RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PERSIS), dalam hal ini diwakili oleh Dr. H. Jeje Jaenudin, M.Ag. Kuasa Hukum Muhammad Mahendradatta, S.H., M.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 15 Juli 2017 II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 59 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf c, Pasal 61 ayat (3), Pasal 62 ayat (3), dan Pasal 82A Peraturan Pemerintah Pengganti Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (PERPPU 2/2017) III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: - Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945); - Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945; - Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 1
IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon sebagai Organisasi Masyarakat bernama Persatuan Islam, disingkat dan/atau selanjutnya disebut sebagai Persis. Pemohon merasa tidak bisa menunaikan hak-hak konstitusional Pemohon yaitu untuk menyampaikan pendapat, berserikat, menyampaikan aspirasi terhadap penyelenggara negara, sebagai Ormas yang hidup di lingkungan Hukum Negara Republik Indonesia. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Norma materiil yaitu: - 59 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf c PERPPU 2/2017 (3) a. Melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau golongan; (4) c. menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila. - Pasal 61 ayat (3) PERPPU 2/2017 (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) berupa: a. pencabutan surat keterangan terdaftar oleh Menteri; atau b. pencabutan status badan hukum oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. - Pasal 62 ayat (3) PERPPU 2/2017 (3) Dalam hal Ormas tidak mematuhi sanksi penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (21, Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia sesuai dengan kewenangannya melakukan pencabutan surat keterangan. - Pasal 82A PERPPU 2/2017 (1) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d 2
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun. (2) Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau penggurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaiama dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf a dan huruf b, dan ayat (4) dipidana dengan p idana penjara seumur hidup atau dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. (3) Selain pidana penjara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersangkutan diancam dengan pidana tambahan sebagaimana diatur dalama peraturan perundang-undangan pidana. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 1 ayat (1) dan ayat (3): (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. (3) Negara Indonesia adalah negara hukum. 2. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 3. Pasal 28E ayat (2) dan ayat (3): (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai denganhati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Norma pada Pasal 61 ayat (3) dan Pasal 62 ayat (3) dinilai sebagai bentuk kemunduran demokrasi di negara hukum, karena telah menghilangkan peran pengadilan dalam upaya pembubaran organisasi masyarakat. Hilangnya peran Pengadilan dalam upaya pembubaran organisasi masyarakat merupakan pelanggaran yang nyata terhadap salah satu prinsip pokok negara hukum yakni due process of law; 3
2. muatan hukum dalam Pasal 59 ayat (3) huruf a maupun dalam penjelasannya merupakan bentuk aturan yang membatasi hak-hak konstitusional seorang warga negara dalam menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya, serta dalam mengeluarkan pendapat; 3. Penafsiran paham yang bertentangan dengan Pancasila secara tunggal akan menyebabkan Pemerintah dapat membubarkanormas manapun yang dianggap bertentangan dengan Pemerintah. Hal ini menyebabkan Pemerintah berpotensi melakukan upaya Abuse of Power dalam menjalankan negara dan mengancam hak-hak konstitusional warganya untuk berserikat dan berkumpul; 4. Sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 82A a quo telah memberikan ketidakpastian hukum, karena setiap anggota/pengurus ormas yang secara tidak langsung melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 a quo dapat dikenakan hukuman pidana, padahal untuk menentukan pertanggungjawaban pidana sangat diperlukan pembuktian; 5. Muatan hukum pada Pasal 59, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal 82A merupakan ruh dan inti dari Perppu a quo, sehingga Pemohon berkesimpulan Perppu a quo layak untuk dibatalkan seluruhnya sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan Norma Pasal 59 ayat (3) huruf a, dan ayat (4) huruf c, Pasal 61 ayat (3), Pasal 62 ayat (3), dan Pasal 82A Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6084) bertentangan dengan Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat (3), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2) dan ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya; 3. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. 4
Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. 5