BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. cara yang lain (Eny dan Aly, 2010: 18). Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki cakupan materi yang sangat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar. dan sengaja, oleh kerena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan di negara ini. Perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam penyampaian ilmu pengetahuan tentang mata pelajaran IPA, seorang guru akan lebih mudah dalam pencapaian tujuan yang diharapkan apabila menggunakan metode dan media dalam proses kegiatan belajar mengajar IPA. Dalam pembelajaran IPA yang baik, sebelumnya perlu untuk mengetahui karakteristik dari IPA itu sendiri. Adapun karakteristik IPA sekolah, yaitu: 1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. 2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam. 3) IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, Eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain 4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006). 5) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. 1

2 Produkdapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Berbdasarkan pada tujuan IPA menurut BNSP (2007: 13), Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dimana pembelajaran IPA yang diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang mana hanya dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran sangat verbal. Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006 : 147) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses

3 pembelajaran, tidak aktif, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru yang tidak menarik. Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan denganmetode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Seperti dalam (Depdiknas 2003 : 2): Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu (BNSP: 13): Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekita, serta prospek pembangunan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Begitu juga dalam pembelajaran IPA di SD Mangunsari 07 Salatiga sudah diberikan sejak siswa duduk di bangku kelas I Pelajaran IPAberhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu, pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan sehari-hari. IPA merupakan salah

4 satu ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah dasar. Pembelajaran IPA di SD menekankan pembelajaran pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Maka dibutuhkan suatu pembelajaran IPA di SD yang memperhatikan karakteristik perkembangan peserta didik, bahwa anakoperasional kongkret. Anak pada fase ini berfikir atas dasar pengalaman konkret/nyata. Tapi kebayakan dalam kondisi awal permasalahan yang masih hadapi guru kelas 4 SD N Mangunsari 07 Salatiga adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan materi tentang gaya dari 32 siswa hanya 10 siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas 22 (68,79%)siswa dipersen berkisar 10 (31,25 %) siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata rata kelas 52,25 padahal ketuntasan minimal adalah 65. Gejala yang nampak adalah siswa kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep. Hasil diskusi penulis dengan teman sejawat di indikasikan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan tidak tepatnya guru dalam pembelajaran. Kondisi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran IPA pada kelas 4 SDN Mangusari 07 Kota Salatiga tersebut masih tergolong konvensional yang mengandalkan ceramah, perhatian dan kemandirian siswa menjadi rendah karena siswa hanya bergantung pada apa yang diberikan oleh guru, membuat kesankegiatan belajar kurang menarik karena siswa cenderung pasif dan jarang mengajukan pertanyaan. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami IPA tanpa penalaran. Selain itu dalam pembelajaran konvensional guru jarang memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan IPA yang akan menjadi miliknya sendiri dan menyenangkan. Pengajaran yang monoton yaitu ceramah sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkan (Slameto, 2003) metode mengajar menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Orang lain yang dimaksud adalah

5 siswa yang mampu menerima pelajaran dari seorang guru. Tetapi bagaimana seorang siswa dapat menerima pelajaran dengan baik jika metode yang diterapkan kurang baik. Usia 7-12 tahun berada pada fase Jika dilihat dari perkembangan kognitif siswa, hal tersebut mencakup perubahan perubahan dalam perkembangan pola pikir. Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia: 1. Periode sensorimotorik (usia 0 2 tahun), Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotorik adalah periode pertama dari empat periode. 2. Periode praoperasional (usia 2 7 tahun), tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. 3. Periode operasional konkrit (usia 7 11 tahun), muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. 4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa), tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Siswa SD termasuk dalam kategori operasi konkrit (7-11 tahun), siswa telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Guru pun hendaknya dalam mengajar juga mengetahui kebutuhan siswa SDnya, seperti: 1. Anak SD senang bermain, karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang permainan lebih lebih untuk kelas rendah. Guru SD sengajamerencanakanmetode pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan metode pengajaran yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa.

6 2. Anak SD senang bergerak, anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang metode pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. 3. Anak usia SD senang bekerja dalam kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang metode pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam 8 kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 2 orang berpasangan untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Anak SD senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu secara langsung. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang metode untuk mengembangkan model pembelajaran yang memungkinkan harus siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran agar pembelajaran bisa menyenangkan. Dari pernyataan di atas, maka dengan memperhatikan kebutuhan siswanya, guru diharapkan mampu menggunakan strategi dan metode membelajaran yang tepat guna dalam penanaman konsep pelajaran IPA di sekolah dasar yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dan penguasaan materi lebih lanjut di jenjang SD maupun sampai jenjang berikutnya. Dengan mengacu pada permasalahan yang ada tersebut maka diadakannya sebuah tindakan yang memberikan alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas tersebut, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan olehsetyaningsih (2012) menyimpulkan bahwa dengan metode Cooperative Script, pembelajaran dapat dilaksanakan dalam bentuk unjuk kerja diskusi kecil,saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok serta dengan mengunakan benda-benda konkrit, dengan begitu Cooperative Script dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang

