Prosiding Seminar ACE 22-23
|
|
- Ivan Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ACE Pemodelan Optimasi Evakuasi Tsunami di Kota Padang Siska Anggria 1, Mahdhivan Syafwan 1, Efendi 1 1 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas *siskaalthafunnisa@gmail.com Intisari Pada paper ini dibahas formulasi model optimasi sederhana untuk menentukan skenario terbaik dalam proses evakuasi tsunami. Model ini kemudian diselesaikandengan mengambil Kota Padang sebagai studi kasus. Dalam hal ini, objek observasi dibatasi pada beberapa kelurahan di Kota Padang yang dinilai memiliki dampak resiko terbesar jika terjadi tsunami. Masalah pemrograman linier yang muncul pada model diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metode simpleks. Hasil-hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu evakuasi di kelurahan-kelurahan yang rawan memungkinkan kurang dari 15 menit, dengan asumsi adanya shelter tambahan yang dapat diakses oleh penduduk di Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Ulak Karang Utara, dan Kelurahan Ulak Karang Selatan. Kata kunci: Pemrograman Linier, Metode Simpleks, Model Evakuasi Tsunami PENDAHULUAN Tsunami terjadi karena adanya gangguan yang mengakibatkan perpindahan sejumlah besar air laut. Gangguan tersebut dapat berupa letusan gunung api, gempa bumi bawah laut, longsor atau meteor yang jatuh ke bumi. Namun berdasarkan catatan sejarah, 90% tsunami terjadi karena gempa bawah laut, seperti yang terjadi di Aceh dan Jepang beberapa tahun yang lalu [5]. Wilayah Indonesia sendiri berada pada pertemuan lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Akibatnya Indonesia menjadi daerah yang beresiko tinggi terjadi gempa bumi yang diikuti tsunami. Saat ini, pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun para ahli kegempaan menyadari akan adanya potensi gempa besar disertai Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 1
2 tsunami di Sumatera Barat, khususnya di Mentawai Megathrust. Jika gempa megathrust ini terjadi, maka dapat dipastikan tsunami akan menyapu bersih kota-kota di sepanjang pesisir barat Sumatera, termasuk Kota Padang. Mengingat potensi bencana yang mematikan ini, maka perlu dilakukan berbagai upaya penanggulangan dan manajemen kebencanaan di Kota Padang agar dapat mencegah atau paling tidak mengurangi jumlah korban baik harta maupun jiwa. Upaya penyelamatan jiwa manusia apabila terjadi bencana tsunami ini sudah dikembangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) [4]. Sistem ini dikontrol langsung oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Dengan adanya InaTEWS ini, BMKG dapat mengirim peringatan dini tsunami. Rata-rata waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam evakuasi tsunami adalah kurang dari 30 menit setelah gempa terjadi. Dengan waktu yang sangat terbatas ini,diperlukan sekali rancangan skenario terbaik agar proses evakuasi berlangsung seoptimal mungkin. Pada paper ini akan dibahas konstruksi dan simulasi model optimasi dari proses evakuasi tsunami di Kota Padang. Kajian pada paper ini merujuk pada studi yang dilakukan oleh Kusdiantara dkk [2] dengan memperbaiki skenario evakuasi sehingga menjadi lebih realistis serta melakukan pemutakhiran dan penambahan data geografis dan demografis yang digunakan pada simulasi model. Karena keterbatasan alat komputasi (MATLAB) dalam melakukan perhitungan yang melibatkan banyak data serta sulitnya memperoleh data yang akurat, maka simulasi model optimasi evakuasi tsunami pada paper ini dibatasi untuk kasus Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Barat yang difokuskan pada beberapa kelurahan yang memiliki dampak resiko terbesar (high risk) apabila terjadi tsunami. PETA ZONA BAHAYA TSUNAMI KOTA PADANG Sebagai upaya mitigasi bencana tsunami, pemerintah Kota Padang bersama elemen terkait telah membuat peta zona bahaya tsunami yang disusun berdasarkan analisis para ahli gempa dan tsunami (lihat Gambar 1). Berdasarkan peta tersebut, daerahkota Padang terbagi atas 3 zona, yaitu: (1) High Risk Zone (daerah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap tsunami), yaitu daerah dengan warna sangat merah. (2) Medium Risk Zone (daerah dengan tingkat kerentanan menengah terhadap tsunami), yaitu daerah dengan warna merah muda. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 2
