BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dirawat dengan sepenuh hati. Tumbuh dan berkembangnya kehidupan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik maupun mental. Semua perubahan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Public Relations (PR) menurut Frank Jefkins merupakan semua bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Yatim Putra 1. 1 Profil PAYM,2008

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.

PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-RIFDAH SEMARANG DALAM PEMENUHAN HAK ANAK SKRIPSI

PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN KARYA MURNI

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB I PENDAHULUAN. anggota militer beserta keluarganya secara gratis termasuk masyarakat. oleh kelompok agama yang ingin mendirikan rumah sakit.

PROGRAM INOVASI RS INDERA

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. al., 2009). Lebih dari 60 juta penduduk di dunia mengalami Glaukoma (Wong et

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dan sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaji, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pentingnya hidup beragama (Daradjat, 1990 : 35).

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kaya dan miskin tidak akan pernah selesai tanpa adanya sistem berbagi. Kehidupan yang

WHO : Prevalensi Kebutaan : 1. < 0.5 % Clinical Problem % % PH Problem 3. > 1 %

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam dalam. metode maupun media yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi pelayanan kesehatan yang mempunyai kespesifikan dalam hal Sumber

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata lain ada yang datang, yang berarti generasi tua senantiasa digantikan oleh generasi muda. Generasi muda inilah yang akan menjadi penerus kehidupan bangsa. Dengan demikian kedudukan generasi muda sangat penting artinya dalam kaitannya dengan kesinambungan kehidupan suatu bangsa. Secara nyata dapat kita lihat sendiri, bahwa tidak semua generasi muda itu lahir sebagai manusia yang sempurna. Sebagian dari generasi muda tersebut tanpa diminta harus lahir dengan ketidaksempurnaan. Salah satu dari bentuk ketidaksempurnan itu adalah mereka yang menyandang cacat netra. Di tambah lagi banyak dari mereka selain memiliki kecacatan, lahir dari keluarga miskin dan hidup serba kekurangan. Akibatnya mereka menghadapi berbagai permasalahan social dalam hidupnya. Berdasarkan survey tentang kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran yang dilakukan Departemen Kesehatan pada tahun 1993 1996 menunjukkan bahwa angka kebutaan di Indonesia adalah sebesar 1,5%, dengan penyebab terbesar adalah katarak (kekeruhan pada lensa) 0,78%, peringkat kedua glaucoma (tingginya tekanan pada bola mata) 0,20%, akibat kelainan refraksi sebesar 0,14%, serta kelainan-kelainan penglihatan lain akibat lanjut usia sebesar 0,38%. Para ahli penyakit mata berpendapat

bahwa jika angka kebutaan mencpai 0,4%, masih merupakan permasalahan dokter mata itu sendiri, jika tlah mncapai 1% hal itu merupakan masalah kesehatan pada umumnya, sedangkan bila mencapai lebih dari 1% maka masalah kebutaan itu sudah merupakan maslah social, sehingga penanganannya pun membutuhkan keterlibatan berbagai komponen masyarakat yang terkait.(www.mitranetra.com) WHO memperkirakan jumlah orang buta di seluruh dunia adalah 45 juta, sepertiga diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Organisasi kesehatan dunia itu juga memperkirakan ada 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia ini, 4 orang diantaranya berada di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada orang menjadi buta dengan berbagai sebab, dan sebagian besar dari mereka yang berada di daerah miskin. Menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tertera dalam buku Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2002, jumlah penyandang cacat sebanyak 1.492.080 orang diantaranya adalah cacat netra. Dari total penyandang cacat netra tersebut hanya sekitar 1% saja atau 2.046 orang dari total 197.080 orang yang belajar dibangku SLB dan pendidikan terpadu. Hal ini terjadi karena pada masyarakat kita masih melekat stigma seperti penyandang cacat adalah beban, orang yang tida berguna dan tergantung pada orang lain, hingga keberadaan dan fasilitas untuk mereka tidak di perhatikan. Padahal, sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang penderita cacat, mereka bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. (www.liputan6.com) Kita mengetahui bahwa indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya 2