7 berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sehingga dalam hal ini diterapkan metode Cooperative Scriptsebagai solusi dari permasalahan pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga. Seperti yang diungkapkan Menurut Roger dan Johnson dalam Anita Lie (2002:28) ada 5 komponen dasar pembelajaran kooperatif yang efisien yaitu: a. Saling ketergantungan positif, keberhasilan kelompok sangat bergantung usaha tiap anggotanya. Dengan demikian siswa harus merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif dalam kelompok. b. Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. c. Interaksi tatap muka, hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi verbal antara siswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. d. Komunikasi Antar Anggota, keterampilan social sangatlah penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada siswa. Keberhasilan tiap kelompok bergantung pada keaktifan tiap anggota mengutarakan pendapatnya. e. Evaluasi Proses Kelompok, siswa memproses keefektifan kelompok belajar mereka dengan cara menjelaskan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, serta membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa dilanjutkan atau yang perlu diubah. Dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative script selain untuk membangun tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana guru tidak merupakan satu satunya sumber belajar (teacher centered) bagi siswa, sebab rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan bagi dirinya. Tehnik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Seperti dalam Anita lie (2002: 56 ): Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang

8 memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya mereka kepada orang lain. 1.2 Identitas Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat menemukan bahwa ternyata kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adalah a. Dari jumlah keseluruhan 32 siswa terdapat 22 anak (68,79%)yang hasil belajar IPAnya di bawah KKM 65 dan 10 lainnya tuntas. b. Penggunaan metode pembelajaran atau pengajaran yang masih konvensional. c. Guru kurang melibatkan siswa aktif dan menyenangkan di dalam pembelajaranya. d. Belum adanya memanfaatan media bantuan atau alat peraga dengan semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar. e. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan dalam pembelajaran IPA. 1.3 Cara Permecahan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka pemecahan masalah dapat didentifikasi sebagai berikut: hasil belajar IPA kognitif siswa (68,79%) siswa belum mencapai KKM 65. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan masih bersifat satu arah (berpusat pada guru) dan masih monoton sehingga siswa tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi maka dalam pembelajaran tingkat selanjutnya, siswa akan lebih sulit menerima dan memahami serta terus menganggap IPA itu adalah pelajaran yang sulit sehingga juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka dari itu harus segera diatasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran IPA, penelitian ini di fokuskan pada peningkatkan hasil belajar dengan menerapkan

9 metode pembelajaran cooperative scriptpada mata pelajaran IPApada siswa kelas 4 SD Negri Mangunsari 07 Salatiga Semester 2 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013. Cara ini dipilih karena dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Dalam pembelajaran metode cooperative script, siswa dibagi menjadi kelompok berpasangan, siswa dapat bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompoknya dengan bimbingan guru. Setiap siswa mendapat perannya sebagai pembicaran dan pendengar, sehingga perhatian siswa lebih terpusat karena setiap siswa mempersiapkan jawaban apabila diberi pertanyaan oleh guru. Pembelajaran menjadi lebih aktif dengan adanya bertukar perandan diberikan oleh guru apabila jawaban siswa benar, sedangkan siswa yang belum benar dalam memberikan jawaban tetap diberikan motivasi. Sehingga suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang diungkapkan oleh Danserau dalam Hadi (2007). Sebagai bentuk pebaikan pembelajaran maka peneliti melakukan penelitian menggunakan metode pembelajaran Cooperative Script dengan berbantuan media gambar pada mata pelajaran IPA. Dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative Script dan pemanfaatan media dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik kerena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dengan begitu akan berpengaruh pada pencapain hasil belajar siswa. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan semangat siswa, membuat siswa lebih rileks dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga transfer pembelajaran berjalan dengan baik sehingga pemahaman materi yang dipelajari pun meningkat. Setelah memahami materi maka siswa dengan mudah dapat mengerjakan soal-soal yang lebih bervariasi sehingga hasil belajar siswa akan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa hal yang dibatasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

10 a. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi hanya pada pelajaran IPA kelas 4 dengan pokok bahasan sumber daya alam (pada KD Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat), b. Siswa kelas 4 SDN Mangunsari 07 Salatigayang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa yang beradadikelas 4 SDNegeri Mangunsari 07 Salatigapada tahun pelajaran 2012/ 2013. c. Peneliti bermaksud melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA menggunakan metode Cooperative Script berbantu media gambar. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah dengan penerapan metode cooperative script berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada kelas 4 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013? 2) Bagaimana meningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa pada kelas 4 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga melalui penerapan cooperative scriptyang berbantuan media gambar? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan metode cooperative script yang berbantuan media gambar. b. Untuk mengetahui proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan penerapan metode cooperative script dengan berbantuan media gambar.

11 1.5.2. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori dan konsep-konsep baru terutama untuk mengembangkan bidang ilmu pendidikan khususnya Ilmu Pengetahuan Alam dalam pengaruh penggunaan metode cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar IPA. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Menumbuh minat, meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pada IPA kususnya materi sumber daya alam. b. Bagi Guru 1) Memberi wawasan kepada guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif dalam penyampaian materinya. 2) Memberi referensi menetapkan program kerja yang berhubungan dengan peningkatkan profesionalisme guru. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran di sekolah meningkat. 2) Memberi referensi bagi kebijakan sekolah untuk menetapkan program kerja yang berhubungan dengan peningkatkan profesionalisme guru. d. Bagi Peneliti Meningkatkan keterampilan dalam menerapkan metode pembelajaran cooperative script dalam mata pelajarn IPA.