak mendukung untuk memproses wilayah yang lebih besar. Simulasi dirancang menggunakan aplikasi Matlab R2013a yang berbasis bahasa pemrograman Java dalam bentuk graphics user interface (GUI). 4

1.4 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan lintasan terpendek yang dapat dilalui oleh setiap individu dan penentuan lintasan optional dalam suatu proses evakuasi agar dapat berjalan lancar tanpa terjadi penumpukan individu di lokasi tertentu. Hasil simulasi evakuasi tsunami berbasis komputer yang dikembangkan berdasarkan konsep lintasan terpendek dan lintasan optional ini nantinya dapat digunakan untuk mengevaluasi kembali petunjuk arah evakuasi tsunami yang ada di Kota Padang. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Pada Bab I dijelaskan latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan dari tesis ini. Selanjutnya, teori-teori dasar yang dipakai pada penulisan tesis ini dibahas pada Bab II. Hal ini meliputi definisi dan terminologi graf, algoritma Dijkstra, dan potensi gempa dan tsunami Kota Padang. Berikutnya, pada Bab III akan dibahas tentang map (peta) dalam proses penentuan lintasan, penempatan posisi individu, penempatan posisi akhir (shelter), penentuan lintasan terpendek, kecepatan individu dan penentuan lintasan optional. Simulasi penentuan lintasan optional menggunakan map Kecamatan Padang Utara bagian selatan, Kota Padang, dijelaskan pada Bab IV. Terakhir, kesimpulan dan saran dari tesis ini disajikan pada Bab V. 5