berasal panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan jadi sangat terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jadi berkurang dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Hal ini, apabila tidak mendapat penanganan/rehabilitasi khusus, akan mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti perasaan inferior, depresi, atau perasaan hilangnya makna hidup. Kondisi ini tidak bias kita biarkan terus berlanjut. Bila tidak ingin muncul ancaman baru berupa krisis sumber daya manusia. Meminjam istilah PBB disebut krisis tak tampak (silent crisis) yang tidak hanya berpengaruh terhadap para penderita cacat netra dan keluarganya saja tetapi juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan social pada masyarakat luas. Perlu diingat kembali bahwa manusia adalah salah satu factor produksi yang amat penting dalam system ekonomi (www.mitranetra.com) Pada hakekatnya keadaan cacat yang dimiliki oleh seseorang hanya sekedar kelainan belaka. Sebenarnya mereka juga mepunyai kemampuan untuk mempertahankan diri. Hanya saja yang mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan pelayanan yang intensif, dalam arti lebih tinggi intensitasnya dari orang yang normal, sehingga mereka mempunyai suatu bekal untuk hidup secara mandiri, tanpa perlu lagi bergantung pada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesame anggota masyarakat disekelilingnya. Hal ini sesuai dengan apa yang di tulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28c ayat (1) yang berbunyi Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat 3

dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (Marsono,2003:89) Tentu bukan pekerjaan yang mudah dalam menangani penderita cacat. Diperlukan kepedulian dan keseriusan dari seluruh elemen masyarakat dalam menangani permasalahan ini. Selain itu juga, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat guna membantu penderita cacat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dan diperlukan usaha-usaha yang spesifik sesuai dengan jenis kecacatan yang diderita. Demikian juga halnya dengan penderita cacat netra. Sebagai contoh kepedulian masyarakat terhadap penderita cacat khususnya cacat netra adalah dengan adanya Panti Asuhan Karya Murni. Panti Asuhan Karya Murni ini di kelola oleh Yayasan Seri Amal yang berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster Santo Yoseph. Panti Asuhan Karya Murni didirikan dengan alas an untuk membantu para penderita cacat netra yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, yatim-piatu, dan terlantar agar mereka dapat memperoleh pembinaan yang dapat membantu mereka hidup mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Di Panti Asuhan Karya Murni ini, penderita cacat netra diberi pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, keterampilan/latihan kerja, pembinaan mental dan kerohanian. Melalui Panti Asuhan ini diharapkan para penderita cacat netra dapat menemukan identitas mereka ditengah-tengah masyarakat. Dan menanamkan suatu rasa percaya diri di kalangan penderita cacat netra bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan orang-orang normal dan sanggup untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. 4

Berdasarkan uraian di atasbeserta alasannya di bawah ini penulis tertarik memilih judul penelitian yang akan di tuangkan ke dalam skripsi sebagai berikut : Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni Adapun hal-hal pokok yang dijadikan penulis sebagai alasan pemilihan judul adalah sebagai berkut: 1. Bahwa setiap Negara termasuk penderita cacat netra mempunyai hak yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 2. Usaha-usaha pembinaan seperti penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial terhadap penderita cacat netra merupakan tanggung jawab orang tua, pemerintah dan masyarakat. 3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat membantu dalam memberikan sumbangan pemikiran yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penderita cacat netra yang ada di Panti Asuhan Karya Murni. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial dalam meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial yang di terapkan di Panti Asuhan Karya Murni. 2. Untuk mengetahui apakah penderita cacat netra mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik setelah mendapatkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial. C.2. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis a. Sebagai bahan referensi bagi lembaga dalam rangka merumuskan dan melaksanakan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra. b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra 2. Secara Akademis a. Sebagai bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti pekerja sosial dan masyarakat b. Untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesejahteraan Sosial. 6

D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan secara teoritis variable-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Ban ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan. 7