3 (3) Low Risk Zone (daerah dengan tingkat kerentanan rendah terhadap tsunami), yaitu daerah dengan warna kuning. Sebaran resiko per kecamatan di Kota Padang berdasarkan potensi bencana tsunami adalah [3]: (1) High Risk Zone: Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Nanggalo, sebagian Kecamatan Koto Tangah. (2) Medium Risk Zone: Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Selatan,Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Bungus TelukKabung. (3) Low Risk Zone: Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Pauh, sebagian Kecamatan Koto Tangah. Berdasarkan data jumlah penduduk Kota Padang di zona bahaya tsunami pada tahun 2010, Kecamatan Padang Barat merupakan kecamatan yang penduduknya berada pada daerah tsunami paling banyak (100%) dan disusul kemudian oleh Kecamatan Padang Utara (88,39%) [lihat Tabel 1][1]. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 3
4 Selanjutnya berdasarkan analisis kelompok rentan dan letak wilayahnya, Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Utara merupakan wilayah yang kemungkinan terkena dampak tsunami yang cukup besar. Dari penjelasan di atas, serta ditambah dengan kendala memperoleh data yang akurat, maka simulasi model evakuasi tsunami pada paper ini dibatasi untuk Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Barat yang difokuskan pada beberapa kelurahan yang memiliki resiko memakan korban terbanyak dan terisolasi ketika terjadi tsunami, yaitu Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Ulak Karang Utara, Kelurahan Ulak Karang Selatan, Kelurahan Plamboyan Baru, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kelurahan Ujung Gurun, Kelurahan Purus, Kelurahan Olo, Kelurahan Belakang Tangsi, dan Kelurahan Berok Nipah [3]. SKENARIO EVAKUASI TSUNAMI Pada proses evakuasi tsunami ini, wilayah Kota Padang dibagi dalam cluster-cluster yang masing-masing memiliki beberapa muster point (titik kumpul) dan beberapa safe area (tempat aman). Selain itu juga ada shared area yang dapat diakses oleh antar cluster. Adapun skenario evakuasi tsunami yang digunakan pada paper ini adalah sebagai berikut: (1) Sesaat setelah alarm tsunami berbunyi, penduduk dalam suatu cluster berkumpul di muster point terdekat yang berada dalam cluster yang sama. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 4
5 (2) Dari muster point tersebut, penduduk dievakuasi ke beberapa safe area tertentu dalam cluster yang sama dengan distribusi yang akan ditentukan dalam penyelesaian model nantinya. (3) Selain menuju ke tempat aman, penduduk juga dapat melakukan evakuasi ke shared area. Untuk lebih jelas, skenario evakuasi tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2. Pada gambar tersebut, lingkaran hijau menyatakan penduduk yang akan dievakuasi. Mereka berkumpul di muster point untuk kemudian melakukan evakuasi ke safe area dalam cluster yang sama atau juga dapat menuju ke shared area antar cluster. FORMULASI MODEL Asumsi-asumsi yang dipakai pada model evakuasi tsunami ini adalah: (1) Tidak ada yang menggunakan kendaraan selama proses evakuasi. Mereka yang sedang mengendarai kendaraan, ketika alarm tsunami berbunyi, langsung mematikan kendaraan dan keluar dari kendaraannya untuk kemudian melakukan evakuasi dengan berlari. (2) Setiap orang berlari dengan kecepatan konstan. (3) Jarak antara setiap orang yang berlari adalah tetap. (4) Setiap orang dapat berlari pada jalur evakuasi dalam beberapa lajur (lane). Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 5
6 (5) Kendaraan yang terparkir di jalur evakuasi dianggap tidak mengganggu proses evakuasi karena setiap orang dapat melewati celah-celah yang ada. (6) Penduduk dianggap dalam keadaan siap evakuasi dan sudah berada pada muster point. (7) Semua orang yang dievakuasi di setiap daerah (kelurahan) adalah penduduk di daerah tersebut. (8) Penduduk tersebar secara merata pada tiap-tiap muster point di setiap daerah (dalam hal ini kelurahan). (9) Semua orang harus dievakuasi. (10) Tidak terjadi kemacetan. Dari asumsi-asumsi tersebut, kita dapat membangun model matematika untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengevakuasi sejumlah orang pada suatu lajur dengan panjang tertentu di tiap daerah/cluster (kelurahan). Berdasarkan skenario evakuasi tsunami, penduduk dari tiap muster point akan dievakuasi ke safe area atau shared area pada suatu cluster. Misalkan dalam tiap cluster terdapat n muster point dan m safe area. Misalkan pula terdapat sejumlah N orang yang melakukan evakuasi pada l buah lajur dengan panjang L. Setiap orang berlari dengan kecepatan konstan v dimana jarak antar orang adalah d. Banyaknya orang yang akan