MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 3 no.2, Juni

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

Aidha Yuliandary, Zainuddin, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA KORPRI BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI AJAR USAHA-ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PEMUAIAN ZAT MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PEMUAIAN ZAT MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no.1 Februari 2016

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol. 3 No. 2 (2017) : 47-54

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM Oleh: ABSTRAK

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 5 KUTOSARI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

Transkripsi:

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Hendra Setiawan, M. Arifuddin Jamal, Abdul Salam M Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin Abstrak: Pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Juai masih berpusat pada guru dan jarang melakukan percobaan sehingga berdampak pada rendahnya keterampilan proses sains. Hal ini Mendorong peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Tujuan umum dalam penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan: (l) keterlaksanaan RPP, (2) pencapaian hasil belajar produk siswa, (3) pencapaian keterampilan proses sains siswa. Jenis penelitian adalah PTK terdiri yang dari 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Juai. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterlaksanaan RPP model pembelajaran inkuiri terbimbing siklus I dan II adalah sangat baik, (2) ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA secara klasikal dari siklus I sampai dengan siklus II adalah mengalami peningkatan, (3) pencapaian keterampilan proses sains I dan II adalah mengalami peningkatan. Diperoleh Kesimpulan bahwa penggunaann model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Juai. Kata kunci: Keterampilan proses sains siswa, inkuiri terbimbing, getaran dan gelombang. PENDAHULUAN Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip diantaranya peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BSNP, 2006:5). KTSP juga menuntut peserta didik berpikir ilmiah, menemukan konsep sendiri serta melaksanakan penilaian berbasis kelas. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Proses belajar mengajar sesuai KTSP 2006 diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 27

tentang Standar Nasional Pendidikan yang diperjelas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurut peraturan tersebut mutu pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang mengacu pada standar proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreatifitas, dan dialogis, diharapkan siswa mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi (Depdiknas, 2007). Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda oleh karena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (mengidentifikasi dam membina) dan memupuk (mengembangkan dan meningkatkan). Dulu orang biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, sekarang, makin disadari bahwa yang menentukan bakat bukan hanya kecerdasan melainkan juga kreativitas dan motivasi (Jihad & Haris, 2004). Indikator kebermaknaan belajar, khususnya kebermaknaan sains (fisika) pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) tersirat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu belajar sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Dengan demikian, sebagai hasil belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berpikir sains. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 2 Juai Bapa Adi Suriadi S, S.Hut menyebutkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah tersebut masih berpusat pada guru dan jarang melakukan percobaan/ praktikum. Model konvensional yang diterapkan dalam pembelajaran biasanya mengikuti pola guru membacakan bahan yang disiapkan, siswa mendengar, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sesuai contoh guru. Hal ini mengakibatkan masih rendahnya keterampilan proses sains dan peran aktif siswa dalam pembelajaran 28

sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Dari hasil ulangan harian yang dilaksanakan, hanya 4 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Juai yang tuntas diantara 20 siswa (KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 60). Wawancara dengan salah satu siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Juai juga menyebutkan hal yang sama bahwa pembelajaran fisika selalu dilaksanakan di kelas serta jarang melakukan praktikum. Bertolak dari permasalahan tersebut diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang tidak kaku, monoton, apalagi terkesan sangat serius dalam proses mengajar yang dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa dikelas, serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model inkuiri terbimbing. Melalui inkuiri terbimbing siswa akan dirangsang untuk belajar aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang dibahas, serta dapat memperoleh informasi secara mandiri, berlatih untuk berperilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, bekerjasama dan berkomunikasi yang baik. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah judu Meningkatkan keterampilan proses sains fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Juai dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena digunakan untuk mengatasi adanya masalah di kelas VIII SMPN 2 Juai yang berkaitan dengan rendahnya keterampilan proses sains dan hasil siswa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Alur PTK ini menggunakan model Hopkins. Subjek penelitian adalah peneliti sekaligus sebagai guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Juai tahun ajaran 2014/2015. Seluruh siswa berjumlah 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari s/d Mei 2015. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dalam kegiatan belajar mengajar, lembar keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan analisis hasil belajar siswa serta angket respon siswa terhadap model yang diterapkan, materi pelajaran, cara guru mengajar dan materi yang disampaikan selama pembelajaran. 29