dievakuasi dari tiap muster point ke m safe area melibatkan proporsi orang di setiap lajur yang dilalui, yaitu orang yang melewati jalur ke- j bergantung pada proporsi xj yang berasal dari populasi orang pada muster point. Selain itu, skenario evakuasi tsunami juga melibatkan shared area yang bisa diakses oleh beberapa cluster yang berdekatan. Skenario evakuasi tersebut dapat diilustrasikan dalam Gambar 3. Dengan demikian, formulasi untuk waktu evakuasi sejumlah orang dari n musterpoint menuju m safe area pada banyak cluster dengan terdapat shared area yaitu ( ) (4.1) Formulasi (4.1) membangun model optimisasi yang meminimumkan waktu evakuasi. Akibatnya formulasi tersebut merupakan fungsi objektif yang akan diminimumkan, dengan xijk sebagai variabel keputusan. Sedangkan Nik, lijk, dijk, Lijk, dan vijk merupakan parameter-parameter yang diketahui. Jadi model optimasi pada kasus banyak cluster dengan terdapat shared area adalah Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 6
7 Minimumkan dengan kendala: (4.2) ( ) 1 Untuk setiap i, k,,artinya seluruh penduduk dari tiap musterpointharus dievakuasi ke safe areapada cluster ke-k. 2 Untuk setiap j, k,,dimana SS = SSa, artinya kapasitas safe areayang dituju pada cluster ke-k (Cjk) tidak boleh lebih kecil dari jumlah penduduk yang harus dievakuasi ke sana. 3 α = 1,2,...,A, artinya kapasitas shared areayang dituju oleh cluster yang saling berdekatan (Ca) tidak boleh lebih kecil dari jumlah penduduk yang harus dievakuasi ke sana. 4 Untuk setiap i, j, k, Tijk Ƭ artinya seluruh penduduk di setiap lajur harus dievakuasi dalam waktu yang tidak lebih dari Ƭ(dalam menit). 5 Untuk setiap i, j, k, berlaku 0 xijk 1,artinya setiap proporsi xijk berada pada rentang nilai 0 dan 1. Variabel keputusan : xijk yaitu proporsi orang dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k. Parameter-parameter : Nik lijk dijk Lijk vijk Cjk adalah banyaknya orang dari muster point ke-i pada cluster ke-k, adalah banyaknya lajur dari muster point ke-i menuju safe area kej pada cluster ke-k, adalah jarak antar orang dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k, adalah panjang lintasan dari muster point ke-i menuju safe area kej pada cluster ke-k, adalah kecepatan orang berlari dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k, adalah kapasitas safe area ke-j pada cluster ke-k, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 7
8 K n(k) m(k) A SS adalah banyaknya cluster, adalah banyaknya muster point di cluster ke-k, adalah banyaknya safe area di cluster ke-k, adalah banyaknya shared area, adalah shared area yang bisa dilalui oleh cluster ke-k. PERHITUNGAN NUMERIK Secara umum skenario evakuasi pada kelurahan-kelurahan rawan memanfaatkan lokasi aman atau safe area buatan seperti gedung bertingkat atau tempat tinggi yang berfungsi sebagai shelter. Maka dari itu diperlukan data lokasi muster point, data bangunan potensial sebagai safe area, dan data jarak muster point ke safe area. Berikut diberikan data perbandingan antara jumlah populasi di masingmasing cluster, beserta kapasitas safe area berupa shelter dan tempat tinggi yang diberikan dalam Tabel 2. Data tersebut diperoleh dari BPS Kota Padang dan pengamatan langsung. Tabel 2 Perbandingan Populasi Penduduk dan Kapasitas Total Safe Area Dari Tabel 2 terlihat bahwa ada beberapa cluster yang memiliki kapasitas safe area yang kurang dari jumlah populasi di cluster tersebut (ditandai dengan selisih negatif). Maka dari itu perlu dibangun shelter penghubung antara cluster satu dengan cluster lainnya yang berfungsi sebagai shared area. Di sini diasumsikan terdapatdua shared area untuk evakuasi, dengan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 8
9 kapasitas masing-masing 5000 orang. Pembagian shared areatersebut adalah sebagai berikut : shared area 1 (SS1) dapat diakses oleh cluster 1 dan cluster 2. shared area 2 (SS2) dapat diakses oleh cluster 2 dan cluster 3. Berikut disajikan data dari muster point, safe area, dan jarak di setiap cluster. Data tersebut diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang dan pengamatan langsung dengan menggunakan aplikasi Google Map. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 9
10 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 10
11 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 11
12 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 12
13 Dengan menggunakan data di atas, model optimasi evakuasi tsunami yang telah diformulasikan pada bagian sebelumnya diselesaikan dengan menggunakan linear programming solver metode simpleks pada MATLAB. Untuk nilai-nilai parameter ditetapkan sebagai berikut: 1 Jumlah cluster K = 10, 2 Jarak antar orang dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k dibuat sama, yaitu dijk = 1 m, 3 Kecepatan orang berlari dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k dibuat sama, yaitu vijk = 5 km/jam, 4 Banyaknya lajur dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k dibuat sama, yaitu lijk = 6, 5 Rata-rata waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam evakuasi tsunami dari muster point ke-i menuju safe area ke-j pada cluster ke-k dibuat sama, yaitu = 15 menit. Berikut disajikan hasil simulasi model yang diperoleh. Solusi untuk variabel keputusan diberikan pada tabel proporsi penduduk di setiap cluster. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 13
14 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 14
15 Dapat diperiksa bahwa hasil-hasil simulasi tersebut sudah memenuhi semua kendala. Hasil simulasi tersebut memperlihatkan bahwa dengan adanya penambahan dua shared area yang dapat diakses oleh cluster 1, 2 dan 3, seluruh penduduk dapat dievakuasi dalam waktu kurang dari 15 menit. Dengan demikian perlu direkomendasikan kepada pemerintah kota dan jajaran terkait untuk membangun dua shelter tambahan yang dapat diakses oleh penduduk di Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Ulak Karang Utara, dan Kelurahan Ulak Karang Selatan. KESIMPULAN Pada paper ini telah diformulasi model optimasi dalam menentukan skenario terbaik untuk proses evakuasi tsunami. Model tersebut kemudian diselesaikan secara numerik dengan mengambil kasus 10 kelurahan di dua kecamatan di Kota Padang yang dinilai paling rawan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 15
16 terkena dampak tsunami, yaitu Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Utara. Hasil-hasil simulasi yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu evakuasi di tiap kelurahan di daerah rawan memungkinkan kurang dari 15 menit, dengan asumsi adanya bangunan shelter tambahan yang menghubungkan antara 2 cluster yang berdekatan dengan kapasitas shelter yang ada tidak mencukupi jumlah penduduk. Berdasarkan data dan hasil simulasi yang diperoleh, maka perlu dibangun dua shelter tambahan yang dapat diakses oleh penduduk di Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Ulak Karang Utara, dan Kelurahan Ulak Karang Selatan. Objek penelitian tentang evakuasi tsunami di Kota Padang ini perlu diperluas untuk keseluruhan kelurahan dan didukung oleh data yang valid dan terkini, sehingga hasil-hasil simulasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Selain itu, juga perlu dirancang pengembangan model yang dapat mereduksi asumi-asumi sederhana sehingga menjadi lebih realistis. REFERENSI Kurniawan, A., S. Sutikno, Rinaldi Evaluasi Kapasitas Shelter Evakuasi Untuk Bencana Tsunami di Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis(SIG). 02/3594. [Diakses pada 27 Maret ] Kusdiantara, R., R. Hadianti, M.S.B. Kusuma, dan E. Soewono, Tsunami evacuation mathematical model for the city of Padang, AIP Conf. Proc. 1450, (2012). Oktiari, D., S. Manurung Model Geospasial Potensi Kerentanan Tsunami Kota Padang. /73/67. [Diakses pada 11 April ] Ririn, I.P.S., V. Henny Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami. BMKG, Jakarta. Anonim.. Gempa Bumi di Jepang. Gempa bumi dan tsunami Sendai [Diakses pada 27 Maret ] Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 16
BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam
Lebih terperinciPERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI
PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk
Lebih terperinciMODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG
MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG Dian Oktiari 1), Sudomo Manurung 2) 1) Sub Bidang Mitigasi Gempabumi BMKG 2) PT Exsa Internasional ABSTRACT Kota Padang s topography show that there
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi (Prasetya dkk., 2006). Di antara semua bencana alam, gempa bumi biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam yang terjadi tidak bisa diprediksi dengan pasti. Diperlukan perencanaan tanggap darurat untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana yang muncul.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas
Lebih terperinciEVALUASI KAPASITAS SHELTER EVAKUASI UNTUK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