Dari data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif akan dianalisi dengan menggunakan persentase, sedangkan data yang bersifat kualitatif berupa data yang berupa kata-kata atau kalimat yang dapat dikualifikasikan sesuai kriteria tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian, berikut deskripsi tentang pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing: Keterlaksanaan RPP Keterlaksanaan pembelajaran tipe inkuri terbibmbing adalah terlaksana atau tidaknya tahap-tahap pembelajaran berdasarkan RPP yang direkam dengan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, dikategorikan dengan tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik dilihat peningkatannya dari siklus I ke siklus berikutnya. Keterlaksanaan RPP pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran pada Siklus I No Fase Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor Kategori Skor Kategori 1. Fase 1 Mengorientasikan siswa pada 3.6 sangat baik 3.9 sangat baik masalah 2. Fase 2 Menyiapkan percobaan 3.6 sangat baik 3.87 sangat baik 3. Fase 3 Membimbing peserta didik 3.6 sangat baik 3.7 sangat baik melakukan percobaan 4. Fase 4 Membimbing peserta didik 3.0 Baik 3.25 baik melakukan prediksi/abstraksi 5. Fase 5 Membimbing peserta didik 3.8 sangat baik 4,0 sangat baik melakukan refleksi 6. Penutup 3.6 sangat baik 4,0 sangat baik Tabel 2. Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran pada Siklus 2 No. Fase Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor Kategori Skor Kategori 1. Fase 1Mengorientasikan siswa 3.9 sangat baik 4,0 sangat baik pada masalah 2. Fase 2 Menyiapkan percobaan 4,0 sangat baik 4 sangat baik 3. Fase 3 Membimbing peserta didik 3.85 sangat baik 3.9 sangat baik melakukan percobaan Fase 4 Membimbing peserta 3.5 sangat baik 3.7 sangat baik 4. didik melakukan prediksi/abstraksi 5. Fase 5 Membimbing peserta 4,0 sangat baik 4,0 sangat baik 30

Lanjutan Tabel 2 didik melakukan refleksi 6. Penutup 4,0 sangat baik 4,0 sangat baik Hasil belajar Hasil belajar adalah tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang delakukan setelah pembelajaran kemudian dibadingkan dengan KKM dan dinyatakan dengan tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I, dan III dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Gambar 1. Gambar 2. Ketuntasan hasil belajar siswa siklus I Ketuntasan hasil belajar siswa siklus II Ketuntasan Hasil Belajar siswa [VALUE] 5 Tuntas tidak tuntas Keterampilan proses sains siswa Hasil yang didapat pada keterampilan proses sains siswa siklus I dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Tabel 3. Skor rata-rata keterampilan proses sains siswa siklus I Keterampilan proses sains yang diamati Ratarata Kategori Reliabilitas 1 Mengidentifikasi variabel 1,35 Kurang 89% 2 Melakukan percobaan 2,55 Cukup 89% 3 Menganalisis data 2,22 Cukup 93% 4 Menyimpulkan 1,27 Kurang 94% Tabel 4 Skor rata-rata keterampilan proses sains siswa siklus II No Keterampilan proses sains yang diamati Rata-rata Kategori Reliabilitas 1 Mengidentifikasi variable 2,85 Baik 90% 2 Melakukan percobaan 2,95 Baik 93% 3 Menganalisis data 2,92 Baik 90% 4 Menyimpulkan 2,90 Baik 93% 31

KESIMPULAN Dapat diuraikan temuan hasil penelitian sebagai berikut : (1) Keterlaksanaan RPP model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II secara umum sudah terlaksana dengan baik yaitu pada siklus I pertemuan 1 didapat rata-rata 3,6, pada pertemuan II 3,78. Dan pada siklus II pertemuan I 3,8 dan pada pertemuan II 3,9. (2) Pencapaian hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkat tiap siklus yaitu pada siklus I, ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 26% (belum mencapai ketuntasan klasikal), pada siklus II sebesar 84% (mencapai ketuntasan klasikal) (3) Pencapaian keterampilan proses sains pada siklus I belum mencapai baik sedangkan pada siklus II sudah berkategori baik DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, M. dkk. (2010). Dasar-dasar proses Belajar Mengajar.Surabaya: Unesa University Press Jihad, A. & Haris, A. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Puskur Balitbang. (2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sani, R.A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. http://bsnp-indonesia.org/id/ wp - content/uploads/ kompetensi/panduan_umum_kts P.pdf. (diakses 25 mei 2015) 35