EVALUASI KAPASITAS SHELTER EVAKUASI UNTUK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Ahmad Ade Kurniawan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA UNTUK SISTEM EVAKUASI TSUNAMI KOTA PALU (SET-KP) BERBASIS JALUR TERPENDEK DAN WAKTU EVAKUASI MINIMUM
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 39-53 ISSN: 2338-0950 Desember 23 MODEL MATEMATIKA UNTUK SISTEM EVAKUASI TSUNAMI KOTA PALU (SET-KP) BERBASIS JALUR TERPENDEK DAN WAKTU EVAKUASI MINIMUM I W.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Ini merupakan dampak dari wilayah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih
Lebih terperinciPenyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng
Lebih terperinciMINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG
Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 122 128 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG FAISAL ASRA, SUSILA BAHRI, NOVA NOLIZA BAKAR Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi regangan elastis batuan dalam bentuk patahan atau pergeseran lempeng bumi. Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)
STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) Titi Kurniati *, Nicko Pratama *Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL
PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL Oleh: Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd, Yusman Wiyatmo, M.Si, Joko Sudomo, M.A, Surachman, M.S ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat ini bertujuan
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK
MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Berdasarkan terminologi, pengertian tsunami adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG
BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciSISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM
SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM Oleh : HAMDY ARIFIN, S.Si PMG Pelaksana - Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Jl. Meteorologi, Kel. Silaing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan
Lebih terperinciAPLIKASI PENCARIAN SHELTER TSUNAMI TERDEKAT DI KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODE BEST FIRST SEARCH
APLIKASI PENCARIAN SHELTER TSUNAMI TERDEKAT DI KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODE BEST FIRST SEARCH Anisya 1), Ganda Yoga Swara 2) Dosen Teknik Informatika 1,2 Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciPETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG
PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang letaknya tepat pada ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Selain itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
186 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdaasarkan hasil analisis dari tingkat risiko bencana dapat disimpulkan bahaya faktor utama dalam menentukan risiko bahaya gempa bumi di kota bengkulu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada bagian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Saat ini sistem informasi peringatan dini tsunami yang telah ada di Indonesia hanya merupakan sistem penyampaian informasi mengenai bahaya tsunami saja dengan memberikan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG
Lebih terperinciALGORITMA FLOYD WARSHALL UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK EVAKUASI TSUNAMI DI KELURAHAN SANUR
ALGORITMA FLOYD WARSHALL UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK EVAKUASI TSUNAMI DI KELURAHAN SANUR AJENG FITRAH SANI 1, NI KETUT TARI TASTRAWATI 2, I MADE EKA DWIPAYANA 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang letak geografis berada pada 94-141 BT dan 6 LU - 11 LS. Letak geografisnya, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
Lebih terperinciNo semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6061 HANKAM. Pencarian dan Pertolongan. Operasi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 113) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi terhadap kejadian bencana tsunami. Kondisi geologis Indonesia yang terletak pada tumbukan 3 lempeng
Lebih terperinciMEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI
MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI TSUNAMI ADALAH... Ÿ Serangkaian gelombang laut yang sangat besar, akibat dari gempa bumi yang sangat kuat bersumber di laut. Ÿ Gempa bumi membuat perubahan mendadak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diwujudkan lingkungan yang cerdas.
P a g e 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1. Latar belakang Smart Environment merupakan pengelolaan dan perwujudan lingkungan yang berkelanjutan (sustainability), yang dapat dikelola dengan bantuan teknologi informasi.
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riau merupakan Provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Sumatra. Pulau Sumatra merupakan Pulau di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Pulau Sumatra berada
Lebih terperinciBAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG
BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, karena letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di Samudra Hindia sebelah barat
Lebih terperinciBencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana
Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat mempunyai luas daratan 42.297,30 km2 yang setara dengan 2,17% luas Republik Indonesia dengan jumlah penduduk 5.283.163 jiwa. Provinsi ini diapit oleh
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciMasyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan
Dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciGambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir
Arah rute evakuasi Waktu Evakuasi Kel. Purus: t min = 22 menit t max = 27 menit Kel. Ujung Gurun: t min = 20 menit t max = 23 menit Kel. Padang Pasir: t min = 21 menit t max = 22 menit Gambar 4.12 Alternatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau
Lebih terperinciRingkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014
\ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA
PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA Oleh Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd. dkk. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciApa itu Tsunami? Tsu = pelabuhan Nami = gelombang (bahasa Jepang)
Bahaya Tsunami Apa itu Tsunami? Tsu = pelabuhan Nami = gelombang (bahasa Jepang) Tsunami adalah serangkaian gelombang yang umumnya diakibatkan oleh perubahan vertikal dasar laut karena gempa di bawah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, berawal dari tsunami yang melanda Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 yang telah menelan korban ratusan ribu jiwa. Dan tsunami yang melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian utara, lempeng Indo-Australia
Lebih terperinci2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana masih merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia hal ini disebabkan karena Indonesia berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik meliputi lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis dan geologis Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi bencana yang sangat beragam seperti banjir, longsor, angin puting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Lebih terperinciReview Jurnal. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta.
Review Jurnal Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta Disusun oleh: Nama : 1. Septhea Pradina M (K3513063) 2. Sri Puji Lestari (K3513067)
Lebih terperinciInformasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD
Informasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD Kerjasama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Asian Disaster Reduction Center (ADRC) Latar belakang Indonesia terletak pada pertemuan 4 Lempeng
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
409 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH
MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR di dasar laut Samudera Hindia (sebelah barat Aceh) telah 10 tahun berlalu. Bencana tsunami itu mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Daerah Surakarta yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo menyebabkan daerah
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA
MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA 11030054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
Lebih terperinciPedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS Versi Ringkasan Juni 2013
Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS Versi Ringkasan Juni 2013 Versi Ringkasan ini diadaptasi dari Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS yang diiterbitkan oleh BMKG pada Agustus
Lebih terperinciGambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari banyak pulau yang dikenal dengan negara kepulauan. Letak negara yang diapit oleh 3 lempeng tektonik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh faktor eksternal (gempa, angin, tsunami, kekakuan tanah, dll)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembebanan suatu gedung tingkat tinggi, bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (berat sendiri, beban mati, beban hidup, dll), tetapi juga oleh faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggara pos merupakan penyebutan istilah baru dari penyelenggara jasa pengiriman barang atau paket. Istilah ini merupakan penyesuaian terhadap undang-undang Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa, Somalia dan Kenya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada penghujung tahun 2004, pada hari minggu, 26 Desember 2004, Indonesia dan delapan negara lainnya di kawasan Samudera India mengalami bencana tsunami yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki potensi tinggi dalam bahaya-bahaya alam atau geologis, terutama tanah longsor, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Direktorat Geologi Tata Lingkungan
Lebih terperinci